Prasarana dan sarana umum 1 Air Minum

kerja, berupa pemberian persentase praktek langsung lebih besar dibandingkan pembelajaran teori. Akan tetapi, walaupun demikian persentase tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA Kejuruan masih lebih rendah dibandingkan dengan SLTA Umum. Berdasarkan Anonymous 2007c, tingkat SLTA Kejuruan di DKI Jakarta mencapai 9,9 dari jumlah penduduk menurut usia sekolah sedangkan SLTA Umum mencapai 25,2 . Pendidikan kejuruan yang ditawarkan beragam antara lain kejuruan pariwisata, bisnis dan manajemen, teknik, informatika, akuntansi, kesekretariatan, dan termasuk kejuruan perikanan dan kelautan. Pendidikan kejuruan perikanan dan kelautan yang berada di DKI Jakarta diantaranya Sekolah Tinggi Perikanan STP Departemen Pertanian Pasar Minggu Jakarta, Sekolah Menengah Ilmu Pelayaran, dan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. Pendidikan kejuruan di bidang perikanan dan kelautan membantu Pemerintah dalam membentuk para generasi muda untuk menimba ilmu dan keterampilan perikanan dan kelautan dalam rangka membangun perikanan Indonesia khususnya perikanan di DKI Jakarta.

4.1.3 Prasarana dan sarana umum 1 Air Minum

Penduduk DKI Jakarta umumnya menggunakan air minum yang berasal dari sumber air Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Penyediaan sumber air minum DKI Jakarta dikelola, dioperasikan, dan dipelihara oleh Badan Usaha Milik Daerah BUMD milik Pemerintah Daerah Pemda DKI Jakarta melalui Perusahaan Daerah Perusahaan Air Minum Jakarta Raya PD PAM Jaya. Pada tahun 2006, konsumsi air minum penduduk DKI Jakarta dari sumber air PDAM adalah sebesar 39,7 persen, sementara dari sumber lainnya seperti air kemasan, pompa dan sumur berturut-turut yaitu 20,8 persen, 33,2 persen, dan 4,9 persen Anonymous, 2007c. Persentase tersebut menunjukkan bahwa masih banyak penduduk DKI Jakarta yang belum menikmati fasilitas PDAM untuk konsumsi air minum. Walaupun pelayanan jasa penyediaan air bersih PDAM memiliki jaminan kebersihan dan hiegenitas yang telah teruji dan menawarkan harga yang terjangkau Anonymous, 2007c, namun jaringan PDAM belum menjangkau seluruh penduduk provinsi ini. Sumber air bersih lainnya yang berasal dari air pompa atau sumur adalah jelas tidak terjamin kebersihan dan hiegenitasnya, sementara sumber air minum kemasan dijual dengan harga yang lebih mahal dibanding bila memasak air yang berasal dari PDAM termasuk air asal PDAM yang telah dimasak. Konsumsi air bersih bagi penduduk DKI Jakarta yang bermukim di wilayah pantai seperti Kota Jakarta Utara sebagiannya juga mengandalkan pelayanan dari PD PAM Jaya. Kebutuhan air bersih dalam menunjang kehidupan sehari-hari penduduk Jakarta Utara belum sepenuhnya dipenuhi dari sumber air PDAM. Kebutuhan penggunaan air bersih bagi penduduk Jakarta Utara, khususnya penduduk yang berprofesi sebagai nelayan, selain digunakan untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci juga digunakan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan nelayan seperti untuk kebutuhan melaut, pencucian ikan sebelum dikeringkan, dan lain-lain. Air yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan nelayan, terutama nelayan tradisional, seperti untuk mencuci kapal, mencuci hasil tangkapan selama pembongkaran dan mencuci peralatan yang digunakan oleh nelayan, termasuk alat tangkap, umumnya masih menggunakan air laut, yaitu air yang berasal dari kolam pelabuhan. Air yang digunakan untuk perbekalan melaut seperti kebutuhan air minum, umumnya menggunakan air PDAM yang mereka bawa dari rumah atau air yang mereka beli dari sumber lain atau membawa botol-botol air kemasan yang mereka beli sebelum berangkat melaut. 2 Listrik Kebutuhan daya listrik di DKI Jakarta dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara PT PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang. Kebutuhan daya listrik pelanggan listrik DKI Jakarta pada tahun 2006 mencapai 4.500 megawatt MW, sementara kemampuan pasokan listrik yang dipenuhi PT PLN sebesar 2.000 MW Anonymous, 2007c. Dengan demikian, pelanggan listrik wilayah DKI Jakarta masih kekurangan pasokan daya listrik. Jumlah pelanggan listrik DKI Jakarta paling besar adalah untuk konsumsi rumahtangga. Pada tahun 2006, jumlah pelanggan rumahtangga tercatat 2.967.657 pelanggan. Pelanggan kedua terbesar adalah untuk keperluan bisnis yaitu tercatat sebesar 224.929 pelanggan. Untuk keperluan sosial, industri, Pemerintah dan traksi konsumsi listrik DKI tercatat berturut-turut sebesar 36.762, 10.264, 7.286, 4.148, dan 17 pelanggan Anonymous, 2007c. Untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik di wilayah DKI Jakarta, PT PLN melakukan kebijakan pemadaman listrik bergilir bagi pelanggan listrik di setiap wilayah DKI. Kebijakan tersebut menimbulkan konsekuensi yaitu tidak meratanya pasokan listrik bagi pelanggan yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Kondisi seperti yang dijelaskan di atas, menimbulkan kerugian bagi pelanggan listrik di DKI Jakarta. Kebijakan pemadaman listrik bergilir tersebut dapat mengganggu penduduk DKI Jakarta dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan terkait perikanan. Aktivitas-aktivitas perikanan yang didukung oleh kebutuhan listrik, seperti lampu penerangan di gedung TPI, darmaga dan kebutuhan listrik di pabrik es, menjadi tidak berjalan bila mendapat giliran pemadaman listrik sehingga pasokan listrik tidak terpenuhi, dan aktivitas terkait menjadi terhambat. 3 Transportasi, pos dan telekomunikasi Sarana transportasi yang terdapat di DKI Jakarta cukup lengkap. Sarana- sarana tersebut membantu penduduk DKI Jakarta dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, baik untuk keperluan bisnis, sekolah, bekerja, dan sebagainya. Sarana transportasi di DKI Jakarta melayani penumpang mencakup seluruh pelosok wilayah DKI Jakarta sehingga memudahkan akses bagi penduduk dalam berpergian dari satu tempat ke tempat lain. Sarana transportasi yang banyak digunakan oleh penduduk DKI Jakarta adalah transportasi darat. Pada tahun 2006, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta terdaftar 7,97 juta unit; terdiri sepeda motor, mobil penumpang, mobil beban, dan mobil bis tidak termasuk TNI, POLRI, dan CD Anonymous, 2007c. Selanjutnya Anonymous 2007c mengemukakan bahwa transportasi darat utama yang banyak digunakan untuk angkutan penumpang umum adalah kereta api. Pada tahun 2006 jumlah penumpang kereta api naik 5,98 persen dari tahun 2005 yaitu dari 116,23 juta orang menjadi 123,19 juta orang. Berdasarkan Anonymous 2008b, pelayanan transportasi darat bagi penduduk DKI Jakarta masih kurang. Banyak masalah yang dihadapi pemerintah provinsi berkaitan dengan transportasi darat di DKI Jakarta diantaranya kurangnya transportasi umum dan tingginya mobilitas penumpang di provinsi ini, meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan pribadi, tidak seimbangnya laju pertumbuhan kendaraan dengan ruas jalan sehingga meningkatnya jumlah lokasi rawan kemacetan di DKI Jakarta. Sarana transportasi umum kedua yang banyak digunakan penduduk DKI Jakarta adalah transportasi udara. Berdasarkan Anonymous 2007c, lalu lintas pesawat udara yang berangkat pada tahun 2006 untuk penerbangan internasional, domestik dan penerbangan lokal masing-masing tercatat sebanyak 23.551, 110.692, dan 9.876 penerbangan. Penerbangan internasional dan domestik terjadi peningkatan, masing-masing sebesar 9,1 persen dan 0,6 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya; sedangkan untuk penerbangan lokal turun sebesar 9,8 persen. Anonymous 2007c juga menyatakan bahwa transportasi laut merupakan sarana transportasi alternatif bagi penduduk DKI Jakarta, terutama untuk transportasi antar pulau. Jumlah arus penumpang kapal laut untuk pelayaran antar pulau tercatat pada tahun 2006 yang datang dan berangkat melalui pelabuhan Tanjung Priok turun 15,84 persen dari 577.060 orang menjadi 485.644 orang. Anonymous 2007d menambahkan bahwa transportasi laut DKI Jakarta belum merata, hal ini berdasarkan masih minimnya transportasi laut yang ada di Kabupaten Kepulauan Seribu. Jenis-jenis transportasi yang ada memberikan keuntungan bagi keberlangsungan aktivitas perikanan di DKI Jakarta. Pengangkutan hasil perikanan hasil tangkapan dapat diangkut menggunakan mobil, truk, kereta, kapal niaga, dan pesawat terbang. Dengan demikian, pengangkutan hasil tangkapan khususnya dari PPPPI atau tempat pendaratan ikan ke tempat konsumen pasar dapat didistribusikan ke berbagai daerah di DKI Jakarta dan luar Jakarta termasuk ekspor dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Penggunaan sarana trasnportasi perlu didukung oleh pembangunan prasarananya. Prasarana yang dibangun untuk mendukung berbagai sarana transportasi yang disediakan di DKI Jakarta antara lain berupa jalan raya, jalan layang, jembatan, maupun jalan tol. Pembangunan prasarana ini berguna sebagai pelengkap sarana transportasi yang disediakan. Salah satu fungsinya untuk memperlancar aktivitas pengangkutan hasil perikanan hasil tangkapan untuk didistribusikan dengan cepat. Pembangunan jalan tol lingkar luar Jakarta dan jalan tol yang langsung menuju Pelabuhan Tanjung Priok atau Bandara Internasional Sukarno-Hatta dari PPS Nizam Zachman, semakin mempermudah proses pengangkutan hasil tangkapan agar dapat didistribusikan dengan cepat ke tempat tujuan, terutama untuk tujuan luar wilayah DKI Jakarta dan tujuan luar negeri ekspor. Selain sarana transportasi, sarana pos dan telekomunikasi juga sangat berperan dalam menunjang aktivitas penduduk DKI Jakarta dalam kehidupan sehari-harinya; termasuk aktivitas nelayan di DKI Jakarta. Berbagai pelayanan pos dan telekomunikasi telah dibangun dan terus dikembangkan. Pelayanan pos di Indonesia, termasuk juga di DKI Jakarta, kini telah mencakup semua jasa pelayanan yang ditawarkan, selain jasa pos atau pengiriman surat. Pelayanan yang ditawarkan oleh kantor-kantor pos yang berada di DKI Jakarta dapat melayani pembayaran tagihan rekening listrik, rekening telepon, pembayaran angsuran kredit motor, angsuran kredit mobil, dan sebagainya. Berbagai pelayanan jasa tersebut memberikan kemudahan bagi penduduk DKI Jakarta dalam membayarkan iuran rutin kehidupan sehari-harinya, termasuk dalam memenuhi atau menunjang berlangsungnya aktivitas perikanan di DKI Jakarta. Kemudahan pelayanan jasa tersebut di atas juga didukung oleh tersedianya banyak kantor pos di berbagai tempat pemukiman di DKI Jakarta. Pada tahun 2006, Kantor Pos di DKI Jakarta tercatat sebanyak 254 unit yang meliputi delapan Kantor Pos besar, 179 Kantor Pos tambahan, dan 99 Rumah Pos Anonymous, 2007d. Tersedianya kantor pos yang cukup di berbagai wilayah pemukiman membuat penduduk DKI Jakarta mudah dalam mengakses jasa yang ditawarkan oleh kantor pos-kantor pos tersebut. Jasa pelayanan telekomunikasi yang terdapat di DKI Jakarta juga telah mencukupi tingginya kebutuhan penduduk DKI Jakarta terhadap telekomunikasi. Perusahaan telekomunikasi di DKI Jakarta telah memasang jutaan sambungan telepon ke berbagai wilayah di DKI, termasuk ke rumah-rumah maupun perkantoran. Berdasarkan Anonymous 2007c, pada tahun 2006 sambungan telepon di DKI Jakarta sebesar 1.925.940 unit, termasuk di dalamnya 360.343 unit di Jakarta Utara. Jasa pelayanan telekomunikasi di DKI Jakarta tidak hanya menawarkan bentuk telekomunikasi berupa sambungan telepon biasa, akan tetapi juga menawarkan jasa telekomunikasi seluler telepon genggam. Berkembangnya teknologi telekomunikasi seluler di dunia membuat penduduk DKI Jakarta lebih memilih melengkapi kebutuhan telekomunikasinya dengan komunikasi seluler berupa telepon genggam handphone. Penawaran dengan harga yang terjangkau, membuat berbagai tingkat usia penduduk DKI Jakarta kini telah dilengkapi dengan sarana telekomunikasi berupa telepon genggam tersebut. Kemudahan pelayanan jasa telekomunikasi di atas, memberikan keuntungan bagi penduduk DKI Jakarta dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya, terutama aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas bisnis dan ekonomi, termasuk di dalamnya bidang usaha perikanan. Para pelaku bisnis di bidang perikanan mendapatkan akses yang sangat mudah dalam bertransaksi bisnis untuk mencapai kesepakatan dalam jual-beli produk perikanan. Dengan demikian, pemesanan dan pengiriman produk perikanan dari nelayan dapat dilakukan dengan cepat sehingga kualitas produk perikanan hasil tangkapan mempunyai kualitas yang baik sampai ke konsumen.

4.1.4 Keadaan umum perikanan