52
6.2.2. Luas Produksi
Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi untuk mencapai keuntungan maksimum. Pada CV. Usaha Unggas, luas produksi
dapat diukur dari kapasitas mesin tetas dan kapasitas kandang. CV. Usaha Unggas memiliki dua unit mesin dengan kapasitas mesin tetas maksimum adalah 6.000
telur per unit. Sedangkan untuk produk sampingan berupa itik dewasa, CV. Usaha Unggas memiliki beberapa kandang. Kapasitas kandang besar optimum pada CV.
Usaha Unggas sekitar 1.000 ekor itik. Kapasitas kandang tersebut disesuaikan
dengan ukuran kandang yaitu 20 meter x 5 meter atau luas kandang 100 m
2
, yang terdapat pada CV. Usaha Unggas sebanyak dua unit. Selain itu juga terdapat
kandang kecil dengan ukuran 3 meter x 1,8 meter sebanyak 10 unit. Masing- masing kandang dapat menampung DOD sampai 100 ekor. Berdasarkan
wawancara dengan pemilik, padat tebar itik umur 14 hari per m
2
lantai kandang yaitu delapan ekor. Padat tebar itik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Padat Tebar Itik per m
2
Lantai Kandang Menurut Umur
Umur Padat Tebar per m
2
Ekor 1-14 hari
25
14 hari 8
Sumber: hasil wawancara dengan peternak 2012 diolah
6.2.3. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Teknologi dan peralatan yang digunakan bertujuan untuk mempermudah jalannya usaha pembesaran itik. Teknologi dan peralatan yang terdapat pada CV.
Usaha Unggas diantaranya mesin tetas, instalasi listrik, instalasi air, dan peralatan kerja. Keberadaan teknologi dan peralatan tersebut diharapkan dapat mendukung
jalannya proses produksi. Hal itu dikarenakan peralatan-peralatan tersebut memiliki peran yang penting dalam produksi sehingga proses produksi menjadi
optimal.
6.2.4. Proses Produksi
1. Pola Produksi
Satu siklus produksi penetasan itik memerlukan waktu sekitar 28 hari, sedangkan pembesaran itik pedaging dimulai dari DOD hingga panen
53
memerlukan waktu sekitar dua bulan. Kegiatan utama yaitu pembibitan dilakukan dengan berpola sehingga setiap hari pasti ada kegiatan produksi.
Indukan yang menghasilkan telur berselisih hari bertelurnya, sehingga telur yang dihasilkan tidak terputus.
Itik petelur umumnya memiliki masa produktif selama 18-24 bulan sejak tahap belajar bertelur pada umur 5-6 bulan. Itik petelur dapat
melewati 1-3 periode bertelur. Namun, itik hibrida pada CV. Usaha Unggas melakukan produksi hingga 2 periode. Selanjutnya itik petelur itu
dijual sebagai betina afkir. Selama masa produktif, itik betina mampu bertelur rata-rata 60-85
persen tergantung jenisnya. Pada itik hibrida sendiri rata-rata telur yang dihasilkan mencapai 70 persen. Angka itu diartikan, dari 400 ekor itik
petelur, maka produksi rata-rata mencapai 280 butir per hari. Puncak produksi telur 94 persen 10-15 persen lebih tinggi dari itik jenis lainnya.
Umur pertama bertelur 18 minggu 4,5 bulan atau satu bulan lebih awal dari jenis itik lainnya. Masa produksi telurnya 10-12 bulan per siklus,
tanpa rontok bulu.
Gambar 5. Periode Itik Bertelur
Untuk kegiatan pembesaran itik, perusahaan mengerjakannya sebagai usaha sambilan, jadi siklus produksi sesuai dengan kondisi
tertentu. Penyebabnya adalah mitra yang berhalangan mengambil DOD pada hari hari tertentu seperti hari libur dan lebaran.
60 70
8080 85
94 90
8080 707070
60 505050
60 7070
50 40
30
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
54
2. Pengelolaan Usaha Ternak
a. Kebutuhan Indukan
Awalnya kebutuhan indukan dipenuhi dari pemasok yang berasal dari Balai Penelitian Ternak Balitnak Ciawi, Bogor.
Balitnak menyediakan itik hibrida yang merupakan hasil perkawinan silang antara itik mojosari dan itik peking. Namun,
setelah beberapa tahun berusaha, perusahaan dapat membesarkan itik hibrida sendiri dan menyortir itik dengan kualitas yang baik
dan dijadikan indukan untuk itik generasi selanjutnya. Selain itu, indukan tersebut juga dipasok ke daerah Tulung Agung, Jawa
Timur, yang merupakan mitra CV. Usaha Unggas untuk pembibitan DOD.
Alasan pemilihan itik jenis ini adalah karena itik hibrida mampu panen lebih cepat dibandingkan itik jenis lainnya. Selain
itu, sifat yang diwarisi dari salah satu induknya yaitu itik peking yang juga memiliki keunggulan. Itik peking memiliki nafsu makan
yang tinggi, postur lebih besar, kantung telur betina besar, dan tingkat mortalitas kematian lebih rendah.
b. Pemberian Pakan
Pemberian pakan dibedakan sesuai dengan perbedaan umur itik. Untuk pakan indukan atau itik petelur, pakan yang diberikan
adalah pakan pur sebanyak 2 ons per ekor per hari. Sedangkan untuk pembesaran itik, itik pada umur antara 1-14 hari, itik
diberikan pakan yang seluruhnya merupakan pakan buatan pabrik yakni pakan jenis broiler BR 511. Hal tersebut dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa kebutuhan nutrisi pada umur 1- 14 hari sangat tinggi dan perlu formulasi pakan yang lengkap.
Formulasi nutrisi yang lengkap biasanya sudah terdapat pada pakan pabrik. Pada umur 14 hari minggu itik diberikan pakan campuran
yaitu dengan membuat ransum. Ransum pakan yang terdiri dari campuran pakan pur, dedak menir, limbah sayuran pasar, dan
mineral. Alternatif lainnya adalah sisa mie dan sisa roti.
55
Pemberian pakan dan pembuatan ransum disesuaikan dengan SOP Standar Operational Procedure yang terdapat di CV
usaha Unggas. Prosedur dalam SOP tersebut misalnya mengenai waktu pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, dan pembuatan
ransum pakan. Jumlahnya sangat ditentukan karena itik merupakan unggas yang
“jago makan”, dengan kata lain berapapun kuantitas pakan yang disediakan pasti habis dimakannya. Oleh karena itu
perlu pengontrolan dalam segi ini. Selain untuk menjaga kualitas
itik, pengaturan ini juga untuk meminimalisir biaya produksi.
c. Kebutuhan Air dan Pemberian Minum Itik
Kebutuhan akan air digunakan terutama untuk minum itik. Untuk keperluan minum itik, air harus selalu tersedia di kandang.
Hal ini dikarenakan itik pada dasarnya unggas air yang memerlukan banyak air. Penggantian air minum dilakukan setelah
air dalam tempat minum terlihat kotor. Selain untuk keperluan minum itik, air digunakan untuk mencuci peralatan misalnya
tempat pakan dan tempat minum. Kebutuhan air dapat dipenuhi dari instalasi air yang telah dibangun. Instalasi air menggunakan
sumur dengan mesin pompa air untuk mengalirkan air dari sumur hingga ke perkandangan.
d. Vitamin dan Vaksin
Tujuan diberikannya vitamin yakni agar nafsu makan itik bertambah sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan bobot
badan itik. Selain itu agar itik lebih kebal dari penyakit. Selain itu, CV Usaha Unggas juga membuat jamu herbal sendiri. Jamu herbal
merupakan campuran temulawak, kuyit, dan kayu manis. Campuran tersebut direbus kemudian disaring. Jamu ini berkhasiat
sebagai antibodi agar itik rentan dan tidak diserang oleh penyakit. Selain itu jamu ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan karena
berfungsi sebagai penambah nafsu makan. Pemberian jamu ataupun vitamin dilakukan dengan cara dicampur dengan air minum.
Komposisi vitamin dalam campuran dengan air yakni 200 gram
56
vitamin dilarutkan ke dalam air satu liter. Sedangkan komposisi jamu herbal dalam campuran dengan air yakni dua sendok jamu
dilarutkan ke dalam satu liter air.
Gambar 6. Pembuatan Jamu Herbal
e. Penanganan Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang itik antara lain: batulismus keracunan, fowl cholera kolera unggas,
salmonellosis parathypus, penyakit lumpuh, dan penyakit bubul Departemen Pertanian 1990 dalam Oktavia 2005. Adapun cara
terbaik untuk menghindari serangan penyakit menurut Widhyarti 2003, adalah dengan memelihara itik dalam kandang yang
memadai, baik sanitasi maupun luasnya kepadatan kandang, serta pemberian pakan yang mencukupi jumlah, gizi, dan kesegarannya.
Penanganan terhadap itik yang terkena penyakit yaitu diisolasi dan diberikan pengobatan. Obat yang diberikan pada CV. Usaha
Unggas berupa bubuk sachet dengan merk medion. Takaran yang diberikan antara 1
–2 sedot. Selain penyakit, kematian juga dapat disebabkan oleh faktor
selain penyakit. Kematian terutama terjadi pada saat masih DOD yang disebabkan karena bibit saling injak. Penyebabnya adalah
padat tebar itik terlalu padat atau pada saat pemberian pakan saling berebutan sehingga terjadi saling injak. Namun, adanya pengaturan
tebar itik perkandang pada CV. Usaha Unggas dapat memperkecil resiko kematian karena terinjak. Kematian yang tidak bisa
dihindarkan terjadi akibat faktor alam. Perubahan cuaca yang
57
signifikan menyebabkan kematian pada DOD maupun itik. Faktor human error juga salah satu penyebab kematian itik.
f. Kegiatan Pembesaran Itik
Pembesaran itik merupakan kegiatan sampingan bagi CV. Usaha Unggas. Proses produksi yang dilakukan yaitu membesarkan
itik pedaging dari itik umur 0 hari Day Old Duck DOD hingga itik dewasa yang siap dijual dengan bobot sekitar 1,2 kilogram per
ekor. Periode produksi yang dilakukan sekitar dua bulan. Tata laksana pengelolaan pembesaran itik dilakukan berdasarkan
pengetahuan yang didapat dari hasil studi lapangan di peternakan yang sudah lebih dulu berdiri, uji coba dan pengalaman.
Terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan pembesaran itik pedaging. Tahapan produksi tersebut berupa tahap persiapan, tahap
pemeliharaan itik starter, grower, dan finisher, dan tahap pemasaran. Kegiatan diawali dengan pengkondisian kandang
dilakukan agar kandang sesuai dengan keperluan pembesaran. Pada pemeliharaan itik tahap starter, DOD ditempatkan pada induk
buatan yang telah disediakan. Tahap pemeliharaan starter dimulai dengan pemeliharaan itik umur 1-14 hari. Setelah itu, itik disortir
dan dipisahkan untuk dilanjutkan pada tahap pemeliharaan grower. Perbedaan pada setiap tahapan pemeliharaan yaitu pada pemberian
pakan baik jumlah, komposisi, maupun waktunya. Setelah itik berumur lebih dari 14 hari komposisi pakan
berubah. Tahap grower dan finisher ini sampai itik berumur dua bulan. Pada umur tersebut bobot itik hidup mencapai antara 1,0-1,3
kilogram. Setelah itu itik dipasarkan menurut bobotnya.
6.2.5. Layout