28
Apabila ada tuturan yang berbunyi “Sulis adalah dosen Fakultas Sastra Indonesia di Palembang”, maka tuturan tersebut mengindikasikan bahwa seorang
wanita bernama Sulis pernah mengenyam pendidikan di Universitas pada Fakultas Sastra Jurusan Indonesia sehingga ia bisa menjadi dosen Fakultas Sastra
Indonesia. Dari contoh tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam entailmen hubungan
antara tuturan dengan maksud tuturan itu bersifat mutlak necessary consequence. Artinya, dalam entailmen segala sesuatunya harus berhubungan
sehingga jelas keterkaitan semantisnya.
G. Prinsip Kerjasama
Bertutur merupakan dimensi sosial yang dijalani oleh peserta tutur yang terlibat dalam proses pertuturan itu. Dalam rangka untuk menjaga agar pertuturan
tersebut dapat berjalan lancar, maka peserta tutur yang terlibat dalam pertuturan itu harus aktif dan saling bekerjasama. Salah satu prinsip yang mengatur
kerjasama adalah yang dikemukakan oleh Grice dengan memuat empat maksim yaitu 1. Maksim Kuantitas. 2. Maksim Kualitas. 3. Maksim Relevansi. 4.
Maksim Pelaksanaan. Berikut ini adalah kutipan pendapat Grice. 1. The maxim of quantity make your contribution as informative as
required. Do not make your contribution more informative than required.
2. The maxim of quality do not say what you believe to be false, do not say that for which you lack adequate evidence.
3. The maxim of relation make you contribution relevant.
29
4. The maxim of manner be prespicuous and specially = avoid obscurity, avoid ambiguity, be brief, be orderly. Dalam Rahardi 2000, h.51
Keempat prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Maksim Kuantitas The maxim of quantity
Menurut maksim ini saat bertutur, penutur diharapkan memberikan informasi yang jelas, padat, singkat, dan tidak bertele-tele. Diharapkan pula
informasi tersebut tidak melebihi informasi sebenarnya yang diperlukan oleh mitra tutur. Perhatikan contoh di bawah ini.
23. Guru : “Anak-anak nanti mewarnai gambar rumah seperti kemaren”. 24. Guru : “Anak-anak nanti mewarnai gambar rumah seperti kemaren.
Pintu warnanya apa, jendela warnanya apa, kursi warnanya apa, genting warnanya apa”.
Konteks Tuturan: Kedua data tuturan diatas dituturkan guru pada waktu
menerangkan tugas apa yang harus dikerjakan oleh siswanya.
Tuturan 23 merupakan tuturan yang cukup jelas dan informatif sehingga makna yang terkandung dalam tuturan tersebut dapat ditangkap oleh siswa.
Mereka tahu bahwa harus mewarnai gambar rumah seperti apa yang telah mereka kerjakan sehari sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut telah
mematuhi prinsip dalam maksim ini. Tuturan 24 dapat dikatakan melanggar ketentuan dari maksim kuantitas.
Ini dapat di lihat dari penambahan keterangan yang berbunyi “Pintu warnanya apa, jendela warnanya apa, kursi warnanya apa, genting warnanya apa”, terlalu
bertele-tele sehingga membuat tuturan itu tidak informatif dan jelas. Akan tetapi,
30
kadangkala menghadapi anak yang terbilang usianya masih relatif muda seperti usia anak Taman kanak-kanak, guru sering melanggar ketentuan dari maksim ini.
Hal itu mengingat siswa Taman kanak-kanak sangat memerlukan perintah yang benar-benar jelas dan rinci.
2. Maksim Kualitas The maxim of quality Jenis maksim ini mengharapkan penutur untuk memberikan informasi
secara benar, sesuai dengan fakta yang ada. Fakta yang diharapkan tersebut harus didukung oleh bukti yang nyata . Tuturan di bawah ini bisa untuk menjelaskan
jenis maksim ini. 25. Guru : “Bu Isti menggambar….., ini namanya matahari terbit,
namanya pa…gi”.
Konteks Tuturan: Dituturkan guru kepada siswanya saat menerangkan
materi pelajaran di dalam kelas. Guru menuturkan tuturan itu sambil menunjuk gambar yang ada di
papan tulis. Tuturan 25 yang dituturkan penutur memiliki informasi tentang gambar
matahari baru terbit yang dibuat oleh guru. Informasi tersebut benar-benar sesuai dengan fakta yang ada bahwa memang apabila matahari baru terbit selalu pada
pagi hari bukannya siang hari, sore atau bahkan pada malam hari. 3. Maksim Relevansi The maxim of relevation
Jenis maksim ini mengharapkan peserta tutur hendaknya sama-sama memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu hal yang sedang dituturkan.
Apabila peserta tutur sudah memenuhi jenis maksim ini diharapkan dalam praktek
31
bertutur tidak mengalami hambatan. Tuturan di bawah ini bisa untuk memperjelas jenis maksim ini.
26. Guru : “Dengarkan, ini nanti boleh membuat kue ulang tahun”. Siswa : “Yang panjang umurnya itu, Bu?”
Guru : “Ya”.
Konteks Tuturan: Cuplikan percakapan antara guru dan siswa yang terjadi
saat pelajaran menggambar sedang berlangsung. Guru menuturkan tuturan itu sambil menganggukkan kepala.
Tuturan di atas dikatakan memenuhi maksim relevansi karena diantara guru dengan siswa saling bekerjasama memberikan kontribusi yang sesuai tentang
topik yang mereka bicarakan. Walaupun kontribusi yang diberikan siswa sepintas lalu memang tidak berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh guru, namun
apabila lebih dicermati maka terdapat relevansi kontribusi yang diberikan siswa terhadap apa yang dikatakan oleh guru, yaitu implikasi yang terkandung didalam
tuturan yang dikemukakan oleh siswa. Sudah menjadi kebisaan bahwa dalam setiap peringatan ulang tahun selalu disertai dengan menyanyikan lagu “Selamat
Ulang Tahun”. Fenomena seperti contoh di atas mengisyaratkan bahwa kontribusi dari peserta tutur relevansinya tidak selalu harus terletak pada makna ujarannya,
tetapi bisa pula pada apa yang diimplikasikan oleh tuturan tersebut. 4. Maksim Pelaksanaan The maxim of manner
Jenis maksim ini mengharuskan peserta tutur untuk berpraktek tutur secara jelas dan mudah dimengerti. Tuturan di bawah ini bisa untuk memperjelas jenis
maksim ini. 27. Guru : “Nanti Bu Guru dekte, anak-anak nulis angka satu sampai
lima dulu”.
32
Siswa : “Sampai lima, Bu?” Guru : “Nggih, nomer satu…..”.
Siswa : ”Belum, Bu” Guru : “Nomer satu, tuliskan b … a …, ba …, b … I …, bi …., strip,
r… u …., ru …., s … a …, sa …, ba …bi …. ru …. sa ….”.
Konteks Tuturan: Cuplikan percakapan tersebut terjadi pada saat
guru mendektekan beberapa kata kepada siswanya. Terjadi saat pelajaran menulis sedang
berlangsung di dalam kelas. Dilihat dari maksim pelaksanaan, maka tuturan 27 di atas tidak
melanggar prinsip yang ada dalam maksim jenis ini. Tindakan guru yang mengeja contoh sebuah kata satu persatu dilakukan agar lebih dipahami dan dimengerti
oleh para siswa. Cara-cara seperti itu dalam pengajaran di kelas-kelas B nol besar Taman kanak-kanak sangat sering dijumpai. Hal ini dilakukan guru agar
siswanya mudah untuk mengingat bentuk-bentuk huruf. Cara tersebut dilakukan untuk mempersiapkan siswa memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
H. Prinsip Sopan-Santun