Konteks Situasi Tutur LANDASAN TEORI

19 the concern of pragmatics ‘ Semantik mempelajari makna dalam bahasa itu, hal ini berhubungan dengan arti bahasa itu sendiri. Ini tidak sama seperti apa yang diartikan orang dengan bahasa yang mereka gunakan, bagaimana mereka mewujudkan dalam kemampuan arti sebagai sumber komunikasi. Inilah yang dipelajari dalam pragmatik’” Widdowson 1997, h.61. Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat dipahami bahwa cakupan kajian pragmatik sangat luas sekali. Yang jelas dapat disepakati adalah bahwa suatu kajian pragmatik bukanlah kata atau kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran speech act.

D. Konteks Situasi Tutur

Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar, dengan kata lain pragmatik mengkaji makna yang didasarkan pada konteks. Konteks itu sendiri merupakan segala latar belakang pengetahuan back ground knowledge yang dipahami bersama antara penutur dan mitra tutur tentang apa yang sedang mereka pertuturkan. Dalam konteks sendiri terdapat beberapa aspek situasi tutur yang perlu dipahami oleh penutur dan mitra tutur jika mengharapkan berada dalam “gelombang” yang sama saat terjadi pertuturan diantara mereka. “Dalam praktek bertutur terdapat empat aspek yang harus ada yaitu penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tutur, tuturan sebagai bentuk tindak ujar, serta tuturan sebagai produk tindak verbal” Wijana 1996, h.10-13. Berikut ini diuraikan mengenai aspek-aspek tuturan tersebut. 1. Penutur dan Mitra Tutur. Konsep tersebut mencakup penulis dan pembaca jika tuturan itu dikomunikasikan dengan bentuk tulis. Aspek-aspek yang berkaitan dengan 20 penutur dan mitra tutur adalah umur, latar belakang sosial ekonomi, ras, dan sebagainya. 2. Konteks Tuturan. Dalam pragmatik, konteks mencakup semua aspek fisik atau seting sosial yang melatarbelakangi tuturan yang bersangkutan. Konteks fisik disebut koteks cotexs, sedangkan konteks setting sosial di sebut dengan konteks. Konteks merupakan segala latar belakang back ground knowledge yang dipahami peserta tutur. 3. Tujuan Tuturan. Satu bentuk tuturan yang dituturkan oleh penutur dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Sementara satu maksud atau tujuan dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda pula. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. 4. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Ujar. Jika gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, pragmatik mempelajari hubungannya dengan tindak verbal verbal act yang terjadi dalam situasi tertentu. Dengan kata lain pragmatik mengkaji tindak tutur yang jelas siapa penutur, mitra tutur, waktu terjadi tuturan, dan sebagainya. 5. Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal. Tuturan yang digunakan dalam pragmatik merupakan hasil dari tindak-tindak verbal peserta tutur dengan segala pertimbangan mengenai konteks yang melingkupi tuturan-tuturan itu sendiri. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agar praktek bertutur dapat berjalan lancar dan berhasil baik, para peserta tutur harus pula memperhatikan aspek-aspek tutur seperti siapa penutur dan siapa mitra tutur, 21 konteks tuturan seperti apa yang melingkupi tuturan tersebut, apa tujuan dari dituturkannya tuturan itu, tuturan tersebut merupakan suatu produk tindak ujar dari peserta tutur, serta tuturan itu merupakan bentuk tindak ujar manusia. Apabila aspek-aspek tersebut diperhatikan maka dapat dipastikan bahwa komunikasi antara penutur dengan mitra tutur tidak akan mengalami hambatan apapun.

E. Tindak Tutur