Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA
                                                                                diharapkan  dapat mengakibatkan  perubahan  pada  siswa,  sehingga terjadi  perubahan yang  sifatnya  positif,  sehingga  siswa  akan
mendapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Sudjana  2004: 28 mengemukakan,  pembelajaran  dapat
diartikan  sebagai  setiap  upaya  yang  sistematik  dan  sengaja  untuk menciptakan  agar  terjadi  kegiatan  interaksi edukatif antara  dua
pihak,  yaitu  antara  siswa  warga  belajar  dan  pendidik  sumber belajar yang melakukan kegiatan membelajarkan. Khanifatul 2013:
14  menjelaskan pembelajaran  adalah  usaha  sadar  yang  dilakukan oleh  guru  atau  pendidik  untuk  membuat  siswa  belajar  mengubah
tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa
dengan  pendidik  dan  sumber  belajar  pada  suatu  lingkungan  belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran disebut
juga kegiatan
instruksional instructional,  yaitu  usaha  mengelola  lingkungan  dengan  sengaja
agar  seseorang  belajar  berperilaku  tertentu  dalam kondisi  tertentu Djaatar,  2001:  2.  Selanjutnya, Hamalik 2009:  57 berpendapat
bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur  manusiawi,  material,  fasilitas  perlengkapan  dan
prosedur yang
saling mempengaruhi
pencapaian tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran  merupakan upaya  logis  yang  didasarkan  pada kebutuhan-kebutuhan  belajar  anak. Di dalam  pengajaran  terdapat
kegiatan  memilih,  menetapkan,  mengembangkan  metode  untuk mencapai  hasil  pengajaran  yang  diinginkan.  Pemilihan,  penetapan,
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kebutuhan siswa dan kondisi pengajaran yang ada.
Daryanto  dan  Rahardjo  2012:  20-26 mengemukakan,  pada hakekatnya semua  pembelajaran  manusia  mempunyai  empat  unsur,
yakni persiapan
preparation, penyampaian
presentation, pelatihan practice, penampilan hasil performance.
1 Persiapan Preparation
Tujuan  tahap  persiapan  adalah  untuk  menimbulkan  minat peserta  belajar,  misalnya  dengan  menggunakan  metode
pembelajaran yang bervariatif. 2
Penyampaian Presentation Tahap  penyampaian  dalam  belajar  bukan  hanya  sesuatu  yang
dilakukan  fasilitator,  melainkan  sesuatu  yang  secara  aktif melibatkan  peserta  belajar  dalam  menciptakan  pengetahuan
disetiap langkahnya. 3
Latihan Practice Tahap  latihan  ini  dalam  siklus  pembelajaran  berpengaruh
terhadap 70 atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. 4
Penampilan Hasil Performance
Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.
Dari beberapa definisi mengenai pembelajaran, maka peneliti mengacu  pada  pendapat Hamalik  yang  mengemukakan  bahwa
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang
saling  mempengaruhi pencapaian tujuan  pembelajaran. Suatu
pembelajaran akan mencapai tujuan secara optimal apabila dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada serta didukung dengan fasilitas atau
sarana  prasarana  pendidikan  yang  memadai.  Dengan  demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan mudah dan tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. b. Metode Pembelajaran
Penggunaan  metode  pembelajaran  yang  tepat  dan  sesuai dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam
mencapai  tujuan  yang  telah  ditetapkan. Secara  etimologis  bahasa, metode  berasal  dari  bahasa  Yunani  “methodos” yang  berarti  jalan
atau cara Ismail, 2008: 7. Jadi, metode mempunyai arti suatu cara yang  dilakukan untuk  mencapai  tujuan. Sanjaya  2007:  145
berpendapat  bahwa  metode pembelajaran
adalah  cara  yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Semakin tepat metodenya, diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ismail 2008:  8  mengemukakan,  metode pembelajaran adalah suatu  cara  atau  jalan  yang  ditempuh  yang  sesuai  dan  serasi
untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan yang efektif  dan  efisien  sesuai  yang  diharapkan. Sudjana  2010: 30
menjelaskan, metode  adalah  cara  yang  dipergunakan  guru  dalam mengadakan  hubungan  dengan  siswa  pada  saat  berlangsungnya
pembelajaran. Metode  pembelajaran  digunakan  oleh  guru  dalam melaksanakan  kegiatan  belajar  mengajar  di  kelas,  sebagai  upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar lebih
efektif maka seorang guru harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut  : 1 tujuan,  2 karakteristik  siswa,  3 kemampuan  guru,  4
sifat  bahan  pelajaran,  5 situasi  kelas,  6 kelengkapan  fasilitas,  7 kelebihan dan kelemahan metode Ismail, 2008: 32-33.
Macam-macam  metode  pembelajaran  yang  paling  sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran saat ini, yaitu :
1 Metode ceramah
Metode ceramah  adalah  metode  yang  dapat dikatakan sebagai  metode  tradisional.  Karena,  sejak  dahulu  metode  ini
telah  dipergunakan  sebagai  alat  komunikasi lisan  antara  guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2 Metode diskusi
Metode  diskusi  merupakan metode  yang  menyajikan siswa  pada  suatu  permasalahan.  Dengan  adanya  diskusi,  siswa
diharapkan mampu memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan serta menambah pengetahuan siswa.
Dari  beberapa  definisi para  ahli  yang  telah  dikemukakan diatas, peneliti  memilih  pendapat Sanjaya  yang  mengemukakan
bahwa  metode  pembelajaran  adalah  cara  yang  digunakan  untuk mengimplementasikan  rencana  yang  sudah  disusun  dalam  kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode pembelajaran  merupakan cara  yang  digunakan  oleh  guru  untuk
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa di dalam  kelas.  Pada  saat melaksanakan  kegiatan  pembelajaran  guru
harus menentukan metode yang tepat agar materi dapat diterima dan dipahami  oleh  siswa dengan  baik serta tujuan  pembelajaran dapat
dicapai secara optimal. 3. Metode Student Facilitator and Explaining
a. Pengertian Metode Student Facilitator and Explaining Metode pembelajaran Student  Facilitator  and  Explaining
merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan  peran  aktif  siswa  dalam  pembelajaran. Di  dalam  kelas
kooperatif  siswa  belajar  bersama  dalam  kelompok-kelompok  kecil yang  terdiri  dari  4-6  orang  siswa  yang  heterogen untuk  saling
bekerja sama. Suprijono 2009: 129 mengemukakan bahwa metode Student
Facilitator  and  Explaining mempunyai  arti  metode  yang  dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk
meningkatkan  kreatifitas  siswa  dan  prestasi  belajar  siswa. Metode Student Facilitator and Explaining merupakan suatu metode dimana
siswa  mempresentasikan  ide  atau  pendapat  kepada  siswa  lainnya karena siswa berperan sebagai fasilitator di dalam kelas.
Berdasarkan  teori  yang  telah  dijelaskan  diatas, peneliti mengacu  pada pendapat Agus  Suprijono  yang  mengemukakan
bahwa  metode Student  Facilitator  and  Explaining merupakan metode  yang  dapat  menjadikan  siswa  dapat  membuat  peta  konsep
maupun  bagan  untuk  meningkatkan  kreatifitas  siswa  dan  prestasi belajar siswa. Metode Student Facilitator and Explaining merupakan
metode pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan prestasi akademik  siswa. Metode  ini  memberikan  kesempatan  kepada  siswa
untuk bertindak sebagai seorang “pengajarpenjelas materi dan seorang yang  memfasilitasi  proses  pembelajaran”  kepada  teman-temannya.
Metode  ini  dapat  mengembangkan kreatifitas  dan keberanian  siswa dalam menyampaikan pendapatnya serta dapat menguji pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari.
b. Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining Suprijono  2009:  128 menyatakan  bahwa terdapat  enam
langkah  dalam  pelaksanaan  model  pembelajarn Student  Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut :
1 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru  menjelaskan  tujuan  belajarnya,  menyampaikan  ringkasan dari  isi  serta mengaitkan  dengan  gambaran  yang  lebih  besar
mengenai silabus pembelajaran. 2
Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi. Guru menyajikan sedikit materi yang dipelajari pada saat itu dan
siswa  memperhatikan.  Setelah  selesai  menjelaskan  guru membagi  siswa  menjadi berkelompok  secara  heterogen.  Guru
menjelaskan  dan  mencontohkan  kepada  siswa  bagaimana membuat  baganpeta  konsep.  Kemudian  guru  bisa  meminta
siswa untuk mencatat  apa  yang telah mereka ketahui atau  yang bisa  dilakukan,  berkaitan  dengan  aspek  apapun  yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari. 3
Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui baganpeta konsep.
Dalam  tahap  ini  guru  memberikan  kesempatan  kepada  siswa untuk  menjelaskan  kepada  siswa  lainnya  misalnya  melalui
baganpeta  konsep.  Guru  meminta  salah  satu untuk  maju  dan
menjelaskan  di  depan  kelas  apa  yang  dia  ketahui.  Siswa  lain boleh  bertanya,  dan  siswa  yang  menjelaskan  di  depan  boleh
berkata “pas” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.
4 Guru menyimpulkan idependapat dari siswa.
Ketika  siswa menjelaskan  apa  yang  mereka  ketahui  di  depan kelas,  guru  mencatat  poin-poin  penting  untuk  diulas  kembali.
Informasi  yang  tidak akurat,  ide  yang  kurang  tepat  atau  yang hanya dijelaskan separuh, dan bagian yang hilang bisa ditangani
langsung  sehingga  siswa  tidak  membentuk  kesan  yang  salah, atau  mereka  dapat membuat  dasar  dari  rencana  pembelajaran
yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. 5
Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. Guru  menjelaskan  keseluruhan  dari  materi  agar  siswa  lebih
memahami  materi  yang  sudah  dibahas  pada  saat  itu serta memberikan kesimpulan.
6 Penutup.
Berdasarkan penjelasan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining sebagai
berikut  :  1 guru  menyampaikan  kompetensi  yang  ingin  dicapai,  2 guru  mendemonstrasikan atau  menyajikan  materi,  3  memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui baganpeta konsep, 4 guru menyimpulkan idependapat dari
siswa, 5 guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, 6 penutup.
c. Kelebihan dan  Kelemahan  Metode
Student  Facilitator  and Explaining
Setiap  metode  pembelajaran  pasti  memiliki  kelebihan  dan kekurangan,  begitu  juga  dengan  metode  pembelajaran Student
Facilitator  and  Explaining. Di  bawah  ini  merupakan kelebihan  dan kekurangan dari metode Student Facilitator and Explaining ini yaitu:
1 Kelebihan
a Dapat  mendorong  tumbuh  dan  berkembangya  potensi
berpikir kritis siswa secara optimal. b
Melatih  siswa  aktif,  kreatif  dalam  menghadapi  setiap permasalahan.
c Mendorong  tumbuhnya  tenggang  rasa,  mau  mendengarkan
dan menghargai pendapat orang lain. d
Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi. e
Melatih  siswa  untuk  meningkatkan  kemampuan  saling bertukar  pendapat  secara  obyektif,  rasional  guna  menemukan
suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.
f
Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat.
g
Melatih  siswa  untuk dapat  mandiri  dalam  menghadapi  setiap permasalahan.
h
Melatih kepemimpinan siswa.
i
Memperluas  wawasan  siswa  melalui  kegiatan  saling  bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.
2 Kekurangan
a Peserta  didik  yang  malas  mungkin  akan  menyerahkan
bagian pekerjaannya kepada siswa yang pintar. b
Penilaian  individu  sulit  karena  tersembunyi  dibalik kelompoknya.
c Metode student  facilitator  and  explaining memerlukan
persiapan  yang  rumit  dibanding  dengan  model  lain, misalnya metode ceramah.
d Peserta  didik  yang  malas  memiliki  kesempatan  untuk  tetap
pasif  dalam  kelompoknya,  dan  memungkinkan  akan mempengaruhi  kelompoknya  sehingga  usaha  kelompok
tersebut gagal. Berdasarkan penjelasan  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan
kelebihan  dari  metode Student  Facilitator  and  Explaining yaitu  1 mendorong  siswa  untuk  berpikir  kritis,  2  melatih  siswa  aktif  dan
kreatif, 3 mendorong tumbuhnya rasa tenggang rasa, 4 mendorong tumbuhnya  keberanian  mengemukakan  pendapat,  5  melatih  siswa
untuk  lebih  mandiri.  Sedangkan  kekurangan  dari  metode student facilitator  and  explaining yaitu  1  peserta  didik  yang  malas  hanya
akan  mengandalkan  temannya,  2  penilaian  individu  cukup  sulit,  3
anggota  kelompok  yang  pasif  dan  malas  dapat  mempengaruhi anggota kelompok lainnya.
4. Metode Jigsaw a. Pengertian Metode Jigsaw
Metode  pembelajaran Jigsaw
merupakan  salah  satu pendekatan  pembelajaran  kooperatif  dan  merupakan  strategi
pembelajaran  aktif.  Pembelajaran aktif  active  learning hanya  bisa terjadi apabila  ada  partisipasi  aktif dari peserta  didik.  Pembelajaran
tipe Jigsaw dikembangkan  oleh Elliot  Aronson  dan  rekan-rekannya Slavin, 2010: 236. Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh
Aronson 1975. Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw II Slavin, 1989 dan Jigsaw III Kagan, 1990. Dalam metode Jigsaw,
siswa  ditempatkan  dalam  kelompok-kelompok  kecil  yang  terdiri  5 anggota.
Jigsaw adalah  salah  satu  pendekatan  dalam  pembelajaran kooperatif  dimana  dalam  penerapannya  siswa  dibentuk  dalam
kelompok-kelompok,  tiap  kelompok  terdiri  atas  tim  ahli  sesuai dengan  pertanyaan  yang  disiapkan  guru  maksimal  lima  pertanyaan
sesuai  dengan  jumlah  tim ahli. Slavin  2010: 237 mengemukakan bahwa kunci  metode  jigsaw  ini  adalah  interdependensi  : tiap  siswa
bergantung  kepada  satu  timnya  untuk  dapat  memberikan  informasi yang  diperlukan  supaya  dapat  berkinerja  baik  pada  saat  penilaian.
Masing-masing  kelompok  harus  dapat  menguasai  dan  memahami
materi  yang  diberikan  guru  sehingga  dapat  menjelaskan  kepada anggota kelompok lain dengan baik.
Saefuddin  dan Berdiati  2014:  116  berpendapat bahwa strategi  pembelajaran jigsaw merupakan  bagian  dari  pembelajaran
kooperatif  yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap pertama  yaitu  membentuk  kelompok  yang  disebut  kelompok  asal
atau home  group dan  tahap  kedua  membentuk  kelompok  yang disebut kelompok ahli. Arends 2009: 358-359 menyatakan “in the
jigsaw model, each team member is responsiable for mastering part of  the  learning  materials  and  then  teaching  that  part  to  the  other
team members”. Maksudnya, di dalam metode Jigsaw setiap anggota kelompok harus menguasai atau memahami suatu bagian dari materi
pembelajaran  kemudian  menjelaskan  materi  tersebut  kepada kelompok lainnya.
Uno  dan Mohamad  2011:  98  mengemukakan, metode pembelajaran jigsaw adalah metode yang menghendaki siswa belajar
melalui  kelompok. Isjoni  2009: 77 menjelaskan, pembelajaran kooperatif  tipe jigsaw merupakan  salah  satu  tipe  pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Pada  kegiatan  ini  keterlibatan  guru  dalam  proses  belajar  mengajar semakin  berkurang  dalam  arti  guru  menjadi  pusat  kegiatan  kelas.
Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi
siswa  untuk  belajar  mandiri  serta  menumbuhkan  rasa  tanggung jawab.
Suprijono  2009: 89 berpendapat  bahwa pembelajaran jigsaw  merupakan  pembelajaran  kooperatif  dimana  guru  membagi
kelas  menjadi  kelompok-kelompok lebih  kecil.  Jumlah  kelompok bergantung  pada konsep  yang  terdapat  pada  topik yang  dipelajari.
Jika  satu  kelas  ada  40  siswa,  maka  setiap  kelompok  beranggotakan 10  orang.  Keempat  kelompok  itu  disebut  kelompok asal,  setelah
kelompok  asal  terbentuk,  guru  membagikan  materi  tekstual  kepada tiap-tiap  kelompok.  Berikutnya  membentuk  kelompok  ahli,  berikan
kesempatan  untuk  berdiskusi.  Setelah  itu  kembali  pada  kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti setuju dengan pendapat Saefuddin  dan  Ika  Berdiati  yang  mengatakan  bahwa
strategi  pembelajaran jigsaw merupakan  bagian  dari  pembelajaran kooperatif  yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap
pertama  yaitu  membentuk  kelompok  yang  disebut  kelompok  asal atau home  group dan  tahap  kedua  membentuk  kelompok  yang
disebut  kelompok  ahli.  Masing-masing  kelompok  asal  harus membaca  dan  memahami  materi  yang  telah  dibagikan  oleh  guru
kemudian  salah  satu  perwakilan  dari  masing-masing  kelompok  asal membentuk  kelompok  ahli  untuk  menyampaikan  materi  yang  telah
dipelajari  di  dalam  kelompoknya  untuk  memahami  materi  secara
utuh.  Kemudian  kelompok  ahli  kembali  ke  kelompok  asalnya  dan menyampaikan materi yang didapatkan dari kelompok ahli.
b. Langkah-langkah Metode Jigsaw Pembelajaran  dengan  metode Jigsaw ini  bertujuan  untuk
melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan kelompok yang telah ditentukan  tanpa  harus  membedakan  satu  sama  lain.  Langkah-
langkah  dalam  metode Jigsaw seperti yang  dikemukakan  oleh Uno dan Mohamad 2011: 110-111 yaitu :
1 Tahap 1
: Menyiapkan bahan pembelajaran. 2
Tahap 2 : Menempatkan  siswa  dalam  kelompok  belajar,
maksimal 4 - 5 orang secara heterogen. 3
Tahap 3 :  Menempatkan  siswa  dalam    kelompok  pakar  atau
ahli. 4
Tahap 4 :  Menentukan  skor  awal  untuk  mencatat  skor
sebagai skor dasar. 5
Tahap 5 : Membaca.
6 Tahap 6
: Diskusi kelas pakar. 7
Tahap 7 : Laporan kelompok.
8 Tahap 8
: Para pakarahli kembali ke dalam kelompok asal. 9
Tahap 9 : Tes  hasil  diskusi  dilakukan  secara  menyeluruh
untuk semua siswa. 10 Tahap 10
:  Para  siswa  mengambil kuis  individu  yang mencakup semua topik.
11 Tahap 11 : Penghargaan kelompok.
Ismail 2008: 82-83 berpendapat langkah-langkah penerapan Jigsaw Learning sebagai berikut :
1 Pilih  materi  pembelajaran  yang  dapat  dibagi  menjadi  beberapa
segmen bagian. 2
Bagilah  peserta  menjadi  beberapa  kelompok  sesuai  dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah
segmen  yang  ada  ada  5  maka  masing-masing  kelompok  terdiri dari 5 orang.
3 Setiap  kelompok  mendapat  tugas  membaca,  memahami  dan
mendiskusikan  serta membuat  ringkasan  materi  pembelajaran yang berbeda.
4 Setiap  kelompok  mengirimkan  anggotanya  ke  kelompok  lain
untuk  menyampaikan  apa  yang  telah  mereka  pelajari  di kelompoknya.
5 Kembalikan  suasana  kelas  seperti  semula  kemudian  tanyakan
seandainya  ada  persoalan-persoalan  yang  tidak  terpecahkan dalam kelompok.
6 Berilah  peserta  didik  pertanyaan  untuk  mengecek  pemahaman
mereka terhadap materi yang dipelajari. 7
Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut. Berdasarkan penjelasan  di  atas,  dapat  disimpulkan bahwa
langkah-langkah  dengan  menggunakan metode Jigsaw sebagai
berikut  :  1 materi  pembelajaran  dibagi  menjadi  beberapa  segmen bagian,  2 peserta dibagi menjadi  beberapa  kelompok  sesuai
dengan  jumlah  segmen atau  bagian yang  ada,  3 Setiap  kelompok mendapat  tugas  membaca,  memahami  dan  mendiskusikan  serta
membuat  ringkasan  materi  pembelajaran  yang  berbeda,  4 Setiap kelompok  mengirimkan  anggotanya  ke  kelompok  lain  untuk
menyampaikan  apa  yang  telah  mereka  pelajari  di  kelompoknya,  5 Kembalikan  suasana kelas  seperti  semula,  6 Berilah  peserta didik
pertanyaan  untuk  mengetahui pemahaman  mereka  terhadap  materi yang dipelajari, 7 Guru melakukan kesimpulan dan klarifikasi.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw Sama seperti metode pembelajaran yang lain, metode Jigsaw
juga  mempunyai  kelebihan  dan  kekurangan. Berikut  ini  akan dijelaskan  mengenai  kelebihan  dan  kekurangan  dari  metode
pembelajaran Jigsaw. Berikut ini merupakan beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran Jigsaw, yaitu :
1 Kelebihan
a Di  dalam  metode Jigsaw, siswa saling  memberikan
pendapat  sharing  ideas. Karena  suasana  belajar  lebih kondusif dan  adanya  penghargaan  yang  diberikan kepada
kelompok,  maka  masing-masing  kelompok  berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik.
b Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan
temannya. c
Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab secara individual.
2 Kelemahan
a Terdapat
kelompok siswa
yang kurang
berani mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok
tersebut dalam diskusi menjadi kurang hidup. b
Memerlukan  waktu  yang  relatif  cukup  lama  dan  persiapan yang  matang  antara  lain  pembuatan  bahan  ajar  dan  LKS
benar-benar memerlukan kecermatan dan ketepatan. 5. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial IPS Ilmu  pengetahuan  sosial  merupakan  integrasi  dari  berbagai
cabang  ilmu-ilmu  sosial,  seperti  geografi,  sosiologi,  ekonomi, sejarah,  politik,  hukum,  serta  budaya.  Selain  itu,  ilmu  pengetahuan
sosial  juga  membahas  hubungan  antara  manusia  dengan lingkungannya  maupun  dengan  sesama  manusia  dalam  kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan  pendapat  dari  Somantri  2001:  92  pendidikan
IPS  adalah  penyederhanaan  atau  adaptasi  dari  disiplin  ilmu-ilmu sosial  dan  humaniora,  serta  kegiatan  dasar  manusia  yang
diorganisasikan dan
disajikan secara
ilmiah dan
pedagogispsikologis  untuk  tujuan  pendidikan.  Sedangkan National Council  for  the  Social  Studies NCSS  mendefinisikan IPS  sebagai
suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang tujuan-tujuannya diturunkan  dari  hakikat  kewarganegaraan di  dalam  masyarakat
demokratis. Tujuan pembelajaran IPS berkaitan dengan masyarakat- masyarakat  yang  ada  disekitar  siswa,  yang  kontennya  berasal  dari
ilmu-ilmu  sosial  dan  disiplin-disiplin  yang  lain,  serta  hasil  dari refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman budaya siswa.
Kemudian,  Supardi  2011:  182  mengemukakan bahwa  IPS merupakan kajian integrasi berbagai ilmu sosial dan humaniora. IPS
didesain  secara  terpadu  agar  pembelajaran  IPS  menjadi  lebih bermakna. Keterpaduan dalam IPS juga bertujuan agar siswa mampu
menelaah  masalah  sosial  karena  manusia  selalu  dihadapkan  dengan fenomena  ataupun  masalah  sosial. Trianto  2012:  171  berpendapat
bahwa  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  merupakan  integrasi  dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Berdasarkan  beberapa  definisi  mengenai  Ilmu  Pengetahuan
Sosial di  atas,  peneliti  memilih  pendapat  dari  Supardi  yang menyatakan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang
terdiri  dari  beberapa  disiplin  ilmu  yang  dirumuskan  berdasarkan fenomena  sosial  di  lingkungan  masyarakat.  Pembelajaran  IPS  yang
diberikan kepada
siswa diharapkan
mampu memberikan
keterampilan  kepada  peserta  didik  dalam  memecahkan  masalah- masalah  sosial  yang  ada  di lingkungan  masyarakat. Pembelajaran
IPS  juga  diharapkan  dapat  memperbaiki  moral  serta  membentuk karakter siswa menjadi lebih baik sehingga siswa dapat memecahkan
masalah-masalah sosial dengan bijak. b. Tujuan Pembelajaran IPS
IPS  berfungsi  untuk  mengembangkan pengetahuan  sikap, nilai,  dan  keterampilan  peserta  didik  terhadap  masyarakat  dan
lingkungan  sekitarnya.  Sapriya  2011:  12  mengemukakan  tujuan pembelajaran  IPS  secara  umum  yaitu  untuk  mempersiapkan  para
peserta  didik  sebagai  warga  negara  yang  menguasai  pengetahuan knowledge,  keterampilan  skills,  sikap  dan  nilai  attitudes  and
value  yang  dapat  digunakan  sebagai  kemampuan  untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil  keputusan  dan  berpartisipasi  dalam  berbagai  kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Solihatin  dan  Raharjo  2012:  14  menyatakan  bahwa  tujuan Pendidikan  IPS  adalah  mempersiapkan  mahasiswa  menjadi  warga
negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Pada dasarnya tujuan  dari  pendidikan  IPS  adalah  untuk  mendidik  dan  memberi
bekal  kemampuan  dasar  kepada  siswa  untuk  mengembangkan  diri sesuai  dengan  bakat,  minat,  kemampuan  dan  lingkungannya,  serta
berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang  lebih  tinggi. Pendidikan IPS bertujuan  untuk  membentuk karakter  siswa  menjadi  lebih  baik  sehingga  memiliki  akhlak  yang
mulia. Tujuan  pelajaran  pengetahuan  sosial  dan  ilmu-ilmu  sosial
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosio-Antropologi yang dikemukakan oleh Fajar 2005: 107-108 antara lain :
1 Pengembangan  kemampuan  intelektual  siswa,  yang  berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual.
2 Pengembangan  kemampuan  dan  rasa  tanggung  jawab  sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
3 Pengembangan diri
sebagai pribadi,
berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa. 4 Untuk  menumbuhkan  warga  negara  yang  baik  dengan
menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya. 5 Untuk  mempelajari  bahan  pelajaran  yang  sifatnya  “tertutup”
closed  areas,  maksudnya  bahwa  dengan  mempelajari  bahan pelajaran yang pantang tabu untuk dibicarakan, para siswa akan
memperoleh kesempatan
untuk memecahkan
konflik intrapersonal maupun antar-personal.
Berdasarkan beberapa definisi  yang telah disebutkan di atas, peneliti  memilih  pendapat  dari  Sapriya  yang  menyatakan bahwa
pelajaran IPS bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang baik serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
terhadap  lingkungan  di  sekitarnya.  Untuk  itu,  dalam  pelaksanaan pembelajaran  IPS  perlu  ditanamkan  nilai-nilai  sosial  maupun  nilai
karakter  agar  dapat  membentuk  karakteristik  yang  baik  dalam  diri siswa. Pembelajaran  IPS  diharapkan  tidak  hanya  mengembangkan
kemampuan  intelektual  siswa  tetapi  juga  mengembangkan kemampuan  sosial  siswa,  sehingga  siswa  dapat  dapat  memecahkan
masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya. 6. Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan  intelektual  siswa  sangat  menentukan  keberhasilan siswa  dalam  memperoleh  prestasi  belajar.  Untuk  mengetahui  berhasil
tidaknya  seseorang  dalam  kegiatan  belajar  maka  perlu  diadakan  evaluasi pembelajaran. Hasil belajar  seseorang  sesuai  dengan  tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai  atau  raport  setiap  bidang  studi  setelah  mengalami  proses  belajar
mengajar.  Melalui  hasil  belajar,  guru  dapat  mengetahui  seberapa  jauh siswa menguasai atau memahami suatu kompetensi tertentu.
Secara  umum,  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  faktor  internal yaitu  faktor-faktor  yang  ada  dalam  diri  siswa  dan  faktor  eksternal  yaitu
faktor-faktor  yang  berada  di luar  diri  pelajar  Daryanto  dan Rahardjo, 2012: 28. Faktor internal seringkali berhubungan dengan minat, motivasi
belajar, serta keterampilan siswa. Yang tergolong faktor internal yaitu :
a. Faktor  fisiologis  atau  jasmani  individu  baik  bersifat  bawaan  maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,
dan sebagainya. b. Faktor  psikologis  baik  yang  bersifat  bawaan  maupun  keturunan,  yang
meliputi : 1
Faktor  intelektual  terdiri  atas  :  faktor  potensial  intelegensi  dan bakat dan faktor aktual kecakapan nyata dan prestasi.
2 Faktor  non  intelektual  yaitu  komponen-komponen  kepribadian
tertentu  seperti  sikap,  minat,  kebiasaan,  motivasi,  kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dsb.
Faktor eksternal merupakan segala faktor yang ada di luar diri siswa yang dapat  berpengaruh  terhadap  aktivitas dan  hasil  belajar  yang  diperoleh
siswa. Yang tergolong faktor eksternal yaitu : a. Faktor  sosial,  terdiri  atas  lingkungan  keluarga,  lingkungan  sekolah,
lingkungan masyarakat, serta faktor kelompok. b. Faktor budaya, seperti :  adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian, dan sebagainya. c. Faktor  lingkungan  fisik,  seperti  fasilitas  rumah,  fasilitas  belajar,  iklim,
dan sebagainya. d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Suprijono  2009:  5  menyatakan hasil  belajar  adalah  pola-pola perbuatan,  nilai-nilai,  pengertian-pengertian,  sikap-sikap,  apresiasi  dan
keterampilan. Sudjana  1989:  22  berpendapat  bahwa  hasil  belajar  adalah
kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  ia  menerima pengalaman  belajarnya. Pendapat  Gagne,  sebagaimana  dikutip  oleh
Djaatar 2001:  82-83  hasil  belajar  merupakan  kapabilitas  atau
kemampuan  yang  diperoleh  dari  proses  belajar  yang  dapat  dikategorikan dalam lima macam, yaitu :
a. Informasi  verbal,  yaitu  kemampuan  seseorang  untuk  menuangkan pikirannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan  intelektual,  yaitu  kemampuan  yang  dimiliki  seseorang untuk  membedakan,  mengabstraksikan  suatu  objek,  menghubung-
hubungkan  konsep  dan  dapat  menghasilkan  suatu  pengertian, memecahkan suatu persoalan.
c. Strategi  kognitif,  yaitu  kemampuan  seseorang  untuk  mengatur  dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan
yang dihadapinya. d. Sikap, adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seseorang berupa
kecenderungan  dengan  menerima  atau  menolak  suatu  objek berdasarkan penilaian atas objek itu.
e. Keterampilan motorik, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian  gerakan  jasmani  dari  anggota  badan  secara  terpadu  dan
terkoordinasi. Dari  beberapa  definisi  hasil  belajar  di atas,  peneliti  memilih
pendapat dari Nana Sudjana  yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  ia  menerima
pengalaman  belajarnya.  Hasil  belajar  yang  diperoleh  siswa  menunjukkan seberapa  jauh  siswa  mengerti  dan  paham  terhadap  materi  atau
pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Setelah mengetahui hasil belajar  yang  diperoleh  siswa,  guru  dapat  menentukan  cara  untuk
memperbaiki  atau  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  apabila  hasil  belajar belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
                