Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

18 selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa yang lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus yang konon tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn bawaan sejak lahir. d Minat Siswa. Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang - bidang studi tertentu. 2. Faktor eksternal siswa adalah faktor dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : faktor lingkungan alam atau non social dan faktor lingkungan sosial. a. Faktor Lingkungan non sosial. Yang termasuk factor lingkungan non sosial atau alami ini ialah seperti keadaan, suhu, kelembaban udara, waktu gedung sekolah dan sebagainya. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. b. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya Selain prestasi belajar terdapat kata hasil belajar, menurut Soejadi, hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 14 Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor 14 Soejadi. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Karya. 2000. H : 3 19 lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak proses berfikir terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: 1 Pengetahuan knowledge yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2 Pemahaman comprehension yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. 3 Penerapan application yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. 4 Analisis analysis yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. 5 Sintesis synthesis adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. 6 Evaluasi evaluation yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada. Pada pendidikan formal, semua bidang studi dan bidang pendidikan harus memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap anak untuk meningatkan kemampuan mentalnya kearah kematangan dan kedewasaan dalam arti seluas- luasnya. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dan pengajaran harus dilaksakan secara teratur, terarah, dan terencana sesuai dengan pengembangan 20 dasar dan kemampuan mental anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai secara maksimal. 15 Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian atau asesmen adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja seseorang. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data pengukuran dan non pengukuran. Informasi disajikan dalam bentuk profil siswa untuk menetapkan apakah siswa dinyatakan sudah atau belum menguasai kompetensi yang ditargetkan. Pengukuran dan non pengukuran adalah proses untuk memperoleh deskripsi tentang karakteristik seseorang dengan aturan tertentu. Hasil pengukuran berupa data numerik atau kuantitatif, sedangkan hasil non pengukuran berupa data kualitatif. Contoh pengukuran adalah memberikan ulangan atau tugas, sedangkan contoh non pengukuran adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Usaha meningkatkan kinerja harus berdasarkan pada kondisi saat ini yang diperoleh melalui kegiatan penilaian. Data untuk keperluan penilaian diperoleh dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur yang banyak digunakan dalam melakukan penilaian bermacam - macam, salah satu di antaranya tes. Agar diperoleh informasi yang akurat, tes yang digunakan harus memiliki bukti – bukti 15 Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda Karya, 2001. h. 2 21 tentang kesahihan dan keandalan. Oleh karena itu, untuk memperoleh data pengukuran yang tepat harus menggunakan alat ukur yang sahih dan andal. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes danatau nontes. Tes adalah alat ukur, berupa satu set pertanyaan, untuk mengukur sampel tingkah laku, dan jawaban yang diberikan dapat dikategorikan menjadi benar dan salah. Nontes juga merupakan alat ukur untuk mengukur sampel tingkah laku, tetapi jawaban yang diberikan tidak dapat dikategorikan benar dan salah, misalnya kategori positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, atau suka dan tidak suka. Setidaknya terdapat tujuh standar bagi guru agar dapat melakukan penilaian dengan benar untuk mengambil keputusan pembelajaran, yakni guru harus terampil dalam: 1 memilih metode penilaian, 2 mengembangkan metode penilaian, 3 mengadministrasikan, mencetak, dan menafsirkan hasil penilaian, 4 menggunakan hasil penilaian ketika membuat keputusan pada masing - masing siswa, perencanaan pengajaran, pengembangan kurikulum, dan perbaikan sekolah, 5 mengembangkan prosedur penilaian siswa yang tepat, 6 mengkomunikasikan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, pendidik lainnya, serta masyarakat, dan 7 mengenali metode penilaian yang melanggar etika, ilegal, dan tidak layak yang akan digunakan sebagai informasi penilaian. Permasalahannya adalah kompetensi guru SMK di Malang Raya dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa termasuk berkategori rendah. Di sisi lain, penilaian pada dasarnya digunakan untuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, instrumen yang menyertai seharusnya dapat mengukur kompetensi tersebut. a Definisi konstruk tentang kompetensi; b Mengembangkan kisi - kisi instrumen yang berisi kompetensi, subkompetensi, indikator, strategi asesmen; c Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu kisi - kisi; 22 d Para pakar dan praktisi melakukan reviu yang terkait dengan validitas isi kisi - kisi; e Menyusun kisi - kisi baru berdasarkan masukan para pakar dan praktisi; Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi - kisi yang telah disusun baik yang objektif maupun uraian termasuk menyusun pedoman penyekoran; f Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu butir soal dan pedoman penskoran; g Para pakar dan praktisi melakukan reviu butir soal dan pedoman penskoran; h Memperbaiki butir soal dan pedoman penskoran berdasarkan masukan para pakar dan praktisi; Dan i Melakukan uji coba. Untuk mengukur kompetensi itu, prosedur penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 Menentukan jenis penilaian: tes danatau non tes untuk tiap - tiap kompetensi; 2 Menyusun secara empiris sehingga dapat dianalisis kualitas butir soal yang ditunjukkan oleh validitas butir, reliabilitas instrumen yang ditujukan oleh koefisien reliabilitas, dan kualitas opsi pilihan yang ditunjukkan oleh proporsi responden endorsing setiap pilihan; dan 3 melakukan revisi soal dan pedoman penskoran, baik yang berkaitan dengan konstruksi materi, bahasa, maupun pilihan jawaban yang tidak tidak ada pemilihannya diganti dengan jawaban lain yang setara. 4 Pengukuran hasil belajar PKn di MI ATTAQWA dengan menggunakan soal pilihan ganda Objektif tes.

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS V SDN KARANGCEGAK FADHILAH WISDA MAHASTIKA 1201100120

0 0 20