Kekeruhan Derajat keasaman pH

32 32 Gambar 11. Sebaran salinitas perairan Teluk Banten Sungai Cengkok Cibanten, namun nilai salinitas pada titik ini menunjukkan kesamaan dengan stasiun lainnya yang berada di wilayah pesisir. Hal ini dipengaruhi karena di Sungai Cengkok terdapat tanggul bendungan pada jarak 2 km dari garis pantai. Pada kondisi ini suplai air tawar dari sungai sangat terhambat dan hanya mengalir ke arah lokasi Pelabuhan Karangantu. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh musim kemarau dengan ditandai menurunnya debit aliran sungai tersebut. Sebagai informasi bahwa sungai Cibanten pada jarak 2 km dari garis pantai dibagi menjadi dua aliran yaitu Muara Cengkok stasiun III dan muara Pelabuhan Karangantu. Setiap biota perairan memiliki batasan tertentu terhadap parameter lingkungannya sebagai syarat untuk kelangsungan hidupnya. Misalnya udang, udang termasuk hewan yang mampu hidup pada perairan yang bersalinitas cukup lebar eurihalin. Tiap jenis udang memiliki pilihan kadar garam yang berbeda. Pada salinitas yang sangat rendah maupun pada kadar garam 40 PSU bila perubahannya terjadi perlahan-lahan, jenis Penaeus monodon dan Metapenaeus spp. masih dapat hidup Munro 1968 in Mumin 2004. Untuk mengatasi kondisi salinitas lingkungan yang melebihi kadar toleransi, gastropoda beradaptasi dengan cara menyesuaikan cairan tubuhnya dengan konsentrasi garam di luar tubuhnya.

4.1.3. Kekeruhan

Kekeruhan suatu perairan dapat memberikan gambaran mengenai kecerahan di perairan tersebut. Perairan dengan kekeruhan yang tinggi dan kecerahan yang rendah menyebabkan penetrasi cahaya akan terganggu hingga berdampak 33 33 Gambar 12. Kekeruhan perairan Teluk Banten terbatasnya produktivitas perairan Nybakken 1988. Tingkat kekeruhan pada saat pasang di perairan Teluk Banten berkisar antara 22,50-76,00 NTU, sedangkan pada saat surut berkisar antara 22,50-57,00 NTU Gambar 12. Nilai kekeruhan pada setiap stasiun telah melampaui baku mutu kekeruhan untuk biota laut. Baku mutu yang disarankan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI2004, adalah tidak melebihi kadar 5 NTU. Tingginya kekeruhan ini dapat dipengaruhi oleh tekstur substrat perairan yang terangkat dan tersuspensi dalam perairan oleh besarnya gelombang ataupun arus. Contohnya, pada saat pasang diperoleh nilai kekeruhan yang lebih tinggi daripada saat surut. Hal ini disebabkan karena pengambilan sampel air saat pasang dilakukan pada titik yang berdekatan dengan garis pantai. Titik ini ditandai dengan kedalaman yang rendah sehingga sangat memungkinkan terjadinya pencampuran massa air, baik pengaruh gelombang maupun arus pasang surut. Sebaliknya, pada stasiun III tercatat nilai kekeruhan yang lebih rendah daripada stasiun lain, hal ini dipengaruhi oleh posisi stasiun tersebut, mengingat bahwa stasiun III berada di muara sungai dan secara visual perairan ini tampak jernih dan memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter.

4.1.5. Derajat keasaman pH

Pengukuran pH in situ pada saat pasang berkisar antara 7,16-7,46, sedangkan pada saat surut berkisar antara 7,46-7,66 Gambar 13. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa sebaran nilai pH relatif merata pada setiap stasiun pengamatan.Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP 34 34 Gambar 13. Derajat keasaman pH perairan Teluk Banten No.51MNLHI2004, kisaran pH tersebut masih memenuhi baku mutu untuk kelangsungan hidup biota laut, dengan baku mutu yang disarankan berkisar antara 7- 8,50. Menurut Purnomo 1979 in Mumin 2004, pH air normal yang mendukung kehidupan udang adalah 7-8,90. Air dengan pH yang rendah atau tinggi di luar batas normal, mempunyai pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan udang Penaeid. Derajat keasaman pH akan mempengaruhi daya tahan organisme dan reaksi enzimatik. Kondisi ini pun menunjukkan bahwa kawasan ekosistem mangrove ini masih mendukung kehidupan g a s t ro po d a, me ng ing a t ba hw a kisaran pH 5-9 masih dapat mendukung kehidupan biota perairan. Derajat keasaman atau pH yang optimum bagi Moluska bentik berkisar antara 6,5-7,5 Russle-Hunter 1968 in Razak 2002. Gastropoda umumnya banyak dijumpai pada daerah yang pHnya lebih besar dari 7 Siagian 2001 in Suwondo et al. 2006.

4.1.6. Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen