Interaksi Mangrove dengan Komponen Ekosistem

54 54 menampung ikan. Ukurannya kurang diameter 150 cm. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya bisa masuk tapi tidak bisa keluar. System kerjanya persis seperti bubu. Sementara fungi kaki busur yang terbuat dari deretan jaring membentang tegak lurus dari kaki hingga ujung busur. Panjangnya bisa antara 30 sampai 50 meter. Fungsinya untuk menggiring ikan menuju ruangan yang telah disediakan. Pemasangan sero biasanya melihat struktur laut yang dangkal tapi mendekati kondisi laut yang dalam. Ini salah satu strategi pemilik sero untuk mendapatkan hasil yang banyak. Biasanya ikan pada saat air laut surut pasti akan mencari tempat yang lebih aman. Sementara pada saat air laut pasang, biasanya ikan akan memenuhi laut yang dangkal. Kesempatan inilah yang diharapkan oleh pemilik sero agar ikan bisa terjaring kedalam sero pada saat air laut mulai surut. Ekosistem mangrove memiliki peranan penting dalam daur hidup udang karena perairan mangrove merupakan tempat asuhan nursery ground, tempat mencari makan, dan tempat berlindung. Oleh sebab itu, daerah kegiatan penangkapan udang di laut, mempunyai banyak persamaan dengan daerah sebaran ekosistem mangrove. Penangkapan udang di laut dibeberapa lokasi telah berjalan dengan sangat intensif hingga mencapai atau melebihi produksi lestari.

4.6. Interaksi Mangrove dengan Komponen Ekosistem

Hubungan mangrove dan karakteristik substrat terdapat beberapa perbedaan dari setiap lapisan mangrove. Setiap lapisan mangrove dengan ketebalan tinggi, sedang dan rendah terdapat jumlah C-organik yang variatif pada substrat. Substrat pada lokasi yang memiliki ketebalan mangrove tinggi stasiun I II cenderung mengandung lebih besar C-organik dengan kisaran 5,42-9,25. Berbeda halnya dengan lapisan lain rata-rata kandungan C-organik di bawah 4,75 seperti lokasi dengan ketebalan mangrove sedang stasiun V dan VI, kandungan C-organik berkisar antara 3,51-4,75 dan ketebalan mangrove rendah stasiun III IV berkisar antara 3,51-3,68. Hal ini menunjukan adanya korelasi positif antara tingginya kerapatan, jenis mangrove, komposisi tegakan dan jarak sebaran mangrove dari garis pantai. Ekosistem mangrove mengandung banyak sumber bahan organik yang berasal dari bagian tubuh vegetasinya seperti daun, ranting atau akar yang berjatuhan 55 55 kepermukaan substrat berupa serasah. Serasah ini mengalami dekomposisi oleh sejumlah mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhanproduser primer sebagai nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangan selnya Arief 2003. Serasah-serasah ini banyak mengandung karbon. Oleh karena itu, semakin tingginya kerapatan akan disertai dengan tingginya serasah yang dipemukaan. Semakin banyak strata pohon mangrove di suatu lokasi akan disertai melimpahnya dedaunan yang tumbuh sehingga dapat meningkatkan sumber serasah dipermukaan. Begitupun dengan jenis mangrove. Terdapat perbedaan kandungan unsur hara yag dimiliki masing-masing jenis salah satunya kandungan karbon. Misalnya, jenis Rhizophora spp. tiap daunnya memiliki sumber karbon 50,83 , sedangkan Avicennia spp. setiap daunnya mengandung 47,93 karbon Laboraorium Fahutan IPM 1997 in Arief 2003. Disamping hubungan mangrove dengan lingkungan substrat, mangrove pun berkaitan dengan biota bentik yang berasosiasi seperti gastropoda. Misalnya, daun mangrove, ketika berguguran kepermukaan substrat tidak langsung mengalami pelapukan atau pembusukan oleh mikroorganisme, namun memerlukan bantuan biota lain seperti makrozoobentos. Gastropoda adalah salah satu kelompok makrozoobentos memiliki peranan yang sangat besar dalam penyedian hara bagi pertumbuhan dan perkembangan vegetasi mangrove maupun bagi biota itu sendiri. Gastropoda berperan sebagai dekomposer awal yang bekerja dengan cara mencacah daun-daun menjadi bagian kecil detritus, kemudian proses ini akan dilanjutkan oleh mirkoorganisme. Umumnya keberadaan gastropoda akan mempercepat proses dekomposisi. Setiap stratifikasi lokasi terdapat perbedaan kepadatan gastropoda. Kepadatan total untuk stratifikasi mangrove tebal stasiun I II lebih tinggi daripada lokasi lain mencapai 25 indm 2 . Di lokasi ini ditemukan hidup semua jenis gastropoda dari seluruh jumlah jenis yang ditemukan dikawasan ini. Dengan lebih didominasi oleh Terebralia sulcata. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kerapatan mangrove yang cukup untuk kehidupan gastropoda terkait dengan fungsi mangrove sebagai habitat, mencari makan dan berkembang biak, mengingat bahwa kondisi mangrove di lapisan ini lebih baik daripada lokasi lainnya. Dilihat dari indeks keanekaragaman di lokasi mangrove tebal tergolong sedang 1,11 H’ 1,22, indeks keseragaman yang 56 56 cenderung tinggi 0,68 E 0,75 dan indeks dominansi yang rendah 0,09 D 0,37. Untuk stratifikasi ketebalan mangrove rendah stasiun III IV kepadatan total gastropoda mencapai 7 indm 2 sedangkan yang hidup hanya dua jenis yaitu Telescopium telescopium dan Terebralia sulcata. Di lapisan ini mengindikasikan adanya degradasi lingkungan yang menyebabkan berkurangnya biota-biota yang hidup bergantung pada ekosistem mangrove. Jenis Telescopium telescopium mampu bertahan hidup tanpa ada vegetasi mangrove dan biasanya melimpah di tanah bekas areal tambak. Untuk stratifikasi ketebalan mangrove sedang stasiun V VI kepadatan gastropoda mencapai 18 indm 2 . Rata-rata semua jenis gastropoda ditemukan di lokasi ini dengan jenis yang terbanyak adalah Terebralia sulcata. Jenis ini lebih menyukai adanya vegetasi mangrove dan termasuk jenis penghuni asli ekosistem mangrove. Keadaan kerapatan pohon sangat menguntungkan bagi kepadatan makrozoobentos, karena pohon merupakan tunjangan yang berarti bagi kehidupan makrozoobentos. Tegakan dan tajuk pohon mampu berperan sebagai penghalang langsung dari sinar matahari atau sebagai naungan bagi makrozoobentos Arief 2003.

4.7. Upaya Pengelolaan Mangrove secara Berkelanjutan