mengoperasikan sero serta bagan. Nelayan di Muara Baru mengoperasikan gill net dan pancing tuna long line.
Nelayan Jakarta Utara mengandalkan pendapatan hidupnya dari kegiatan usaha penangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan
dijual melalui pasar-pasar yang berada di wilayah Jakarta Utara, terutama pasar- pasar ikan seperti di Pasar Ikan, Pusat Pemasaran Ikan PPI Muara Angke, PPI
Muara Baru, dan sebagainya. Umumnya hasil tangkapan yang dijual sebagai pendapatan nelayan
tradisional DKI Jakarta kurang dapat memenuhi untuk keperluan hidup sehari- hari, hal ini dikarenakan harga jual hasil tangkapan yang dipasarkan rendah.
Rendahnya harga jual hasil tangkapan yang dipasarkan dikarenakan kurangnya pengetahuan nelayan dalam menjaga kualitas hasil tangkapan yang dipasarkan.
Kurangnya pengetahuan nelayan tersebut dikarenakan tingkat pendidikan nelayan DKI Jakarta cenderung masih rendah.
4.2.2 Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta 1 Sejarah
Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Nizam Zachman terletak di Teluk Jakarta, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara. Berdasarkan Anonymous
2006
b
, PPS Nizam Zachman sebelumnya disebut dengan Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta PPSJ. PPSJ diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Awalnya
PPSJ berbentuk Project Management Unit PMU, namun seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa maka pada tahun 1992 dibentuk Perum
Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas
pelabuhan perikanan yang bersifat komersial. Adapun di lain pihak Unit Pelaksana Teknis UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta mempunyai
wewenang dan tanggungjawab melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintahan di Pelabuhan.
Selanjutnya Anonymous
2006b mengemukakan
bahwa dalam
pembangunan PPSJ, pemerintah Indonesia meminta pemerintah Jepang untuk memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta, termasuk faislitas-
fasilitas di dalamnya. Perencanaan pembangunan PPSJ dimulai sejak tahun 1972. Studi kelayakannya dilakukan oleh pemerintah Jepang melalui Overseas
Technical Cooperation Agency JICA. PPSJ mulai dibangun tahun 1980 dengan pembiayaan bantuan dari pemerintah Jepang melalui Overseas Econimic
Cooperation Fund OECF dan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Perencanaan teknis pembangunan pelabuhan dilaksanakan oleh Pacific
Consultant International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia.
Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta PPSJ berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor KEP.04MEN2004 dalam rangka
mewujudkan semangat membangun perikanan di masa yang akan datang, memberi penghargaan kepada Bapak Nizam Zachman yang pernah menjabat
sebagai Direktur Jenderal Perikanan periode 1969-1976, dengan mencantumkan namanya sebagai nama pelabuhan perikanan yang terletak di jalan Muara Baru,
Jakarta Utara tersebut sehingga PPSJ berubah nama menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Anonymous, 2004.
2 Pengelolaan
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta PPS Nizam Zachman dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis UPT dan Perusahaan Umum
Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Unit Pelaksana Teknis UPT bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap UPT,
2005 vide Wulandari, 2007. Secara teknis tugasnya antara lain menyelenggarakan urusan umum pemerintah sebagai koordinator instansi terkait di lingkup PPS
Nizam Zachman dalam melayani masyarakat perikanan. Instansi terkait lain yang beraktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah :
1 Dinas Peternakan Perikanan, dan Kelautan DKI Jakarta; 2 Syahbandar;
3 Kesehatan Pelabuhan; 4 Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan KP3;
5 Bea Cukai; 6 Imigrasi;
7 Dinas Pemadam Kebakaran; 8 Karantina Ikan.
Berdasarkan Christanti 2005 vide Wulandari 2007, struktur organisasi dan tata kerja UPT PPS Nizam Zachman mengacu kepada Surat Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 26.IMEN2002 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan dengan susunan
organisasi yang terdiri dari : 1 Kepala Pelabuhan;
2 Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi : 1 Kepala Sub Bagian Umum,
2 Kepala Sub Bagian Keuangan. 3 Kepala Bidang Tata Operasional yang membawahi :
3 Kepala Seksi Kesyahbandaran Perikanan, 4 Kepala Seksi Pemasaran dan Informasi.
4 Kepala Bidang Pengembangan yang membawahi : 5 Kepala Seksi Tata Pelayanan,
6 Kepala Seksi Sarana. 5 Kelompok Jabatan Fungsional Pengawas Sumberdaya Ikan dan Hubungan
Masyarakat Kegiatan pelayanan kepada masyarakat dikelola oleh Perum Prasarana
Perikanan Samudera Cabang Jakarta yang mempunyai wewenang dan bertanggungjawab kepada Pemerintah Pusat Lubis, 2005. Perum ini merupakan
salah satu Badan Usaha Milik Negara BUMN. Sejak tahun 2001, seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN yang dipimpin
oleh seorang Menteri Negara BUMN Anonymous, 2009b. Berdasarkan Wulandari 2007, Perum Prasarana Perikanan Samudera diatur dalam
PP No. 2 Tahun 1990, PP No. 13 Tahun 1998 dan PP No. 23 Tahun 2000. Perum Prasarana Perikanan Samudera mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan
kegiatan usaha pelayanan melalui penyediaan fasilitas, barang dan jasa yang diberikan kepada masyarakat perikanan di dalam kawasan pelabuhan perikanan
serta sebagai stabilisator dan dinamisator dalam melaksanakan fungsi pelayanan umum bersama KUD dan swasta lainnya. Perum berpusat di Jakarta yaitu di PPS
Nizam Zachman, Muara Baru. Perum membawahi kantor-kantor cabang pelabuhan lainnya yaitu PPN Pekalongan, PPN Belawan, PPN Brondong, PPN
Pemangkat, PPP Tarakan, PPP Prigi, dan PPP Banjarmasin. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2000, maksud dan tujuan
dibentuknya Perum adalah Putra, 2007 : 1 Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan 2 Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha
industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan 3 Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil
perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan 4 Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen
kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan
Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Sumber : Wulandari 2007
Gambar 3 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta
KEPALA CABANG SEKSI TEKNIK
SUBSEKSI INSTALANSI SUBSEKSI FASILITAS PENDINGIN
DAN GENSET SUBSEKSI GALANGAN DAN
BENGKEL SEKSI PELAYANAN USAHA
SUBSEKSI GALANGAN DAN TATA KAPAL
SUBSEKSI PERBEKALAN SUBSEKSI ANEKA SARANA
SUBSEKSI COLD STORAGE SUBAG TATA USAHA
URUSAN KEPEGAWAIAN URUSAN KEUANGAN
URUSAN RT DAN PERLENGKAPAN URUSAN TATA LAKSANA
SUBSEKSI ANEKA JASA
Selama pelaksanaanya, timbul berbagai masalah dan kekurangan yang diketahui oleh masyarakat dan pihak Perum, maka Perum Prasarana Perikanan
Samudera menetapkan strategi untuk memperbaiki kekurangan dan permasalahan yang dihadapi tersebut. Berdasarkan Putra 2007, strategi yang telah ditetapkan
oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera adalah :
1 Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan
pelayanan dan menangkap peluang usaha baru 2 Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan beberapa sarana
pendukung yang memungkinkan diselenggarakannya secara baik dan lancar kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan
tersebut 3 Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha
terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru di luar usaha pokok perusahaan
4 Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan mengusulkan untuk dikelola perusahaan
5 Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan
memanfaatkan peluang usaha baru yang saling menguntungkan 6 Memperkuat struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa
pinjaman jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan
7 Mengupayakan terwujudnya tambahan Penyertaan Modal Pemerintah PMP dalam mendukung pengembangan perusahaan
Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman digambarkan di Gambar 4 berikut.
Sumber : Wulandari, 2007
Gambar 4 Struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta
3 Aktivitas Perikanan Tangkap 1 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan
Aktivitas penangkapan ikan dilakukan di suatu daerah penangkapan ikan DPI pada saat musim ikan puncak atau sedang. Bila di suatu DPI, musim ikan
sedang ”paceklik” maka aktivitas penangkapan dapat dilakukan di DPI yang lain. Aktivitas penangkapan ikan tidak harus dilakukan pada saat musim ikan saja,
terlebih ikan selalu bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain, sehingga pemilihan DPI lain yang sedang mengalami musim ikan puncak dapat dilakukan.
Salah satu faktor yang berkaitan secara tidak langsung dengan musim penangkapan di Indonesia adalah angin musim. Angin musim barat bertiup antara
November dan April bertepatan dengan musim penghujan, sedangkan angin musim timur antara Mei dan Oktober bertepatan dengan musim kemarau.
KEPALA PELABUHAN BAGIAN TATA USAHA
SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM
BIDANG TATA OPERASIONAL BIDANG PENGEMBANGAN
SEKSI TATA PELAYANAN SEKSI SARANA
SEKSI KESYAHBANDARAN PERIKANAN
SEKSI PEMASARAN DAN INFORMASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Musim barat merupakan musim dimana nelayan tidak dapat melakukan operasi penangkapan, hal ini dikarenakan pada musim tersebut cuaca dan ombak
yang terjadi di lautan tidak mendukung perahu kapal untuk melakukan pelayaran, selain ukuran kapal yang belum memadai untuk mengatasi pengaruh musim.
Untuk musim dimana nelayan dapat dengan leluasa melakukan operasi penangkapan adalah musim timur. Pada musim timur kapal dapat melakukan
pelayaran dengan aman karena ombak dan cuaca yang terjadi mendukung kapal untuk mencari ikan.
Musim pendaratan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan dapat diindikasikan oleh perkembangan produksi bulanan hasil tangkapan yang
didaratkan di pelabuhan perikanan tersebut. Pada tahun 2006, pendaratan hasil tangkapan di PPS Nizam Zachman dilakukan sepanjang tahun. Selama tahun
tersebut, musim puncak pendaratan hasil tangkapan terjadi empat kali yaitu pada bulan Januari, Maret, Agustus dan November Gambar 5 Pada bulan Maret
pendaratan hasil tangkapan sebesar 1.523,20 ton atau sebesar 9,3 . Pada bulan
Januari sebesar 1.507,79 ton atau 9,2 , November 1.471,19 ton atau 9,0 , dan Agustus sebesar 1.423,38 ton atau 8,7 Anonymous, 2006c.
Gambar 5 Perkembangan produksi bulanan hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
Ketepatan dalam penentuan daerah penangkapan ikan juga merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan,
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
Jan Feb Mar Apr
Mei Jun Jul
Agu Sep Okt Nov Des
P ro
d u
sk i
t o
n
Bulan
selain penentuan musim ikan. Bila penentuan daerah penangkapan ikan atau fishing ground tepat maka peluang keberhasilan operasi penangkapannya pun
tinggi. Penentuan fishing ground berkaitan dengan penentuan tempat distribusi atau migrasi ikan. Distribusi dan migrasi ikan berkaitan dengan siklus hidup dan
kondisi oseanografi di suatu perairan yang merupakan penunjang bagi kelangsungan hidup suatu populasi ikan.
Berdasarkan Anonymous 2006d, posisi geografis daerah-daerah
penangkapan ikan nelayan-nelayan Provinsi Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta terletak pada posisi 6° 00’ 00” LS sampai 4° 00’ 00” LS dan 106° 00’ 00”
BT sampai 108° 00’ 00” BT, yaitu terletak mulai dari perairan Teluk Jakarta
hingga perairan barat Sumatera Selatan. Nelayan PPS Nizam Zachman tidak hanya beroperasi di daerah-daerah penangkapan ikan yang disebutkan di atas
tersebut, akan tetapi juga beroperasi di perairan-perairan laut lainnya seperti Laut Natuna, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan.
Selanjutnya Anonymous 2006d menyebutkan bahwa daerah-daerah penangkapan ikan lainnya bagi nelayan-nelayan yang mendaratkan hasil
tangkapannya di PPS Nizam Zachman, seperti nelayan Indramayu, Tegal, Cirebon, nelayan Pekalongan, adalah di perairan Laut Jawa Bagian Barat yaitu
pada posisi 7° 00’ 00” LS sampai 5° 00’ 00” LS dan 108° 00’ 00” BT sampai 111° 00’ 00” BT.
2 Unit penangkapan ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan unit dalam suatu operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri dari alat tangkap dan kapal
perahu penangkapan ikan.
1 Alat tangkap
Jenis-jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam Zachman yaitu gillnet, longline,
purse seine, bubu, muroami, jaring tangsi dan boukeami.
Tabel 2 Jenis, jumlah dan komposisi alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
No. Jenis Alat Tangkap
Jumlah unit
Komposisi 1.
Gillnet 965
29,3 2.
Bubu 12
0,4 3.
Purse seine 828
25,1 4.
Longline 1.086
32,9 5.
Muroami 4
0,1 6.
Jaring Tangsi 57
1,7 7.
Boukeami 344
10,4 Jumlah
3.296 100,0
Sumber : Anonymous, 2006c data diolah kembali
1.000 2.000
3.000 4.000
5.000 6.000
7.000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun
Jum la
h A
la t
Ta ng
ka p
un it
Gambar 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPS Nizam Zachman periode 2000-2006
Pada tahun 2006, alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan PPS Nizam Zachman Tabel 2 didominasi oleh alat tangkap longline yaitu berjumlah
1.086 unit 32,9 dan gillnet berjumlah 965 unit 29,3 , sementara jenis alat tangkap lainnya seperti jaring tangsi gillnet monofilament hanya berjumlah 57
unit 1,7 , bubu berjumlah 12 unit 0,4 , boukeami berjumlah 344 unit 10,4 , purse seine berjumlah 828 unit 25,1 , dan muroami berjumlah 4 unit
0,1 . Pada tahun tersebut total alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan- nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam Zachman berjumlah
3.296 unit Anonymous, 2006c. Perkembangan jumlah alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan
PPS Nizam Zachman periode tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Gambar 6.
Jumlah alat tangkap yang beroperasi selama periode 2000-2006, memiliki
kecenderungan yang menurun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar negatif 8,5 setiap tahunnya. Jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2001, yaitu
sebanyak 6.217 unit, sedangkan jumlah terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 3.239 unit atau turun sebesar 16,9 dari tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan banyak alat tangkap yang tidak beroperasi karena nelayan tidak melaut. Banyaknya nelayan yang tidak melaut diduga dikarenakan mereka tidak
mampu lagi membeli solar untuk bahan bakar kapal. Harga bahan bakar minyak BBM tidak dapat dijangkau oleh nelayan, sejak kenaikan harga BBM yang
terjadi pada tahun 2005. Adapun penurunan jumlah alat tangkap yang dioperasikan pada periode tahun 2001-2003, menurut Putra 2007 diduga
dikarenakan banyaknya alat tangkap yang mengalami penurunan usia teknis sehingga tidak dapat dioperasikan dengan layak sedangkan pembelian alat
tangkap baru sulit dilakukan karena harganya yang relatif mahal. Umumnya pembelian alat tangkap baru dibeli dari negara lain impor sehingga harganya
relatif mahal. Dugaan tersebut dikuatkan berdasarkan wawancara peneliti dengan nelayan pemilik bahwa pabrik yang memproduksi alat tangkap di dalam negeri
sangat sedikit dan kualitasnya relatif kurang baik. Jenis alat tangkap dominan yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan PPS
Nizam Zachman dengan asumsi jumlah unit lebih besar dari 5 dari total alat tangkap di PPS Nizam Zachman adalah longline 32,9 , gillnet 29,3 , purse
seine 25,1 , dan boukeami 10,4 Gambar 7.
Longline 32,9
Gillnet 29,3
Purse Seine 25,1
Boukeami 10,4
Jaring Tangsi 1,7
Bubu 0,4
Muroami 0,1
Longline Gillnet
Purse Seine Boukeami
Jaring Tangsi Bubu
Muroami
Gambar 7 Diagram pie komposisi alat tangkap menurut jenis di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
Alat tangkap longline merupakan alat tangkap yang paling banyak dioperasikan di PPS Nizam Zachman. Hal ini dikarenakan di PPS Nizam
Zachman, alat tangkap longline dioperasikan dalam skala usaha besar, dimana skala usaha ini dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar yang bermukim di
kawasan industri PPS Nizam Zachman. Hasil tangkapan longline dari kawasan industri ini diperuntukkan tujuan ekspor Anonymous, 2006b.
Alat tangkap terbanyak kedua dan ketiga yaitu gillnet dan purse seine. Hasil tangkapan dari armada yang mengoperasikan kedua jenis alat tangkap ini sebagian
besar dipasarkan untuk keperluan dalam negeri atau lokal yaitu Muara Angke, Banten, Sukabumi, hingga Bandung.
2 Armada penangkapan ikan
Sebagian besar armada penangkapan ikan atau kapal ikan yang beroperasi di PPS Nizam Zachman merupakan jenis kapal motor; menggunakan mesin dalam
inboard. Kapal motor yang dioperasikan di PPS Nizam Zachman berukuran kurang dari 10 Gross Tonnage GT hingga lebih besar dari 200 GT.
Armada penangkapan ikan yang memanfaatkan PPS Nizam Zachman digolongkan ke dalam dua jenis kapal yaitu kapal tradisional dan kapal industri.
Armadakapal tradisional di PPS Nizam Zachman merupakan kapal-kapal motor yang memiliki ukuran kurang dari 30 Gross Tonage GT, sedangkan
armadakapal industri merupakan kapal motor yang berukuran mulai dari 30 GT hingga lebih dari 200 GT Anonymous, 2006b.
Armadakapal tradisional di PPS Nizam Zachman diantaranya kapal gillnet, muroami, boukeami, bubu dan jaring tangsi gillnet monofilament. Kapal-kapal
tersebut umumnya mempunyai ukuran kurang dari 30 GT. Armada kapal industri di PPS Nizam Zachman adalah kapal longline dan purse seine. Kedua jenis kapal
tersebut umumnya memiliki ukuran lebih dari 200 GT Anonymous, 2006b. Armada kapal tradisional di PPS Nizam Zachman melakukan pendaratan hasil
tangkapan di dermaga barat, sedangkan armada kapal industri di dermaga timur. Pada tahun 2006, frekuensi armada penangkapan ikan yang masuk ke PPS
Nizam Zachman Tabel 3 berjumlah 3.793 kali dan didominasi oleh kapal-kapal yang berukuran 20-30 GT, 50-100 GT dan 100-200 GT. Armada berukuran 20-30
GT berjumlah 1.104 kali 29,1 , berukuran 50-100 GT berjumlah 933 kali 24,6 dan kapal berukuran 100-200 GT berjumlah 1.141 kali 30,1 .
Tabel 3 Jumlah frekuensi kapal masuk dan komposisinya berdasarkan kategori ukuran kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
No. Kategori Ukuran Kapal
Gross Tonnage Frekuensi
kali Komposisi
1 10 GT
110 2,9
2 10- 20 GT
138 3,6
3 20-30 GT
1.104 29,1
4 30-50 GT
268 7,1
5 50-100 GT
933 24,6
6 100-200 GT
1.141 30,1
7 200 GT
99 2,6
Jumlah 3.793
100,0 Sumber : Anonymous, 2006b data diolah kembali
3 Nelayan
Penduduk DKI Jakarta yang berprofesi sebagai nelayan, terutama nelayan tradisional, umumnya merupakan masyarakat golongan menengah ke bawah yang
mayoritas tinggal di wilayah Kota Jakarta Utara, seperti yang dijelaskan pada subsubbab 4.2.1 di atas.
Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan DKI Jakarta tahun 2000-2006 Tahun
Jumlah Nelayan orang
Persentase Pertumbuhan
2000 71.898
- 2001
96.049 33,6
2002 110.372
14,9 2003
217.327 96,9
2004 219.472
0,9 2005
174.913 -20,3
2006 218.807
25,1 Rata-rata
158.405 25,0
Kisaran 71.898 - 219.472
-20,3 - 96,9
Sumber : Anonymous, 2006c data diolah kembali
50.000 100.000
150.000 200.000
250.000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun
Jum la
h N
el ay
an ora
ng
Gambar 8 Grafik perkembangan jumlah nelayan DKI Jakarta periode tahun 2000-2006
Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 2000 jumlah nelayan DKI Jakarta sebanyak 71.898 orang. Pada tahun 2003, jumlah nelayan meningkat signifikan
menjadi sebanyak 217.327 orang, sedangkan pada tahun 2005 jumlah nelayan DKI Jakarta menurun sebesar negatif 20,3 atau 174.913 orang. Kemudian naik
kembali pada tahun 2006 dengan kenaikan sebesar 25,1 atau menjadi sebanyak 218.807 orang. Perkembangan nelayan DKI Jakarta periode 2000
–2006 berdasarkan Anonymous 2006c, seperti pada Tabel 4 dan Gambar 8, mengalami
pertumbuhan dengan kisaran negatif 20,3 sampai dengan positif 96,9 . Perkembangan tersebut selama tahun 2000
–2006 mengalami fluktuasi, namun cenderung meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu
memiliki pertumbuhan 96,9 dari tahun sebelumnya, sedangkan penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2005, dengan penurunan sebesar 20,3 dari tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah nelayan periode 2000-2003 ini, berdasarkan Putra
2007 diduga didominasi dari peningkatan jumlah nelayan yang bekerja pada usaha perikanan tuna longline. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 1993, kegiatan
penangkapan dengan alat tangkap longline didominasi oleh nelayan asing yang berasal dari Taiwan. Hal ini sempat menimbulkan permasalahan dengan nelayan
Indonesia sehingga pihak pelabuhan menetapkan jumlah proporsi nelayan asing dikurangi. Pada tahun
– tahun berikutnya, kapal tuna yang berbendara Taiwan di
Indonesia-kan dan nelayan yang bekerja pada kapal longline hampir seluruhnya berasal dari Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara, penurunan yang cukup tajam pada tahun 2005 dikarenakan pada tahun tersebut, terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak
BBM, termasuk solar, yang digunakan untuk kebutuhan melaut oleh nelayan, sehingga nelayan DKI Jakarta lebih memilih untuk tidak melaut dan beralih
profesi.
4 Jenis, Volume dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di
PPS Nizam Zachman Jakarta 1 Jenis hasil tangkapan dan ketersediaanya
Berdasarkan Anonymous 2006c, terdapat lebih dari dua puluh jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman. Jenis hasil tangkapan
tersebut didaratkan dari kapal tradisional dan kapal industri yang khusus didaratkan di Tuna Landing Center TLC. Jenis dan volume produksi hasil
tangkapan per jenis yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.
Hanya tiga jenis dari seluruh jenis hasil tangkapan tersebut yang menunjukkan secara kuantitatif dominan; dengan asumsi disebut dominan bila
memiliki persentase komposisi sama dengan atau lebih dari 5,0 . Ketiga jenis hasil tangkapan tersebut yaitu tuna Thunnus sp. sebesar 35,5 atau sebanyak
5.518,1 ton per tahun pada tahun 2006; tongkol Auxis sp. sebesar 29,2 atau 4.544,8 ton; dan tenggiri Scomberomorus sp. sebesar 13,4 atau sebanyak
2.088,2 ton. Ketersediaan ketiga jenis hasil tangkapan dominan tersebut tabel 6 adalah
untuk tuna 153,8-987,9 ton per bulan atau 5,1-32,9 ton per hari atau rata-rata 15,3 ton per hari; untuk tongkol 251,1-657,5 ton per bulan atau 8,4-21,9 ton per hari
atau rata-rata 12,6 ton per hari; sedangkan tenggiri dengan kisaran 99,2-300,5 ton per bulan atau 3,3-10,0 ton per hari atau rata-rata 5,8 ton per hari.
Tabel 5 Volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan per jenis di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
No Jenis Ikan
Nama Ilmiah Jumlah
ton Komposisi
1 Alu-alu Sphyraena genie
3,5 0,1
2 Bawal Formio niger
71,3 0,5
3 Cakalang Katsuwonus pelamis
765,3 4,9
4 Cendro Tylosurus crocodilus
5,9 0,1
5 Cucut Carcharias dussmieri
288,5 1,9
6 Cumi Loligo sp.
311,7 2,0
7 Golok-golok Chirosentrus dorab
208,4 1,3
8 Japuh Dussumieria acuta
6,9 0,1
9 Kakap Merah Lutjanus sanguineus
9,6 0,1
10 Kembung Restrelliger sp.
10,4 0,1
11 Kwee Caranx sexfasciatus
22,9 0,1
12 Layaran Istihioporus oriental
357,1 2,3
13 Layur Trichiurus savala
9,7 0,1
14 Lemadang Coryphaena hippurus
33,4 0,2
15 Lemuru Sardinella longiceps
4,7 0,1
16 Manyung Arius sp.
111,2 0,7
17 Pari Aetomylus sp.
14,3 0,1
18 Talang Chorinemus sp.
23,8 0,2
19 Tembang Sardinella fimbriata
6,3 0,1
20 Tenggiri Scomberomorus sp.
2.088,2 13,4
21 Tetengkek Megalaspis sp.
21,4 0,1
22 Tongkol Auxis sp.
4.543,8 29,2
23 Tuna Thunnus sp.
5.518,1 35,5
24 Ikan lainnya -
1.101,5 7,1
Jumlah 15.538,9
100,0 Sumber : Anonymous. 2006c data diolah kembali
Tabel 6 Ketersediaan hasil tangkapan dominan tuna, tongkol, dan tenggiri di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
No Jenis Hasil Tangkapan
Ketersediaan ton Per Bulan
Per Hari Kisaran
Rata-rata Kisaran
Rata-rata 1 Tuna
153,8-987,9 459,8 5,1-32,9
15,3 2 Tongkol
251,1-657,5 378,7 8,4-21,9
12,6 3 Tenggiri
99,2-300,5 174,1 3,3-10,0
5,8
Sumber : Anonymous. 2006c data diolah kembali
Lima jenis hasil tangkapan lainnya disebut cukup dominan; dengan asumsi disebut cukup dominan bila memiliki persentase komposisi antara 1 sampai
dengan kurang dari 5 . Kelima jenis hasil tangkapan tersebut yaitu cakalang Katsuwonus pelamis sebesar 4,9 atau sebanyak 765,3 ton; layaran
Istihioporus oriental sebesar 2,3 atau sebanyak 357,1 ton; cumi Loligo sp.
sebesar 2,0 atau sebanyak 311,7 ton; cucut Carcharias dussmieri sebesar 1,8 atau sebanyak 288,5 ton dan golok-golok Chirosentrus dorab sebesar
1,3 atau sebanyak 208,4 ton. Adapun jenis hasil tangkapan lainnya selain kedua kelompok di atas, berjumlah kurang dari 1,0 atau tidak dominan.
Ketersediaan kelima jenis hasil tangkapan cukup dominan di atas tabel 7 adalah untuk cakalang 3,3-264,8 ton per bulan atau 0,1-8,8 ton per hari atau rata-
rata 2,1 ton per hari; layaran 20,4-65,6 ton per bulan atau 0,7-2,2 ton per hari atau rata-rata 0,9 ton per hari; untuk cumi 7,0-54,0 ton per bulan atau 0,2-1,8 ton per
hari atau rata-rata 0,9 ton per hari; cucut dengan kisaran 10,3-42,4 ton per bulan atau 0,3-1,4 ton per hari atau rata-rata 0,8 ton per hari; sedangkan golok-golok
11,7-22,4 ton per bulan atau 0,4-0,7 ton per hari atau rata-rata 0,6 ton per hari.
Tabel 7 Ketersediaan hasil tangkapan cukup dominan cakalang, layaran, cumi, cucut, dan golok-golok di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
No Jenis Hasil Tangkapan
Ketersediaan ton Per Bulan
Per Hari Kisaran
Rata-rata Kisaran
Rata- rata
1 Cakalang 3,3-264,8
63,8 0,1-8,8
2,1 2 Layaran
20,4-65,6 29,8
0,7-2,2 0,9
3 Cumi 7,0-54,0
25,9 0,2-1,8
0,9 4 Cucut
10,3-42,4 24,1
0,3-1,4 0,8
5 Golok-golok 11,7-22,4
17,4 0,4-0,7
0,6
Sumber : Anonymous. 2006c data diolah kembali
Volume produksi hasil tangkapan tuna mengalami puncak pendaratan hasil tangkapan atau ketersediaan tertinggi pada bulan Januari, Maret dan April; hasil
tangkapan tongkol mengalami puncak pada bulan Maret, Agustus dan November; sedangkan tenggiri pada Mei, Juni dan November.
Untuk volume produksi hasil tangkapan cukup dominan, cakalang mengalami puncak pendaratan hasil tangkapan atau ketersediaan tertinggi pada
bulan November dan Desember, layaran mengalami puncak pendaratan hasil tangkapan atau ketersediaan tertinggi pada bulan Agustus; hasil tangkapan cumi
mengalami puncak pada bulan September dan November; cucut pada September dan Oktober sedangkan golok-golok mengalami puncak pendaratan hasil
tangkapan atau ketersediaan tertinggi pada bulan Mei, Juni dan Juli. Dengan
demikian, volume produksi lebih banyak terjadi pada kisaran bulan Agustus hingga Desember.
Ketersediaan volume produksi per bulan jenis hasil tangkapan dominan dan cukup dominan dapat dilihat pada Gambar 9.
•
Tenggiri
Scomberomorus sp.
•
Tongkol Auxis sp.
•
Tuna Thunnus sp.
•
Layaran Makaira sp.
Gambar 9 Histogram ketersediaan volume produksi bulanan jenis-jenis hasil
tangkapan dominan dan cukup dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2006
987.88 463.85
567.58 693.47
561.02 476.22
425.37 410.59
260.95 267.3
153.79 250.11
500 1000
1500 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln
252.82 317.12
544.14 394.27
340.27 302.66
271.01 521.19
412.28 251.12
657.45 280.47
200 400
600 800
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
Nopember Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln 100.87
138.76 168.82
171.94 275.25
300.46 182.18
99.2 176.53
135.82 203.14
135.27
100 200
300 400
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
Nopember Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln
26.43 20.4
30.1 24.22
32.54 26.68
31.34 65.57
21.48 26.97
22.33 29.02
20 40
60 80
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
Nopember Desember
B ul
an
Produksi per bulan tonbln
Gambar 9 Lanjutan
•
Cakalang
Katsuwonus pelamis
•
Cucut
Carcharhinus sp.
•
Cumi-cumi Loligo sp.
•
Golok-golok Chirosentrus dorab
12.46 17.04
10.29 12.28
17.31 7.02
16.36 47.09
54.03 45.64
52.22 19.99
20 40
60 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln 10.33
6.57 9.1
4.57 3.38
8.37 33.18
80.38 56.03
51.83 236.77
264.83
100 200
300 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln 13.63
14.63 20.2
18.42 22.15
26.69 34.82
34.27 42.44
36.8 14.16
10.28
10 20
30 40
50 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember
B u
la n
Produksi per bulan tonbln
13.99 11.71
17.88 12.49
21.16 22.38
21.18 19.1
16.59 17.11
17.68 17.13
5 10
15 20
25 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember
B ul
an
Produksi per bulan tonbln
2 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan
Volume produksi di PPS Nizam Zachman terdiri dari produksi dari jalur darat dan produksi dari pendaratan hasil tangkapan dari laut. Produksi dari laut
terdiri dari pendaratan hasil tangkapan armada kapal industri di Tuna Landing Center TLC dan armada tradisional di dermaga barat TPI Produksi dari jalur
darat didatangkan dari beberapa daerah seperti Jakarta Muara Angke, Karawang, Sukabumi, Banten, Cirebon, Tegal, Cilacap, Jepara, Surabaya, dan Bali. Pada
tahun 2006, produksi dari jalur darat berjumlah 74.300,1 ton Anonymous, 2006b. Volume produksi dari laut berasal dari pendaratan hasil tangkapan kapal
Gillnet, Purseseine, Longline, Muroami, Boukeami dan kapal pengangkut. Volume produksi hasil tangkapan didaratkan dari laut berjumlah 15.538,9 ton
dengan nilai Rp. 197.431.000.000,- Tabel 8. Anonymous, 2006b.
Tabel 8 Volume, nilai dan pertumbuhan produksi hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di PPS Nizam Zachman tahun 2000-2006
Tahun Volume Produksi
ton Persentase
Pertumbuhan Nilai Produksi
RP Juta Persentase
Pertumbuhan 2000
53.470,5 -
893.380 -
2001 35.760,6
-0,3 864.660
-0.1 2002
32.725,7 -0,1
913.870 0.1
2003 32.021,2
-0,1 633.370
-0.4 2004
33.618,4 0,1
1.110.670 0.4
2005 23.137,6
-0,3 3.474.793
0.7 2006
15.538,9 -0,3
197.431 -0.9
Kisaran 15.538,9 - 53.470,5
- 0,3 - 0,1 197.431 - 3.474.793
-0,9 - 0,7 Rata-rata
28.800,4 -0,2
1.199.132,33 -0,1
Sumber : Anonymous. 2006b.data diolah kembali
Volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman
pada periode 2000-2006 memperlihatkan kecenderungan yang menurun Tabel 8 dan Gambar 10; dengan kisaran persentase pertumbuhan negatif 0,3 sampai
dengan positif 0,1 atau rata-rata negatif 0,2 . Kecenderungan menurunnya volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman
tersebut sejalan dengan kecenderungan menurunnya jumlah frekuensi kapal masuk yang memanfaatkan PPS Nizam Zachman pada periode yang sama yaitu
berjumlah 3.793 kali atau turun sebesar 17,5 dari tahun sebelumnya Tabel 3 subbab 4.2.2, selain itu sebagian kapal mendaratkan hasil tangkapannya ke
pelabuhan lain yang biaya tambat-labuhnya relatif lebih murah atau lebih dekat dengan fishingbase dan juga diduga karena naiknya harga solar sejak tahun 2005,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya subsubbab 4.2.2. Volume produksi pada tahun 2006 merupakan produksi terendah pada kurun waktu tersebut di atas.
10 20
30 40
50 60
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006
Vo lu
m e
Pr o
d u
k s
i 1
.0 to
n
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
N il
a i
Pr o
d u
k s
i m
il ia
r ru
p ia
h
Volume Produksi 1.000 ton Nilai Produksi miliar rupiah
Gambar 10 Grafik perkembangan volume produksi dan nilai produksi di PPS Nizam Zachman tahun 2000-2006
Perkembangan nilai produksi tahunan pada periode yang sama di atas mengalami fluktuasi yang tinggi, terutama pada periode tahun 2003-2006. Pada
periode sebelumnya tahun 2000-2002, memperlihatkan kecenderungan yang relatif konstan namun pada periode 2003-2005 menunjukkan kecenderungan yang
meningkat sangat tajam untuk kemudian menurun sangat tajam pada tahun 2006. Selama periode 2000-2006, kisaran persentase pertumbuhan nilai produksi adalah
berkisar antara negatif 0,9 sampai dengan positif 0,7 per tahun. Nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 3,5 triliun
atau naik sebesar lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya, sementara nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 197 miliar atau turun
sebesar 94,3 dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai produksi yang cukup tajam pada tahun 2005 diduga terjadi karena pada tahun tersebut volume produksi
hasil tangkapan menurun sebesar 31,2 dari tahun sebelumnya sehingga rata-rata harga produksi hasil tangkapan per kg naik tajam dari sekitar Rp. 4.500,-kg
menjadi sekitar Rp. 20.800,-kg dan nilai produksinya menjadi meningkat tajam pula, sementara permintaan terhadap hasil tangkapan tersebut.
5 KONDISI AKTUAL AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN ARMADA
TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA
5.1 Aktivitas Pendaratan Hasil Tangkapan