31
31 sumberdaya perikanan Van Den Bergh et al. 2003 in Wijaya et al. 2007. Suhu
sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota perairan seperti ikan dan udang. Umumnya dengan kenaikan suhu, laju metabolisme akan meningkat. Udang-udang
muda dan dewasa mempunyai toleransi suhu antara 10-40
o
C, namun jarang ditemukan pada suhu 38
o
C atau lebih Munro 1968 in Mumin 2004. Suhu berperan penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan
respirasi. Kusmana et al. 2003 menyatakan bahwa pertumbuhan mangrove yang baik memerlukan suhu udara minimal lebih besar dari 20ºC dan perbedaan suhu
musiman tidak melebihi 5ºC. Kisaran suhu yang diamati masih mendukung
kehidupan gastropoda. Menurut Siagian 2001 in Suwondo et al. 2006, suhu yang tepat untuk kehidupan benthos berkisar antara 25-32 ºC.
Hutching dan Saenger 1987 in Kusmana et al. 2003 mendapatkan kisaran suhu udara optimum untuk pertumbuhan beberapa spesies tumbuhan mangrove,
yaitu Avicennia marina tumbuh baik pada suhu 18-20ºC. Rizhopora stylosa, Ceriops spp., Excoecaria agallocha dan Lumnitzera racemosa pertumbuhan tertinggi daun
segar dicapai pada suhu 26-28 ºC. Suhu optimum untuk Bruguiera spp. adalah 27 ºC, sedangkan untuk Xylocarpus spp. berkisar antara 21-26 ºC dan Xylocarpus granatum
pada suhu 28 ºC.
4.1.2. Salinitas
Salinitas perairan Teluk Banten sebesar 34 PSU
,
kecuali pada stasiun V dan VI tercatat lebih rendah, berkisar antara 32-33 PSU
.
Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh adanya masukan air tawar dari kali PadekPerumpung dan pertambakan disekitarnya.
Nilai salinitas yang diperoleh masih berada pada kisaran salinitas air laut yang normal, yaitu 32 hingga 35 PSU Gambar 11
.
Salinitas kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar melalui aliran sungai Nybakken 1988.
Salinitas suatu perairan sangat penting untuk pertumbuhan, ketahanan dan zonasi mangrove. Pada umumnya vegetasi mangrove dapat bertahan dan mampu
hidup dengan subur pada lingkungan estuaria dengan kisaran salinitas antara 10-30 PSU Aksornkoae 1993.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Teluk Banten di kawasan ini sedikit menerima suplai air tawar yang teratur dari aliran sungai, seperti yang terjadi
pada stasiun III. Stasiun III merupakan titik pengambilan contoh air pada muara
32
32 Gambar 11. Sebaran salinitas perairan Teluk Banten
Sungai Cengkok Cibanten, namun nilai salinitas pada titik ini menunjukkan
kesamaan dengan stasiun lainnya yang berada di wilayah pesisir. Hal ini dipengaruhi karena di Sungai Cengkok terdapat tanggul bendungan pada jarak 2 km dari garis
pantai. Pada kondisi ini suplai air tawar dari sungai sangat terhambat dan hanya mengalir ke arah lokasi Pelabuhan Karangantu. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh
musim kemarau dengan ditandai menurunnya debit aliran sungai tersebut. Sebagai informasi bahwa sungai Cibanten pada jarak 2 km dari garis pantai dibagi menjadi
dua aliran yaitu Muara Cengkok stasiun III dan muara Pelabuhan Karangantu.
Setiap biota
perairan memiliki
batasan tertentu
terhadap parameter
lingkungannya sebagai syarat untuk kelangsungan hidupnya. Misalnya udang, udang termasuk hewan yang mampu hidup pada perairan yang bersalinitas cukup lebar
eurihalin. Tiap jenis udang memiliki pilihan kadar garam yang berbeda. Pada salinitas yang sangat rendah maupun pada kadar garam 40 PSU bila perubahannya
terjadi perlahan-lahan, jenis Penaeus monodon dan Metapenaeus spp. masih dapat hidup Munro 1968 in Mumin 2004. Untuk mengatasi kondisi salinitas lingkungan
yang melebihi kadar toleransi, gastropoda beradaptasi dengan cara menyesuaikan cairan tubuhnya dengan konsentrasi garam di luar tubuhnya.
4.1.3. Kekeruhan