Cara pembongkaran yang dilakukan oleh ABK armada tradisional di PPS Nizam Zachman kurang memperhatikan kualitas hasil tangkapan agar tetap
berkualitas baik. Dalam keranjang plastik, hasil tangkapan tidak diberi es lagi, dengan alasan karena hasil tangkapan yang berada dalam palka umumnya telah
diberi es berupa es curah sejak hasil tangkapan tersebut ditangkap. Alat bantu yang digunakan saat proses pembongkaran tidak memenuhi
kebersihanhigienitas dan cenderung bersifat merusak. Alat bantu yang digunakan seperti ember, tali dan keranjang plastik terlihat dalam kondisi kotor, sangat
terlihat jarang dibersihkan. Alat bantu lainnya yang berupa pancong cenderung bersifat merusak. ABK menggunakan alat tersebut untuk digunakan dalam
mengambil atau meraih hasil tangkapan berukuran relatif besar dalam palka kapal atau memindahkannya ke atas dek.
Cara dan alat yang digunakan dalam pembongkaran seperti di atas tidak sesuai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan aktivitas
pendaratan hasil tangkapan di tempat pendaratan ikan yang disarankan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Anonymous, 2007
a
, yang mengemukakan bahwa dalam melakukan pembongkaran hasil tangkapan, alat yang digunakan
harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, sehingga pada saat digunakan
selalu dalam keadaan bersih. Alat tersebut juga tidak bersifat merusak. Cara pembongkaran hasil tangkapan juga harus dilakukan dengan cepat,
m
enempatkan hasil tangkapan dalam wadah yang sesuai dengan ukuran hasil tangkapan dan
menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap serendah mungkin subsubbab. 2.3.3.
5.1.2 Penurunan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga
Hasil tangkapan yang telah diletakkan ke dalam keranjang plastik dan disusun di atas dek kemudian diturunkan ke dermaga. Proses penurunan hasil
tangkapan dalam keranjang plastik dari atas dek ke lantai dermaga menggunakan alat bantu berupa papan luncur yang terbuat dari kayu dengan panjang sekitar dua
meter, lebar 50 cm. Keranjang plastik berisi hasil tangkapan diluncurkan dengan menggunakan papan luncur yang diletakkan antara sisi kapal dengan lantai
dermaga dengan k emiringan sekitar 30˚ Gambar 13b.. ABK atau buruh angkut
“menyongsong” keranjang plastik berisi hasil tangkapan tersebut untuk kemudian
mengambil dan meletakkannya ke lantai dermaga. Hasil tangkapan yang telah diletakkan di lantai dermaga disiram dengan air kolam pelabuhan kemudian
diangkut oleh buruh dengan menggunakan lori menuju ke gedung TPI Gambar 15.
a. b.
a. b.
Gambar 13 Fasilitas terkait aktivitas pendaratan hasil tangkapan di dermaga PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007
a.Keranjang plastikwadah hasil tangkapan yang digunakan di dermaga pendaratan hasil tangkapan armada tradisional;
b.Papan luncur yang digunakan untuk memindahkan hasil tangkapan armada tradisional dari dek kapal ke lantai dermaga
Berdasarkan Anonymous 2007
a
, proses penurunan hasil tangkapan armada tradisional dari dek ke dermaga pendaratan di PPS Nizam Zachman tidak
memenuhi syarat. Syarat yang dimaksud yaitu berupa cara atau metode penanganan hasil tangkapan dan cara penurunan hasil tangkapan dari dek kapal ke
lantai dermaga. Anonymous 2007
a
selanjutnya menjelaskan bahwa dalam melakukan proses penurunan hasil tangkapan dari dek ke dermaga pendaratan
haruslah menggunakan peralatan yang bersih dan tidak bersifat merusak. Pada saat proses penurunan hasil tangkapan tersebut, hasil tangkapan harus terlindung
dari terpaan sinar matahari langsung. Di PPS Nizam Zachman, ABK kapal-kapal tradisional menurunkan hasil
tangkapan dengan menggunakan papan luncur yang berpotensi merusak hasil tangkapan. Hasil tangkapan dalam keranjang, terutama yang berada paling bawah
wadah keranjang, kerap kali bagian tubuhnya keluar melalui lubang keranjang dan
bersentuhan dengan keras terhadap papan luncur. Keluarnya bagian tubuh tersebut disebabkan tekanan dari bagian atas sebagai akibat dari penumpukan hasil
tangkapan yang melebihi batas tinggi keranjang. Pada saat penelitian, tidak jarang hasil tangkapan terlihat tergencet dan
bersentuhan secara keras dengan papan luncur. Kondisi tersebut semakin memperburuk dengan banyaknya keranjang yang bagian bawahnya telah rusak
akibat penggunaan yang terus menerus dengan cara demikian Gambar 14.
Gambar 14 Sisi bagian bawah keranjang plastikwadah hasil tangkapan yang telah rusak dan berlubang akibat gesekan dengan papan luncur dan
lantai gedung TPI
Cara pencucian hasil tangkapan yang dilakukan oleh ABK juga tidak memenuhi prinsip kerja cepat, cermat, dan higienis. Hasil tangkapan yang telah
diturunkan dari atas kapal disiram dengan menggunakan air kolam pelabuhan Gambar 15a.. Air kolam pelabuhan dermaga barat PPS Nizam Zachman Jakarta
cenderung kotor dan bau akibat sampah dan kotoran sisa pembuangan ceceran- ceceran ikan yang dibuang ke kolam Gambar 15b.. Penyiraman hasil tangkapan
dengan air kolam pelabuhan tersebut dapat semakin menurunkan kualitas hasil tangkapan yang didaratkan. Kualitas hasil tangkapan akan dapat menurun akibat
dari aktivitas metabolisme bakteri yang berada pada ikan atau hasil tangkapan lainnya.
Kondisi mutu hasil tangkapan didaratkan tersebut dapat semakin menurun dengan tidak digunakannya atap atau alat penutup yang dipasang di atas papan
luncur ketika penurunan hasil tangkapan dilakukan, sehingga hasil tangkapan terkena sinar matahari langsung.
a. b.
a. b.
Gambar 15 Penyiraman hasil tangkapan dan kondisi kolam pelabuhan dan lantai dermaga di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007
a.Penyiraman hasil tangkapan dengan air kolam pelabuhan oleh ABK di dermaga pendaratan tradisional;
b.Kolam pelabuhan dan lantai dermaga pendaratan yang kotor dengan sampah dan kotoran sisa pembuangan ceceran ikan
5.1.3 Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke gedung TPI
Proses pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI dilakukan oleh buruh dengan menggunakan alat bantu berupa lori. Lori adalah alat bantu angkut
yang terbuat dari besi yang bentuknya memanjang dan mempunyai roda seperti pada Gambar 16a.
Untuk satu unit lori, dapat membawa dua hingga tiga unit keranjang plastik berisi hasil tangkapan dengan cara ditumpuk. Dalam proses pengangkutannya,
buruh tidak menutupi keranjang tersebut dengan penutup sehingga hasil tangkapan terkena sinar matahari langsung.
Buruh-buruh yang bekerja di sekitar gedung TPI merupakan buruh sewa yang dibayar oleh pemilik kapal jika pemilik kapal ingin menggunakan jasa
mereka. Jumlah buruh yang terlibat dalam membantu proses pengangkutan hasil tangkapan berjumlah 5-10 orang. Kebutuhan jumlah tenaga buruh tersebut
tergantung dari banyaknya volume hasil tangkapan yang didaratkan. Pada saat penelitian dilakukan, untuk volume hasil tangkapan sebesar dua ton dibutuhkan
sejumlah 7 orang buruh Gambar 16b.. Lama waktu tempuh pengangkutan hasil tangkapan oleh buruh dari kapal
menuju ke gedung TPI bersifat relatif, tergantung dari jumlah tenaga kerja, alat angkut dan jarak tempat pembongkarankapal bertambat menuju ke gedung TPI.
Lama waktu pengangkutan tercepat dari kapal bertambat menuju ke gedung TPI adalah sekitar 1 sampai 2 menit, sementara lama waktu tempuh terlama sekitar 3
sampai 5 menit. Jarak tempuh terdekat dari kapal bongkar menuju TPI sekitar 50 meter, sementara jarak tempuh terjauh yang dilalui oleh buruh menuju gedung
TPI adalah sekitar 300 meter.
a. b.
Gambar 16 Aktivitas pengangkutan hasil tangkapan dan fasilitas terkait di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007
a.Lori-lori yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan yang didaratkan di dermaga pendaratan tradisional;
b.Buruh sedang mengangkut hasil tangkapan dari dermaga pendaratan tradisional ke gedung TPI
Menurut Ilyas 1983 menjelaskan jarak antara dermaga dengan gedung TPI diharuskan tidak jauh, agar proses pengangkutan dapat berjalan dengan cepat
sehingga hasil tangkapan dapat terjaga mutunya. Tidak dijelaskan berapa jauh jarak yang dimaksudkan oleh Ilyas tersebut. Dalam komunikasi pribadi dengan
Pane 2009, bila menggunakan pendekatan penggunaan crane sebagai alat bantu dalam memindahkan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI, maka jarak tersebut
dapat ditentukan. Jarak terdekat antara dermaga dengan atap gedung TPI
diharapkan sejauh sepanjang lengan crane yang digunakan ditambah satu meter. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar menghindarkan hasil tangkapan tidak
berlama-lama terkena sinar matahari dan panasnya udara serta pada saat crane memindahkan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI, hasil tangkapan dapat
berpindah dengan cepat tanpa hambatan menuju gedung TPI. Dalam melakukan pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke gedung
TPI, alat bantu yang digunakan, seperti alat dorong berupa lori, gerobak dan sebagainya, harus selalu dalam keadaan bersih. Proses pengangkutan harus
menggunakan alat penutup agar hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari langsung, sehingga kualitasnya terjaga.
5.2 Aktivitas Pelelangan Hasil Tangkapan