21
konteks tuturan seperti apa yang melingkupi tuturan tersebut, apa tujuan dari dituturkannya tuturan itu, tuturan tersebut merupakan suatu produk tindak ujar
dari peserta tutur, serta tuturan itu merupakan bentuk tindak ujar manusia. Apabila aspek-aspek tersebut diperhatikan maka dapat dipastikan bahwa komunikasi
antara penutur dengan mitra tutur tidak akan mengalami hambatan apapun.
E. Tindak Tutur
Dalam praktek bertutur, peserta tutur yang terlibat setidak-tidaknya menggunakan tiga jenis tindak tutur baik itu disadari maupun tidak disadarinya.
“The general heading of speech act is 1. Utteringword morphemes, sentences=performing
utterrance acts.
2. Reffering
and predicating=performing propotional acts. 3. Stating, questioning, commanding,
promising, etc=performing ilucationary acts” Searle 1969, h.23-24. Dari definisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tindak Lokusioner Locutionary Act
Tindak lokusioner merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tuturan ini dituturkan oleh penutur hanya sekedar menginformasikan
sesuatu hal tanpa adanya tendensi apapun, apalagi untuk mempengaruhi mitra tutur. Contoh di bawah ini dapat digunakan sebagai ilustrasi.
18. Guru : “Indonesia….mempunyai kepala negara. Kepala negara In…do…ne…sia bernama pre…si….den”.
19. Guru : “Api itu…ada yang berwarna merah….biru….ada juga yang berwarna kuning”.
22
Tuturan 18 dituturkan oleh guru kepada siswa saat mengajar di kelas semata-mata hanya untuk memberikan informasi bahwa Indonesia memiliki
kepala negara yang disebut presiden, karena bentuk negera Indonesia adalah Republik. Demikian juga tuturan 19 dituturkan oleh guru hanya sebagai
informasi bahwa api itu memiliki warna yang bermacam-macam seperti warna merah, biru, serta kuning. Pada dasarnya kedua tuturan tersebut dapat langsung
diidentifikasi tanpa menyertakan konteks tuturan karena keduanya hanya memberi informasi tanpa ada maksud apapun dibalik dituturkannya tuturan itu.
2. Tindak Ilokusioner Illocutionary Act Merupakan tindak tutur yang mengharapkan suatu reaksi dari mitra
tutur. Jenis tindak tutur ini perlu mempertimbangkan siapa penutur, siapa mitra tutur, kapan, dan dimana terjadinya tuturan itu. Tuturan di bawah ini bisa
dicermati. 20. Guru : “Dik, lha ini belum ditulis”
Konteks Tuturan: Dituturkan oleh guru saat berkeliling memeriksa hasil
pekerjaan yang sedang dikerjakan siswa. Guru menuturkan tuturan itu sambil menunjuk kotak kosong
di buku seorang siswa. Dituturkannya tuturan tersebut bukan hanya sekedar menginformasikan
kepada seorang siswa bahwa jawaban pada tugas yang dibuatnya ada yang kosong, namun dibalik tuturan itu terkandung maksud bahwa guru secara tidak
langsung mendesak siswa itu agar segera menuliskan jawaban pada soal tersebut sebelum dikumpulkan.
23
3. Tindak Perlokusioner Perlocutionary Act Tindak tutur ini dituturkan oleh penutur untuk mempengaruhi mitra
tutur agar melakukan apa yang diinginkan oleh penutur. Efek yang ditimbulkan tersebut dapat dikreasikan sendiri oleh penutur selama mitra tutur dapat
menangkap maksud dibalik tuturan itu. Perhatikan contoh di bawah ini. 21. Guru kepada seluruh siswa : “Lama-lama menjadi pa…..tung”
Konteks Tuturan: Disampaikan oleh guru sambil melipat tangan di depan
dada dan terdiam saat melihat beberapa siswa mulai ramai dan tidak memperhatikan keterangan guru.
Tuturan 21 dituturkan oleh guru dengan maksud supaya siswa diam, tenang, serta tidak bercakap-cakap saat guru memulai pelajaran atau saat guru
menerangkan materi tugas atau materi pelajaran. Akibat dari dituturkannya tuturan itu adalah siswa langsung terdiam dan melipat tangan di atas meja.
Adanya tanggapan yang diberikan oleh siswa saat mendengar tuturan guru tersebut didasarkan pada pemahaman bersama bahwa patung merupakan sebuah
benda yang diam, benda yang tidak bergerak dan tidak melakukan aktifitas apapun. Jadi, pada saat guru menuturkan tuturan tersebut siswa sudah tahu dan
paham maksud dibalik tuturan itu. Searle menyatakan bahwa “Tindak tutur ilokusioner dapat digolongkan
menjadi lima macam yaitu asertif, direktif, ekspresif, deklaratif, serta komisif” dalam Rahardi 2000, h.33-34.
Berikut ini dijelaskan kelima tindak ilokusioner tersebut. 1. Asertif Assertives, merupakan bentuk tutur dimana si penutur terikat
erat pada kebenaran preposisi yang diungkapkannya. Misalnya: berbohong, mengklaim.
24
2. Direktif Direktives, merupakan bentuk tutur yang dituturkan agar mitra tutur melakukan tindakan sebagai jawaban atas dituturkannya
tuturan oleh penutur. Misalnya: menjanjikan. 3. Ekspresif Expersives, merupakan bentuk tutur untuk menyatakan
sikap psikologis penutur terhadap suatu kejadian. Misalnya: meminta maaf, berterima kasih.
4. Deklarasif
Declaratives, merupakan
bentuk tutur
yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Misalnya:
memecat, menghukum. 5. Komisif Comisives, merupakan bentuk tutur yang dituturkan untuk
berjanji atau penawaran. Misalnya: menawarkan sesuatu, berjanji. Leech dan Kulka berpendapat sebagai berikut.
Satu maksud atau satu fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan berbagai macam bentuk. Bentuk menyuruh Commanding misalnya, dapat
dinyatakan dengan berbagai bentuk seperti bentuk imperatif, kalimat performatif eksplisit, kalimat performatif berpagar, pernyataaan
keharusan, pernyataan keinginan, rumusan saran, persiapan pertanyaan, isyarat kuat, serta isyarat halus dalam Gunarwan, 1992 : h.191
Berikut diberikan contoh untuk masing-masing bentuk tersebut. a. Kalimat performatif eksplisit “Ibu minta kamu duduk”
b. Kalimat performatif berpagar “Sebenarnya ibu minta supaya kamu duduk”
c. Pernyataan keharusan “Kamu harus duduk” d. Pernyataan keinginan “Ibu ingin kamu duduk”
e. Rumusan saran “Bagaimana kalau kamu duduk?” f.
Persiapan pertanyaan “Kamu dapat duduk?”
25
g. Isyarat kuat “Kalau kamu tidak duduk, tidak usah menyanyi” h. Isyarat halus “Kita tidak akan menyanyi kalau kamu berdiri seperti itu”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat bertutur dapat dipastikan bahwa penutur akan menggunakan tiga jenis tindak tutur seperti lokusi,
ilokusi, serta perlokusi meskipun tidak digunakan secara bersamaan. Jenis tindak tutur ilokusi dapat memiliki maksud serta fungsi yang beraneka macam. Selain
itu, satu fungsi tindak tutur dapat dinyatakan dengan berbagai macam bentuk tuturan, yang walaupun bentuknya berbeda namun maksud yang terkandung
dalam tuturan-tuturan itu tetap sama.
F. Praanggapan, Implikatur, dan Entailmen