LATAR BELAKANG Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol sebagai Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bagi negara dengan penduduk mayoritas muslim, terdapat salah satu aspek keamanan pangan yang menjadi perhatian saat ini, yaitu kehalalan. Aspek ini tidak hanya menjadi perhatian serius di negara-negara muslim, namun juga menjadi perhatian di negara-negara non muslim. Jumlah populasi muslim merupakan populasi terbesar di dunia, yaitu 1.57 miliar muslim atau 23 dari total populasi manusia keseluruhan sebesar 6.8 miliar manusia di dunia The Pew Forum, 2009. Besarnya populasi muslim menjadi gambaran besarnya konsumen muslim di dunia yang dapat menunjukkan urgensi kehalalan dalam produk pangan. Dalam satu dekade terakhir, industri pangan halal dunia berkembang luar biasa pesat. Diperkirakan nilai pasar kebutuhan pangan umat muslim pada tahun 2009 lalu mencapai US 634.6 milyar, atau 16 dari total industri pangan dunia. Pada tahun 2010, angka ini tumbuh menjadi US 661.6 milyar. Kondisi ini didukung oleh sistem penjamin kehalalan pangan yang berada di setiap negara. Sebagai bentuk upaya untuk menjamin kehalalan suatu produk pangan, terdapat sebuah lembaga yang fokus mengkaji kehalalan pangan, obat, dan makanan di Indonesia, yaitu Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LPPOM MUI. Lembaga ini memberikan status terhadap kehalalan suatu produk pangan, obat, dan kosmetika di Indonesia. Pangan yang telah memenuhi syarat kehalalan akan memperoleh sertifikat halal. Sertifikat halal tersebut akan sangat berguna terhadap citra atau mutu keamanan suatu produk pangan di mata konsumen muslim. Produktivitas sertifikat halal yang besar tentunya didukung oleh sistem sertifikasi halal yang diterapkan oleh setiap lembaga terkait. Sistem yang baik dan terevaluasi akan menjadi saran dan masukan terhadap kemajuan sertifikasi dan sertifikat halal yang dihasilkan. Selain itu, evaluasi tersebut dapat menjadi gambaran respon konsumen terhadap sistem kehalalan yang diterapkan di negara tersebut. Kemajuan aspek kehalalan juga terlihat dari meluasnya berbagai kajian ilmiah mengenai halal- haram. Terkait dengan halal-haram, dalam Islam dikenal bahan-bahan yang secara jelas diharamkan dalam Al- Qur‘an, yaitu babi, khamr, darah, bangkai, sembelihan atas nama selain Allah, hewan buas bertaring, hewan yang menjijikkan, dan hewan yang hidup di dua alam Muhammad, 2006. Khamr merupakan salah satu produk pangan yang sudah dikenal luas keberadaannya. Para ulama pun telah sepakat akan keharaman khamr, mengingat penyebutannya telah jelas dalam Al- Qur‘an. Khamr dihasilkan melalui proses fermentasi, yaitu fermentasi alkohol Ruhamah, 2009. Fermentasi itu sendiri adalah perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir, dan kapang Stanbury 1984. Senyawa alkohol yang diproduksi pada fermentasi alkohol untuk konsumsi manusia adalah etil alkohol atau etanol. Terdapat beberapa kajian ilmiah seputar alkohol dan khamr yang sudah dilakukan di negara lain. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya penyelarasan implementasi aturan halal-haram dalam Islam pada kemajuan teknologi yang ada. Selain itu, kajian ilmiah dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat mengenai aspek halal-haram yang seringkali terkendala pada pemahaman masyarakat yang kurang. Berdasarkan beberapa kondisi di atas, perlu dilakukan analisis proses sertifikasi halal sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi sistem manajemen halal yang telah dilakukan agar tercipta perbaikan ke arah yang lebih baik. Di samping itu, aspek kehalalan dirasa perlu dipahami secara komprehensif oleh masyarakat. Kajian ilmiah dan riset berdasarkan hadis dari Rasulullah mengenai larangan mengonsumsi perasan buah setelah tiga hari akan dilakukan dalam rangka mengkaji aspek halal-haram dalam Islam, khususnya mengenai alkohol dalam khamr, serta dapat berguna untuk memberi pemahaman pada masyarakat terhadap hasil kajian ilmiah dan riset yang mendukung kebenaran hukum dalam Islam.

1.2 TUJUAN

Dokumen yang terkait

Kewenangan LPPOM MUI dalam penentuan sertifikasi halal pasca berlakunya uu no.33 tahun 2014

4 90 0

SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK PANGAN STUDI PADA LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA LAMPUNG

0 3 14

Praktik Kerja Magang di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dengan Topik Khusus : Kajian Ilmiah Istiĥālah (Transformasi ) Babi

4 31 126

Evaluasi proses sertifikasi halal indonesia di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

6 25 135

SERTIFIKASI HALAL PRODUK LOKAL OLEH LEMBAGA PENGKAJIAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA (LP POM) MUI SUMATERA BARAT.

0 1 11

Eksistensi Dan Tanggungjawab Majelis Ulama Indonesia (Mui) Dalam Penerapan Sertifikasi Serta Labelisasi Halal Produk Pangan Di Indonesia ( Existence And Responsibility Of Majelis Ulama Indonesia (MUI) In Application And Certification Labeling Halal Food P

0 0 17

SERTIFIKASI HALAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (STUDY FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM)) PROVINSI LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 115

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR PENGAJUAN SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN OLAHAN KERIPIK PISANG (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika) Majelis Ulama Indonesia ( LPPOM MUI) Provinsi Lampung - Raden Intan Repository

0 6 150

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN SERTIFIKASI HALAL SUATU PRODUK DI INDONESIA (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan)

0 0 88

URGENSI PENERAPAN SERTIFIKASI HALAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TERHADAP PRODUK UMKM (STUDI DI KOTA MATARAM) JURNAL ILMIAH

0 2 18