5
konteks yang melingkupi tuturan itu. Meskipun guru menggunakan kedua bentuk tersebut namun siswa memerlukan “alat bantu” tertentu sehingga mereka dapat
menafsirkan maksud dibalik kedua bentuk tersebut. “Alat bantu” tersebut adalah munculnya isyarat para linguistik tertentu yang mentertai guru saat menuturkan
kedua bentuk tersebut. Dari uraian mengenai latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik
untuk mengkaji tema penelitian mengenai Pemakaian Imperatif Bahasa Indonesia yang Dituturkan oleh Para Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses Belajar-
Mengajar.
B. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini peneliti batasi pada Pemakaian imperatif bahasa Indonesia oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar -mengajar.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan pragmatik. “Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur
bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan dalam komunikasi” Wijana, 1996 : h.1.
6
C. Rumusan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah wujud pemakaian imperatif bahasa Indonesia yang
dituturkan oleh para guru taman kanak-kanak dalam proses belajar- mengajar, dapat dijelaskan?
2. Bagaimanakah wujud nonimperatif bahasa Indonesia yang dituturkan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar, dapat dijelaskan?
3. Bagaimanakah kekhasan pemakaian imperatif bahasa Indonesia yang dituturkan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar,
dapat dijelaskan? 4. Berapakah prosentase pemakaian imperatif bahasa Indonesia yang
dituturkan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar, dapat dijelaskan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan wujud pemakaian imperatif bahasa Indonesia yang
dituturkan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar. 2. Menjelaskan wujud nonimperatif bahasa Indonesia yang dituturkan oleh
guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar.
7
3. Menjelaskan kekhasan pemakaian imperatif bahasa Indonesia yang dituturkan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar.
4. Menjelaskan prosentase pemakaian imperatif bahasa Indonesia oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan pustaka di bidang linguistik, khususnya kajian tentang pragmatik.
2. Manfaat Praktis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bentuk alternatif bertutur yang dapat digunakan oleh para guru taman kanak-
kanak pada saat proses belajar-mengajar. Dengan hasil temuan ini diharapkan pula dapat diaplikasikan kepada siswa sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan
lebih efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal. Aplikasi ini dapat dimulai dari sekolah pada tingkat terendah yaitu taman kanak-
kanak sebelum meluas pada sekolah-sekolah tingkat yang lebih tinggi.
8
F. Sistematika Penulisan
Bab satu pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang pemakaian imperatif oleh guru taman kanak-kanak diangkat sebagai masalah,
uraian mengenai rumusan masalah, diuraikan juga mengenai tujuan penelitian, manfaat dari diadakannya penelitian tersebut, dan sistematika penulisan laporan
skripsi. Bab dua landasan teori yang menguraikan berbagai teori yang
dipergunakan untuk mengkaji masalah dalam penelitian ini yang memuat tentang pengertian imperatif, pengertian fungsi bahasa, pragmatik, konteks situasi tutur,
jenis-jenis tindak tutur, praanggapan, implikatur, entailmen, prinsip kerjasama, prinsip sopan-santun, teori kesantunan bahasa, gaya bahasa, dan kode.
Bab tiga metode penelitian yang menguraikan mengenai alasan dipilihnya taman kanak-kanak tersebut sebagai lokasi penelitian, diuraikan mengenai
metode penelitian, sumber data penelitian, populasi, sampel, data penelitian, teknik pengumpul data, dan metode analisis data.
Bab empat analisis data yang menguraikan tentang hasil temuan penelitian, diuraikan pula mengenai analisis hasil temuan penelitian, dan terakhir dilengkapi
dengan hasil kuantifikasi hasil temuan penelitian. Bab lima kesimpulan yang menguraikan kesimpulan dari seluruh hasil
penelitian yang telah dilakukan, dan diuraikan pula saran yang bisa diberikan terhadap kesempurnaan hasil penelitian. Saran tersebut dapat ditindaklanjuti oleh
peneliti lain yang tertarik mengambil obyek tentang imperatif. Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka yang memuat tentang
acuan yang dipergunakan dalam penelitian ini, disertai juga lampiran yang memuat data penelitian, lampiran jadwal penelitian, dan lampiran surat ijin
penelitian.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Imperatif
Banyak linguis menyebut imperatif dengan berbagai istilah. Berikut ini adalah kutipan pendapat beberapa linguis. Ramlan berpendapat sebagai berikut.
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang yang diajak
berbicara. Pola intonasi kalimat suruh adalah 2 3 1 atau 2 3 2 jika diikuti partikel –lah pada predikatnya. Berdasarkan strukturnya, kalimat
suruh dapat digolongkan menjadi kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan 1987 : h.45.
Tuturan-tuturan berikut dapat dijadikan ilustrasi untuk menjelaskan jenis-jenis kalimat suruh di atas.
1. Guru : “Mbak Mia, majalahnya mana?” Mia : “Di atas, Bu”.
Guru : “Ambil”
Konteks Tuturan: Cuplikan percakapan yang terjadi di dalam ruang kelas
antara guru dengan seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas seperti siswa yang lain. Guru
menuturkan tuturan tersebut dengan intonasi cukup tinggi disertai tindakan menunjuk tas di samping pintu
kelas.