Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Dian Febi Hardiyanti

12416241050

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Hidup tidak seperti novel yang kita bisa mengulang halaman pertama kapanpun kita mau, tapi kita selalu bisa membuat bab baru dan halaman baru.


(6)

vi

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

• Kedua orang tuaku, Bapak Priyatno dan Ibu Wartiyah atas segala do’a, motivasi, dukungan baik moril maupun materiil, serta cinta dan kasih sayang untukku.

• Pade dan Budeku, Bapak Bambang Sabdono dan Ibu Turmiyati, atas segala do’a, motivasi, dukungan, dan kasih sayang untukku.

• Almamaterku Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menjadi tempat untuk mencari ilmu dan pengetahuan.


(7)

vii Oleh:

Dian Febi Hardiyanti NIM. 12416241050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsawserta untuk mengetahui efektivitas penggunaan metodeStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metodeJigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2 Godean. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yaitu kelas VIII B dan VIII D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Pengujian prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t (independent t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining lebih efektif terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan metodeJigsawpada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

Kata Kunci:metode Student Facilitator and Explaining, metode Jigsaw, hasil belajar IPS


(8)

viii

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan perizinan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Sudrajat, M. Pd., dosen pembimbing yang telah ikhlas, sabar, dan bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan, serta saran/masukan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Taat Wulandari, M. Pd., narasumber yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu selama kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dwi Suluh Pribadi yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Admin Pendidikan IPS serta karyawan Fakultas Ilmu Sosial UNY yang telah memberikan bantuan serta pelayanan dalam perizinan dan kelengkapan administrasi skripsi ini.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori... 10

1. Pengertian Efektivitas... 10

2. Metode Pembelajaran ... 13

3. MetodeStudent Facilitator and Explaining... 18

4. MetodeJigsaw... 24

5. Hakikat Pembelajaran IPS ... 30

6. Pengertian Hasil Belajar ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Desain Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian... 48

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 49

I. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 56

C. Deskripsi Data Penelitian ... 58


(11)

xi

B. Implikasi... 77

C. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

xii

Tabel 2. Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean ... 46

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar ... 49

Tabel 4. Kriteria Ukuran Efek ... 53

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 6. Data Hasil Belajar IPS ... 59

Tabel 7. Distribusi Frekuensi NilaiPretestEkperimen 1 ... 60

Tabel 8. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 1 ... 61

Tabel 9. Distribusi Frekuensi NilaiPrestestEkperimen 2 ... 62

Tabel 10. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 2 ... 64

Tabel 11. Hasil Uji-tPretest ... 67


(13)

xiii

Gambar 3. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 1 ... 62

Gambar 4. Diagram NilaiPretestKelas Eksperimen 2 ... 63

Gambar 5. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 2 ... 64


(14)

xiv

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen 2 ... 98

Lampiran 3. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 113

Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 114

Lampiran 5. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1 ... 115

Lampiran 6. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 2 ... 116

Lampiran 7. Lembar Validasi Butir SoalPretestdanPosttest ... 117

Lampiran 8. Hasil Uji Coba SoalPretest ... 118

Lampiran 9. Uji ValiditasPretest ... 119

Lampiran 10. Uji ReliabilitasPretest ... 125

Lampiran 11. SoalPretestdanPosttest ... 127

Lampiran 12. HasilPretestKelas Eksperimen 1 ... 137

Lampiran 13. HasilPretestKelas Eksperimen 2 ... 138

Lampiran 14. HasilPosttestKelas Eksperimen 1 ... 139

Lampiran 15. HasilPosttestKelas Eksperimen 2 ... 140

Lampiran 16. Rangkuman Hasil BelajarPretestdanPosttest... 141

Lampiran 17. Data Hasil Uji Deskriptif ... 142

Lampiran 18. HasilIndependent T-Test... 143

Lampiran 19. Foto Penelitian ... 145


(15)

1

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu syarat dalam upaya mencapai tujuan pembangunan suatu negara. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan juga digunakan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih baik. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

Pendidikan dapat membantu dan membimbing anak didik untuk mencapai kedewasaan melalui pembelajaran, baik formal maupun informal. Pembelajaran dikatakan berkualitas tinggi apabila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dengan baik. Kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sanjaya (2007: 50-55) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai apabila dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana, serta lingkungan.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan, tentu saja tidak terlepas dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pendidikan karena tercapainya tujuan


(16)

pendidikan diawali dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan, salah satu diantaranya adalah penyampaian materi pelajaran. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran memiliki andil yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Guru sebagai penyelenggara kegiatan belajar harus dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, tetapi banyak guru yang belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan pembelajaran di kelas. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi (Mutia, 2010).

Asih menyebutkan bahwa masih terdapat kecenderungan guru dalam pembelajaran IPS yang menggunakan cara konvensional atau tradisional, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada peserta didik (Asih, 2011). Minimnya penggunaan metode dalam pembelajaran membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Metode ceramah yang sering digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu dianggap sangat membosankan oleh siswa dan seperti mengurangi minat belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang mengobrol dengan temannya dan banyaknya siswa yang bermainhandphonesaat guru sedang menerangkan materi pelajaran (Sugiarti, 2011).


(17)

Penggunaan metode yang tidak kooperatif dan variatif, misalnya metode ceramah membuat kurangnya keterlibatan atau aktivitas siswa dalam kegiatan belajar. Banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi pelajaran, kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan ide dan pendapat, banyak siswa yang mengantuk, serta sedikitnya siswa yang berani bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pollio (Silberman, 2013: 24) yang menunjukkan bahwa dalam pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu pembelajaran.

Pola pembelajaran yang bersifat guru sentris atau pembelajaran yang berpusat pada guru dan model pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa kurang dilibatkan dalam proses belajar mengajar dan siswa cenderung pasif. Kecenderungan pembelajaran tersebut mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga membuat hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal (Wilujeng, 2015: 115). Hal ini dikarenakan siswa hanya menerima atau mengandalkan materi yang dijelaskan oleh guru.

Peran aktif siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS. Peran aktif siswa dapat membantu dan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar IPS yang optimal. Langkah kooperatif, variatif, dan inovatif yang dilakukan


(18)

guru dalam proses pembelajaran dapat mendorong peran aktif siswa. Siswa dapat mencari pengalaman atau pengetahuan baru sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan didalam dirinya secara optimal.

Pemilihan metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Memanfaatkan suatu metode secara akurat, dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar, diharapkan pembelajaran menjadi lebih efektif. Pembelajaran yang efektif akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa serta menekankan siswa mampu belajar dengan cara belajarnya sendiri. Melalui metode pembelajaran, aktivitas belajar mengajar menjadi menyenangkan dan mencapai efektivitas.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pembelajaran aktif, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif. Cooperative Learning, merupakan suatu metode aktif yang menimbulkan kerja sama yang dapat mempertinggi keterlibatan peserta didik, dengan melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. Melalui cooperative leraning, siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan atau menciptakan ide-ide yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa yang akhirnya menambah pengetahuan siswa dibandingkan jika siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.


(19)

Metode pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsaw.MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Suprijono (2009: 129), menyatakan bahwa metode Student Facilitator and Explaining mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa.

Jigsaw merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Slavin, di dalam metodeJigsaw ada hubungan saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok diharapkan mampu membuat anggota kelompok mengerti dan memahami materi yang didiskusikan bersama. Penggunaan metode Jigsaw bertujuan untuk membuat peserta didik aktif di dalam kelas dan tidak mudah jenuh dalam menerima pelajaran, karena adanya interaksi sosial antara peserta didik dengan bekerjasama dalam kelompok.

Perbedaan antara metode Student Facilitator and Explaining dengan metode Jigsaw yaitu terletak pada penyampaian ide atau pendapat setelah siswa melakukan diskusi kelompok. Setelah melakukan diskusi kelompok, salah satu anggota kelompok menjelaskan atau menyampaikan


(20)

materi pelajaran di depan kelas sebagai “penjelas atau fasilitator” pada metode Student Facilitator and Explaining. Pada metode Jigsaw, siswa hanya menyampaikan ide atau pendapat di dalam diskusi kelompok.

Setiap metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw. Kedua metode pembelajaran tersebut tentu dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPS, khususnya pada kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean. Perbedaan hasil belajar tersebut, nantinya akan menunjukkan metode mana yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar serta efektivitas penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul ”Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan judul yang diajukan yaitu :

1. Banyak guru yang belum memanfaatkan metode pembelajaran yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar.


(21)

2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal.

4. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

5. Belum diketahuinya efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah dibatasi yaitu:

1. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

2. Belum diketahuinya efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator and Explainingdibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metode pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode pembelajaranStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw.

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metode pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean.


(23)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsawterhadap hasil belajar IPS siswa SMP. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran yang kooperatif dan variatif, khususnya untuk meningkatkan kompetensi dan hasil belajar mata pelajaran IPS.

c. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dan kratifitas siswa, serta meningkatkan kompetensi pembelajaran IPS.


(24)

10 1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas secara umum menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Uno dan Mohamad (2011: 29) yang menjelaskan bahwa efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik. Untuk mengukur suatu efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari dapat dipindahkan (transferabilitas) ke dalam mata pelajaran selanjutnya atau penerapan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Saefuddin dan Berdiati (2014: 34) berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil guna diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran efektif dapat tercapai jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik dan menghantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

Daryanto dan Tasrial (2012: 112) mengemukakan bahwa efektivitas pembelajaran dapat dicapai dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu


(25)

memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Peran aktif peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengukur seberapa jauh kemampuan untuk melaksanakan sesuatu agar tepat sasaran. Efektivitas berfokus pada hasil sehingga efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan diawal telah tercapai. Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa proses belajar mengajar dikatakan berhasil adalah tercapainya tujuan dalam belajar yaitu ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar atau prestasi belajar secara maksimal.

Sesuatu dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan atau ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya. Cohen dalam Naga (2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui kriteria empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut Cohen yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d > 0,8 (efek besar). Efektivitas pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat


(26)

pencapaian peserta didik. Uno, (2006: 21) menjelaskan bahwa ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajarai. Djaatar (2001: 82) menyatakan, suatu aktivitas belajar dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Sasaran atau hasil yang dimaksud adalah berupa tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai efektivitas yang disebutkan di atas, peneliti mengacu kepada pendapat dari Cohen dalam Naga (2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui kriteria empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut Cohen yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d > 0,8 (efek besar). Efektivitas metode dalam penelitian ini ditentukan dari besarnya efek berdasarkan ukuran efek menurut Cohen.

Ada dua metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Student Facilitator and Explaining dengan metode Jigsaw. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Ketika terjadi perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS pada siswa yang menggunakan metode student facilitator and explaining maupun yang menggunakan metode jigsaw, maka perlu dihitung ukuran efeknya untuk mengetahui besarnya


(27)

efektivitas metode pembelajaran yang digunakan. Efektivitas metode pembelajaran dapat diketahui melalui perhitungan ukuran efek yang dihitung setelah terjadi perbedaan yang signifikan pada penelitian.

2. Metode Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar, pengertian belajar adalah berubah, maksudnya belajar berarti usaha mengubah tingkah laku menjadi lebih baik. Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Daryanto dan Rahardjo (2012: 25) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar atau peserta didik. Guru berperan sebagai penjabar dan penerjemah bahan tersebut agar dimiliki siswa. Cagne dan Biggs dalam Djaatar (2001: 2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Saefuddin dan Berdiati (2014: 8) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang. Pembelajaran


(28)

diharapkan dapat mengakibatkan perubahan pada siswa, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, sehingga siswa akan mendapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Sudjana (2004: 28) mengemukakan, pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara siswa (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Khanifatul (2013: 14) menjelaskan pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa belajar (mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional (instructional), yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu (Djaatar, 2001: 2). Selanjutnya, Hamalik (2009: 57) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.


(29)

Pembelajaran merupakan upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Di dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kebutuhan siswa dan kondisi pengajaran yang ada.

Daryanto dan Rahardjo (2012: 20-26) mengemukakan, pada hakekatnya semua pembelajaran manusia mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance).

1) Persiapan (Preparation)

Tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif.

2) Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.

3) Latihan (Practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan.


(30)

Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.

Dari beberapa definisi mengenai pembelajaran, maka peneliti mengacu pada pendapat Hamalik yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Suatu pembelajaran akan mencapai tujuan secara optimal apabila dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada serta didukung dengan fasilitas atau sarana prasarana pendidikan yang memadai. Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan mudah dan tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. b. Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti jalan atau cara (Ismail, 2008: 7). Jadi, metode mempunyai arti suatu cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sanjaya (2007: 145) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara


(31)

optimal. Semakin tepat metodenya, diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Ismail (2008: 8) mengemukakan, metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Sudjana (2010: 30) menjelaskan, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar lebih efektif maka seorang guru harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1) tujuan, 2) karakteristik siswa, 3) kemampuan guru, 4) sifat bahan pelajaran, 5) situasi kelas, 6) kelengkapan fasilitas, 7) kelebihan dan kelemahan metode (Ismail, 2008: 32-33).

Macam-macam metode pembelajaran yang paling sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran saat ini, yaitu :

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang dapat dikatakan sebagai metode tradisional. Karena, sejak dahulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


(32)

2) Metode diskusi

Metode diskusi merupakan metode yang menyajikan siswa pada suatu permasalahan. Dengan adanya diskusi, siswa diharapkan mampu memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan serta menambah pengetahuan siswa.

Dari beberapa definisi para ahli yang telah dikemukakan diatas, peneliti memilih pendapat Sanjaya yang mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa di dalam kelas. Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus menentukan metode yang tepat agar materi dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik serta tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

3. MetodeStudent Facilitator and Explaining

a. Pengertian MetodeStudent Facilitator and Explaining

Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Di dalam kelas


(33)

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen untuk saling bekerja sama.

Suprijono (2009: 129) mengemukakan bahwa metodeStudent Facilitator and Explaining mempunyai arti metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Metode Student Facilitator and Explainingmerupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat kepada siswa lainnya karena siswa berperan sebagai fasilitator di dalam kelas.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, peneliti mengacu pada pendapat Agus Suprijono yang mengemukakan bahwa metode Student Facilitator and Explaining merupakan metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan prestasi akademik siswa. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” kepada teman-temannya.

Metode ini dapat mengembangkan kreatifitas dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapatnya serta dapat menguji pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.


(34)

b. Langkah-langkah MetodeStudent Facilitator and Explaining

Suprijono (2009: 128) menyatakan bahwa terdapat enam langkah dalam pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan dari isi serta mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar mengenai silabus pembelajaran.

2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.

Guru menyajikan sedikit materi yang dipelajari pada saat itu dan siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan guru membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogen. Guru menjelaskan dan mencontohkan kepada siswa bagaimana membuat bagan/peta konsep. Kemudian guru bisa meminta siswa untuk mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.

Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep. Guru meminta salah satu untuk maju dan


(35)

menjelaskan di depan kelas apa yang dia ketahui. Siswa lain boleh bertanya, dan siswa yang menjelaskan di depan boleh berkata “pas” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

Ketika siswa menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali. Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang hanya dijelaskan separuh, dan bagian yang hilang bisa ditangani langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah, atau mereka dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu serta memberikan kesimpulan.

6) Penutup.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metodeStudent Facilitator and Explaining sebagai berikut : 1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2) guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi, 3) memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep, 4) guru menyimpulkan ide/pendapat dari


(36)

siswa, 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, 6) penutup.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Facilitator and Explaining

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Di bawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari metodeStudent Facilitator and Explainingini yaitu: 1) Kelebihan

a) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.

b) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan.

c) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

d) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.

e) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan

suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.

f) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat.

g) Melatih siswa untuk dapat mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan.


(37)

i) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.

2) Kekurangan

a) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaannya kepada siswa yang pintar.

b) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya.

c) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain, misalnya metode ceramah.

d) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan dari metode Student Facilitator and Explaining yaitu 1) mendorong siswa untuk berpikir kritis, 2) melatih siswa aktif dan kreatif, 3) mendorong tumbuhnya rasa tenggang rasa, 4) mendorong tumbuhnya keberanian mengemukakan pendapat, 5) melatih siswa untuk lebih mandiri. Sedangkan kekurangan dari metode student facilitator and explaining yaitu 1) peserta didik yang malas hanya akan mengandalkan temannya, 2) penilaian individu cukup sulit, 3)


(38)

anggota kelompok yang pasif dan malas dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya.

4. MetodeJigsaw

a. Pengertian MetodeJigsaw

Metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif dan merupakan strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) hanya bisa terjadi apabila ada partisipasi aktif dari peserta didik. Pembelajaran tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (Slavin, 2010: 236). MetodeJigsawpertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975). Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw II (Slavin, 1989) danJigsaw III (Kagan, 1990). Dalam metodeJigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 5 anggota.

Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli. Slavin (2010: 237) mengemukakan bahwa kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi : tiap siswa bergantung kepada satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian. Masing-masing kelompok harus dapat menguasai dan memahami


(39)

materi yang diberikan guru sehingga dapat menjelaskan kepada anggota kelompok lain dengan baik.

Saefuddin dan Berdiati (2014: 116) berpendapat bahwa strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Arends (2009: 358-359) menyatakan “in the jigsaw model, each team member is responsiable for mastering part of the learning materials and then teaching that part to the other team members”.Maksudnya, di dalam metodeJigsawsetiap anggota kelompok harus menguasai atau memahami suatu bagian dari materi pembelajaran kemudian menjelaskan materi tersebut kepada kelompok lainnya.

Uno dan Mohamad (2011: 98) mengemukakan, metode pembelajaran jigsaw adalah metode yang menghendaki siswa belajar melalui kelompok. Isjoni (2009: 77) menjelaskan, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi


(40)

siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Suprijono (2009: 89) berpendapat bahwa pembelajaran jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelas ada 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kelompok asal, setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi. Setelah itu kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti setuju dengan pendapat Saefuddin dan Ika Berdiati yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Masing-masing kelompok asal harus membaca dan memahami materi yang telah dibagikan oleh guru kemudian salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok asal membentuk kelompok ahli untuk menyampaikan materi yang telah dipelajari di dalam kelompoknya untuk memahami materi secara


(41)

utuh. Kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan menyampaikan materi yang didapatkan dari kelompok ahli.

b. Langkah-langkah MetodeJigsaw

Pembelajaran dengan metode Jigsaw ini bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan kelompok yang telah ditentukan tanpa harus membedakan satu sama lain. Langkah-langkah dalam metode Jigsaw seperti yang dikemukakan oleh Uno dan Mohamad (2011: 110-111) yaitu :

1) Tahap 1 : Menyiapkan bahan pembelajaran.

2) Tahap 2 : Menempatkan siswa dalam kelompok belajar, maksimal 4 - 5 orang secara heterogen.

3) Tahap 3 : Menempatkan siswa dalam kelompok pakar atau ahli.

4) Tahap 4 : Menentukan skor awal untuk mencatat skor sebagai skor dasar.

5) Tahap 5 : Membaca.

6) Tahap 6 : Diskusi kelas pakar. 7) Tahap 7 : Laporan kelompok.

8) Tahap 8 : Para pakar/ahli kembali ke dalam kelompok asal. 9) Tahap 9 : Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh

untuk semua siswa.

10) Tahap 10 : Para siswa mengambil kuis individu yang mencakup semua topik.


(42)

11) Tahap 11 : Penghargaan kelompok.

Ismail (2008: 82-83) berpendapat langkah-langkah penerapan Jigsaw Learningsebagai berikut :

1) Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).

2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah segmen yang ada ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.

3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda.

4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya.

5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

6) Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.

7) Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dengan menggunakan metode Jigsaw sebagai


(43)

berikut : 1) materi pembelajaran dibagi menjadi beberapa segmen (bagian), 2) peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen atau bagian yang ada, 3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda, 4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya, 5) Kembalikan suasana kelas seperti semula, 6) Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari, 7) Guru melakukan kesimpulan dan klarifikasi. c. Kelebihan dan Kekurangan MetodeJigsaw

Sama seperti metode pembelajaran yang lain, metodeJigsaw juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaranJigsaw.Berikut ini merupakan beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaranJigsaw, yaitu :

1) Kelebihan

a) Di dalam metode Jigsaw, siswa saling memberikan pendapat (sharing ideas). Karena suasana belajar lebih kondusif dan adanya penghargaan yang diberikan kepada kelompok, maka masing-masing kelompok berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik.


(44)

b) Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya.

c) Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab secara individual.

2) Kelemahan

a) Terdapat kelompok siswa yang kurang berani mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok tersebut dalam diskusi menjadi kurang hidup.

b) Memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan persiapan yang matang antara lain pembuatan bahan ajar dan LKS benar-benar memerlukan kecermatan dan ketepatan.

5. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, sosiologi, ekonomi, sejarah, politik, hukum, serta budaya. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya maupun dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan pendapat dari Somantri (2001: 92) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan


(45)

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan National Council for the Social Studies (NCSS) mendefinisikan IPS sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang tujuan-tujuannya diturunkan dari hakikat kewarganegaraan di dalam masyarakat demokratis. Tujuan pembelajaran IPS berkaitan dengan masyarakat-masyarakat yang ada disekitar siswa, yang kontennya berasal dari ilmu-ilmu sosial dan disiplin-disiplin yang lain, serta hasil dari refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman budaya siswa.

Kemudian, Supardi (2011: 182) mengemukakan bahwa IPS merupakan kajian integrasi berbagai ilmu sosial dan humaniora. IPS didesain secara terpadu agar pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna. Keterpaduan dalam IPS juga bertujuan agar siswa mampu menelaah masalah sosial karena manusia selalu dihadapkan dengan fenomena ataupun masalah sosial. Trianto (2012: 171) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial di atas, peneliti memilih pendapat dari Supardi yang menyatakan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang dirumuskan berdasarkan fenomena sosial di lingkungan masyarakat. Pembelajaran IPS yang diberikan kepada siswa diharapkan mampu memberikan


(46)

keterampilan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Pembelajaran IPS juga diharapkan dapat memperbaiki moral serta membentuk karakter siswa menjadi lebih baik sehingga siswa dapat memecahkan masalah-masalah sosial dengan bijak.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan peserta didik terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sapriya (2011: 12) mengemukakan tujuan pembelajaran IPS secara umum yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Solihatin dan Raharjo (2012: 14) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah mempersiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang


(47)

yang lebih tinggi. Pendidikan IPS bertujuan untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik sehingga memiliki akhlak yang mulia.

Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosio-Antropologi) yang dikemukakan oleh Fajar (2005: 107-108) antara lain :

1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual.

2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa.

4) Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya.

5) Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (closed areas), maksudnya bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonalmaupunantar-personal.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, peneliti memilih pendapat dari Sapriya yang menyatakan bahwa pelajaran IPS bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang baik serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian


(48)

terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajaran IPS perlu ditanamkan nilai-nilai sosial maupun nilai karakter agar dapat membentuk karakteristik yang baik dalam diri siswa. Pembelajaran IPS diharapkan tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa tetapi juga mengembangkan kemampuan sosial siswa, sehingga siswa dapat dapat memecahkan masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya.

6. Pengertian Hasil Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam kegiatan belajar maka perlu diadakan evaluasi pembelajaran. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Melalui hasil belajar, guru dapat mengetahui seberapa jauh siswa menguasai atau memahami suatu kompetensi tertentu.

Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 28). Faktor internal seringkali berhubungan dengan minat, motivasi belajar, serta keterampilan siswa. Yang tergolong faktor internal yaitu :


(49)

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi :

1) Faktor intelektual terdiri atas : faktor potensial (intelegensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi).

2) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dsb.

Faktor eksternal merupakan segala faktor yang ada di luar diri siswa yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Yang tergolong faktor eksternal yaitu :

a. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, serta faktor kelompok.

b. Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagainya.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebagainya.

d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Suprijono (2009: 5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (1989: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah


(50)

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pendapat Gagne, sebagaimana dikutip oleh Djaatar (2001: 82-83) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam, yaitu :

a. Informasi verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubung-hubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian, memecahkan suatu persoalan.

c. Strategi kognitif, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

d. Sikap, adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan dengan menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian atas objek itu.

e. Keterampilan motorik, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dari anggota badan secara terpadu dan terkoordinasi.

Dari beberapa definisi hasil belajar di atas, peneliti memilih pendapat dari Nana Sudjana yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima


(51)

pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan seberapa jauh siswa mengerti dan paham terhadap materi atau pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Setelah mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, guru dapat menentukan cara untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

1. Ristri Rahayu (2012) yang berjudul “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012” merupakan jurnal mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan aktivitas belajar dan ada perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia peserta didik yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada variabel hasil belajar siswa, jenis penelitian, lokasi penelitian, dan materi pelajaran.

2. Lely Afreyanti (2013) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Persiapan Pengolahan pada Siswa Kelas X SMK Negeri 4 Yogyakarta”


(52)

merupakan skripsi mahasiswa jurusan Teknik Boga dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode Jigsaw dengan yang tidak menggunakan metode Jigsaw. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Jigsaw pada kelas eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan metodeJigsaw.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel metodeJigsaw, hasil belajar, dan menggunakan penelitian eksperimen. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada lokasi penelitian dan materi pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas hasil belajar IPS siswa kelas VIII dengan menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw di SMP Negeri 2 Godean. Berdasarkan hubungan antar variabelnya, hal yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui metode mana yang lebih efektif apabila diterapkan pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean.

Kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif dan aktif yang diharapkan dapat meningkatkan atau mengoptimalkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan metode


(53)

Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPS ini, siswa tidak hanya mendengarkan atau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa belajar secara mandiri mengenai materi yang akan dipelajari dan siswa dapat menumbuhkan kerja sama di dalam kelompok, partisipasi aktif siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, serta keberanian siswa dalam mengajukan pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, bahkan menyajikan materi di depan kelas berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.

Setelah mengikuti langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw, siswa diharapkan dapat mengerjakan soal-soal posttest. Soal-soal posttest berupa pilihan ganda yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPS. Penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw pada pembelajaran IPS, diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.

Setelah mendapatkan data dari hasil penelitian, maka dilakukan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS pada siswa. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa, selanjutnya dicari besarnya ukuran efek untuk mengetahui efektivitas metode Student Facilitator and Explaining dan metodeJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

Bagan kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


(54)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Belum diketahuinya efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawterhadap Hasil Belajar IPS

Kelas Eksperimen 1 MetodeStudent

Facilitator and Explaining

Kelas Ekperimen 2 MetodeJigsaw

Perbedaan Hasil Belajar IPS denganPretsestdanPosttest

Uji-t Ukuran Efek

Efektivitas MetodeStudent Facilitator and Explainingdan MetodeJigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas


(55)

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

2. Ho: MetodeStudent Facilitator and Explainingtidak efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Ha : MetodeStudent Facilitator and Explaining efektif terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.


(56)

42

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental design). Penelitian ini dikatakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design(Wiersma, 2009: 169).

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Awal Perlakuan Akhir

Eksperimen 1 Eksperimen 2

P3

X2

P2 P4 Keterangan :

Xı : Perlakuan dengan metodeStudent Facilitator and Explaining

X2 : Perlakuan dengan metodeJigsaw

Pı, P3 :Pretest P2, P4 :Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Godean, Sidomoyo, Godean, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SMP Negeri 2 Godean sebagai penelitian karena di sekolah ini belum pernah


(57)

diterapkan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsawdalam pembelajaran IPS.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Maret 2016.

C. Variabel Penelitian

Ada 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penjelasan dari variabel yang ada dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas atauindependent variabel(X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan metode pembelajaran Jigsaw. X1 yaitu metode Student Facilitator and Explaining dan X2

yaitu efektivitas penerapan metodeJigsaw. 2. Variabel terikat ataudependent variabel(Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen akan berakibat pada efektivitas hasil belajar siswa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Efektivitas Penerapan MetodeStudent Facilitator and Explaining Metode Student Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan membentuk


(58)

kelompok-kelompok kecil yang mempelajari materi pelajaran secara mandiri kemudian salah satu siswa dari perwakilan kelompok menjelaskan materi berdasarkan peta konsep di depan kelas.

Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining ditunjukkan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok dan menyampaikan materi di depan kelas kepada siswa lainnya melalui peta konsep, dimana siswa berperan sebagai fasilitator. Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dilihat pula dari besarnya pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar yang dihitung menggunakan perhitungan efek Cohen.

Langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining yaitu :

a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai c. Guru menyajikan garis besar materi yang akan dipelajari dan

memberikan contoh bagaimana membuat bagan atau peta konsep d. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan mengenai materi yang

dipelajari kepada siswa lainnya di depan kelas menggunakan bagan atau peta konsep yang telah dibuat

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya f. Guru mencatat poin-poin yang disampaikan oleh siswa yang


(59)

g. Guru menerangkan materi secara keseluruhan serta meluruskan materi yang kurang tepat

h. penutup

2. Efektivitas Penerapan MetodeJigsaw

Metode Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Efektivitas Penerapan Metode Jigsawdapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa.

Langkah-langkah metodeJigsawadalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari pada white boardatau ditayangkan denganpowerpoint

c. Guru membagi materi yang telah ditentukan berdasarkan topik yang dipelajari

d. Setiap siswa dalam kelompok harus mempelajari materi yang telah dibagi oleh guru

e. Selanjutnya, guru meminta siswa membuat kelompok ahli yang terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok (satu kelompok satu siswa)

f. Di dalam kelompok ahli terdapat kelompok dengan materi yang berbeda-beda dan kelompok ahli melakukan diskusi untuk memahami materi secara utuh

g. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan atau menyampaikan apa yang di dapat dari kelompok ahli


(60)

h. Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada masing-masing kelompok

i. Guru memberikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan pretest dan posttest yang berbentuk tes pilihan ganda dengan empat jawaban (A, B, C, D).Pretest danposttest diberikan kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Zuriah (2006: 116) menyatakan populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean, dengan data sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi

Kelas Jumlah Siswa

VIII A 32

VIII B 32

VIII C 32

VIII D 32

Jumlah 128

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sukardi (2003: 54) mengatakan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang yang


(61)

dipilih untuk sumber data. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekniksimple random samplingatau pengambilan sampel acak sederhana. Berdasarkan teknik simple random sampling semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Pada penelitian ini dilakukan pengundian kepada 4 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan undian yang menggunakan kertas. Perwakilan dari keempat kelas tersebut mengambil masing-masing 1 kertas undian secara acak untuk menentukan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Setelah pengundian, akhirnya dipilihlah kelas VIII B sebagai kelas eksperimen 1 dengan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode student facilitator and explaining dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen 2 dengan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metodeJigsaw.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh keterangan secara lengkap, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tes. Tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi dalam pembelajaran. Tes dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Tes juga dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.


(62)

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi, ketika sebelum pemberian perlakuan (pretest) dan sesudah pemberian perlakuan (posttest) pada metodestudent facilitator and explaining dan metode Jigsaw pada kedua kelas eksperimen. Tes ini berbentuk tes objektif.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan oleh peneliti untuk mempermudahkan pekerjaan dan mendapat hasil yang lebih baik, sehingga data mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lembar Tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes hasil belajar. Tes hasil belajar terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda, dan hanya ada satu jawaban benar pada setiap soalnya. Jawaban benar pada setiap soal diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (nol). Alternatif jawaban yang disediakan adalah a, b, c, dan d.

Penyusunan butir soal dan kisi-kisi butir soal, peneliti menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ada. Peneliti juga menyesuaikan butir instrumen dan kisi-kisi penyusunan butir soal berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean.

Sub pokok bahasan memahami 1 kompetensi dasar yaitu memahami pranata dan penyimpangan sosial. Adapun kisi-kisi instrumen soal tersebut yaitu sebagai berikut


(63)

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa

H. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang telah disusun harus diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian berupa tes yang telah disusun diujicobakan pada siswa kelas VIII A dan VIII C SMP Negeri 2 Godean.

1. Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 173). Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas isi dan validitas konstruk.

a. Validitas Isi

Validitas isi menekankan pada langkah telaah dan revisi butir soal pertanyaan berdasarkan pendapat profesional (profesiional

Kompetensi Dasar Indikator Soal Jumlah

6.2.Mendeskripsik an pranata sosial dalam kehidupan masyarakat a. Mendeskripsikan peran pranata keluarga dalam pembentukan kepribadian b. Mengidentifikasi fungsi pranata sosial c. Mengidentifikasi jenis-jenis pranata sosial 1,2,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12 ,13 14,15,16,17, 18,19,20 7 6 7


(64)

judgment). Validitas isi dalam penelitian ini yaitu dengan menyusun kisi-kisi terlebih dahulu, kemudian dilakukan koreksi terhadap item-item yang sudah dibuat lalu instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan untuk diperiksa dan dievaluasi oleh dosen pembimbing.

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct(Sukardi, 2009: 123). Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan ahli (expert judgment) yaitu dosen pembimbing untuk dikonsultasikan dan memberikan masukan tentang instrumen yang telah disusun. Instrumen lembar observasi divalidasi oleh pembimbing. Untuk mengetahui validasi konstruk pada instrumen lembar tes dilakukan uji coba instrumen.

2. Reliabilitas Instrumen

Realibilitas sama dengan konsistensi atau keajekan (Sukardi, 2009: 127). Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila selalu memberikan hasil yang sama apabila diujikan pada kelompok yang sama pada waktu yang berbeda. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila koefisien korelasinya≥ 0,6. Semakin tinggi koefisien korelasinya, maka semakin reliabel instrumen tersebut


(65)

I. Teknik Analisis Data 1. Penyajian Data

a. Tabel Distribusi Frekuensi

Data yang sudah terkumpul kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi dilakukan agar data yang disajikan lebih efisien dan komunikatif. Data yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi adalah data hasil belajar siswa. Langkah-langkah menyusun tabel dsitribusi frekuensi yaitu :

1) Menghitung Rentang (R)

R = Data Tertinggi–Data Terendah 2) Menentukan kelas interval (K)

b = 1 + 3,3 log n

3) Menentukan jumlah kelas interval (i)

= ( )

( )

4) Membuat tabel distribusi frekuensi b. Diagram

Setelah tabel distribusi frekuensi dibuat, maka selanjutnya data disajikan dalam diagram batang (histogram) untuk melihat tampilan fisik dari data yang diperoleh.

2. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsawterhadap


(66)

hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean. Oleh karena itu, peneliti perlu menjawab hipotesis yang telah dibuat. Hipotesis tersebut antara lain :

a. Hipotesis I (Hasil Belajar Siswa) :

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

b. Hipotesis II (efektivitas metode student facilitator and explaining terhadap hasil belajar siswa) :

H0: MetodeStudent facilitator and Explainingtidak efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Ha : Metode Student Facilitator and Explaining efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Untuk menguji hipotesis I digunakan uji-t (independent sample t-test) berbantu SPSS 16 for windows. Kriteria penerimaan atau penolakan Ho pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebagai berikut :


(67)

a. Jika thitung> ttabelpada taraf signifikansi 5% dan nilaiP< 0,05 maka

H0ditolak dan Haditerima

b. Jika thitung< ttabelpada taraf signifikansi 5% dan nilaiP> 0,05 maka

H0diterima dan Haditolak

Selanjutnya, jika terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar siswa pada kelas ekperimen 1 dan kelas ekperimen 2, maka perlu dicari ukuran efeknya (sized effect). Ukuran efek berfungsi untuk menjawab hipotesis II. Salah satu ukuran efek yang dapat digunakan adalah ukuran efek dari Cohen yang dinyatakan dengan lambang d, Naga (2009: 98) menjelaskan rumus d sebagai berikut :

= 1 2

Standar Deviasi (SD) Keterangan :

d : Ukuran Efek

MeanEksperimen 1 : Rata-rataPosttestKelompok Eksperimen 1 MeanEksperimen 2 : Rata-rataPosttestKelompok Eksperimen 2 SD : Standart Deviasi Kelompok Eksperimen 1

Adapun kriteria keberhasilan ukuran efek menurut Cohen dalam Naga (2009: 99) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Kriteria Ukuran Efek

Parameter Ukuran Efek Keterangan Rerata dan Proporsi 0 < d < 0,2 Efek kecil

0,2 < d < 0,8 Efek sedang d > 0,8 Efek besar


(68)

54

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Godean. SMP Negeri 2 Godean terletak di Sidomoyo, Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMP Negeri 2 Godean memiliki luas tanah ±4000 m2. Kepala sekolah dibantu oleh beberapa wakil kepala sekolah yang memiliki wewenang dalam urusan kesiswaan, urusan kurikulum dan urusan sarana prasarana.

Adapun tentang Visi, Misi, dan Motto SMP N 2 Godean sebagai berikut :

a. Visi SMP N 2 Godean

“Unggul dalam Mutu Berpijak pada Imtaq dan Budaya Bangsa” Indikator visi:

1) Unggul dalam prestasi akademik

2) Unggul dalam prestasi olahraga dan seni

3) Unggul dalam pengembangan keterampilan dan teknologi

4) Dapat mengamalkan/melaksanakan dan menghayati nilai-nilai agama

5) Beretika dan sopan santun dalam tindakan berdasarkan budaya Indonesia

b. Misi SMP N 2 Godean


(69)

2) Membimbing dan mengembangkan potensi siswa dalam bidang olahraga dan seni

3) Mempersiapkan siswa yang unggul dalam bidang keterampilan dan teknologi

4) Meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama sebagai sumber kearifan dalam bertindak

5) Berpijak pada budaya bangsa sebagai dasar bertindak

Kondisi lingkungan cukup kondusif bagi terciptanya suasana belajar mengajar yang tenang. Secara umum kondisi SMP N 2 Godean dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Ruang Kelas

SMP N 2 Godean memiliki 12 ruang kelas yang terdiri dari kelas VII sebanyak 4 kelas, kelas VIII sebanyak 4 kelas, kelas IX sebanyak 4 kelas. Masing-masing kelas telah memiliki fasilitas yang menunjang proses pembelajaran meliputi meja, kursi, papan tulis, layar LCD, proyektor, kipas angin.

2. Ruang Perkantoran

Ruang perkantoran terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, dan ruang bimbingan konseling.

3. Laboratorium

Laboratorium yang dimiliki oleh SMP N 2 Godean meliputi Laboratorium IPA dan Laboratorium Multimedia/komputer.


(70)

4. Tempat Ibadah

Mushola di SMP N 2 Godean berukuran cukup besar dengan kondisi yang terawat dan memiliki fasilitas untuk beribadah yang lengkap.

Kebersihan mushola dan tempat wudlu terjaga dengan baik.

5. Ruang penunjang pembelajaran

Ruang penunjang pembelajaran terdiri dari perpustakan, lapangan yang luas untuk melakukan kegiatan olahraga seperti basket, voli, sepak bola, dan lompat jauh.

6. Fasilitas lain

Fasilitas lain yang dimiliki SMP N 2 Godean yaitu koperasi siswa serta kantin sehat.

7. Potensi siswa

Jumlah siswa di SMP N 2 Godean tahun ajaran 2015/2016 secara keseluruhan berjumlah 384 siswa yang terdiri dari 128 siswa kelas VII, 128 siswa kelas VIII dan 128 siswa kelas kelas XI.

B.Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-5 Februari 2016 di kelas VIII B dan VIII D SMP N 2 Godean. Data penelitian ini diambil dari pretest dan posttest. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa diberikan pretest pada materi IPS kelas VIII standar kompetensi 6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan kompetensi dasar 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat.


(71)

Setelah siswa diberikan pretest, maka dilanjutkan dengan pemberian perlakuan pada masing-masing kelas eksperimen 1 ( kelas VIII B) dan kelas eksperimen 2 (Kelas VIII D). Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan dengan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE), sedangkan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan dengan metode Jigsaw. Setelah diberi perlakuan, kedua kelas tersebut diberi posttest. Posttest

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi yang dapat dikuasai oleh siswa setelah diberi perlakuan.

Perlakuan pada kelas eksperimen 1 (SFAE) dan pada kelas eksperimen 2 (Jigsaw) masing-masing dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x40 menit setiap kali pertemuan. Jadwal kedua kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.


(72)

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Hari, Tanggal Keterangan

Kelas Eksperimen 1 (SFAE)

Kelas Eksperimen 2 (Jigsaw)

1 Sabtu, 30 Januari

2016

Pukul 07.00 - 07.40 07.40 - 08.20

a. Pretest

b. Perlakuan Metode

Student Facilitator and Explaining (SFAE)

-

2 Sabtu, 30 Januari

2016

Pukul 09.15 - 09.55 09.55 - 10.35

- a. Pretest

b. Perlakuan Metode

Jigsaw

3 Selasa, 2 Februari

2016

Pukul 09.15 - 09.55 09.55 - 10.35

a. Perlakuan Metode

Student Facilitator and Explaining (SFAE)

b. Posttest

-

4 Jumat, 5 Februari

2016

Pukul 07.00 - 07.40 07.40 - 08.20

- a. Perlakuan Metode

Jigsaw b. Posttest

C.Deskripsi Data Penelitian

Data pada penelitian ini yaitu data tes hasil belajar IPS berupa soal

pretest dan posttest materi kelas VIII standar kompetensi 6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan kompetensi dasar 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat.

Berikut disajikan data untuk tes hasil belajar IPS. Deskripsi data yang disajikan meliputi nilai tertinggi (max), nilai terendah (min), dan rata-rata (mean). Untuk data tes hasil belajar IPS juga disajikan dalam bentuk persentase. Kemudian untuk menyusun tabel data frekuensi digunakan langkah-langkah dengan urutan mencari rentang (R) = data terbesar – data


(73)

terkecil, kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n, dan jumlah kelas interval (i) = rentang / jumlah kelas interval.

a. Data Hasil Belajar IPS

Tabel 6. Data Hasil Belajar IPS Kriteria Data KE 1

Pretest (SFAE) KE 1 Posttest (SFAE) KE 2 Pretest

(Jigsaw)

KE 2

Posttest

(Jigsaw) Max 75,00 95,00 75,00 90,00 Min 35,00 55,00 25,00 50,00 Mean 52,50 77,34 52,34 70,46 Peningkatan 24,84 18,12

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai pretest tertinggi kelas eksperimen 1 (SFAE) = 75,00; nilai terendah = 35,00; rata-rata = 52,50, sedangkan pada kelas eksperimen 2 (Jigsaw), nilai tertinggi = 75,00; nilai terendah = 25,00; rata-rata = 52,34. Kemudian nilai posttest

tertinggi kelas eksperimen 1 (SFAE) = 95,00; nilai terendah = 55,00; rata-rata = 77,34, sedangkan pada kelas eksperimen 2 (Jigsaw), nilai tertinggi = 90,00; nilai terendah = 50,00; rata-rata = 70, 46.

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang hampir sama dilihat dari rata-rata nilai pretest. Kemudian pada nilai posttest masing-masing kelas memiliki peningkatan, pada kelas eksperimen 1 (SFAE) lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 (Jigsaw), dilihat dari selisih rata-rata yang diperoleh antara nilai pretest

dan nilai posttest, pada kelas eksperimen (SFAE) meningkat 24,84 sedangkan kelas eksperimen 2 (Jigsaw) meningkat 18,12.

Hasil nilai pretest dan postest disajikan dalam distribusi frekuensi. Berikut adalah distribusi frekuensi nilai pretest dan postest kelompok


(74)

eksperimen 1 (SFAE) dan kelas eksperimen 2 (Jigsaw). Hasil belajar awal (pretest) pada pembelajaran IPS kelas eksperimen 1 disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan digambarkan dalam diagram batang. Hasil belajar awal (pretest) pada pembelajaran IPS kelas eksperimen 1 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pretest Ekperimen 1 (SFAE)

No. Interval f %

1 70 - 76 1 3,1%

2 63 - 69 0 0%

3 56 - 62 8 25% 4 49 - 55 15 46,9% 5 42 - 48 5 15,6% 6 35 - 41 3 9,4%

Jumlah 32 100,0%

Berdasarkan Tabel 7, nilai pretest kelas eksperimen 1 (SFAE) terendah pada interval 35 - 41 yaitu sebanyak 3 siswa atau 9,4%. Pada interval 42 - 48 yaitu sebanyak 5 atau 15,6%. Interval 49 – 55 yaitu sebanyak 15 siswa atau 46,9%. Interval 56 – 62 yaitu sebanyak 8 siswa atau 25%. Interval 63 - 69 yaitu 0 siswa atau 0%. Interval 70 – 76 yaitu sebanyak 1 siswa atau 3,1%. Distribusi frekuensi hasil belajar awal (pretest) pada pembelajaran IPS kelas eksperimen 1 tersebut dapat dilihat dalam diagram batang yang digambarkan pada Gambar 2.


(1)

146

Gbr 9. Diskusi kelompok kelas eksperimen 1 (SFAE)

Gbr 10. Diskusi kelompok kelas eksperimen 2 (Jigsaw)


(2)

147

Gbr 12. Siswa mengerjakanposttestkelas eksperimen 1 (SFAE)


(3)

148

LAMPIRAN 20


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAANMODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA N 1 PAMOTANTAHUN AJARAN 2013 2014

0 5 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VIII SMP NURUL ISLAM

1 19 162

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA Penerapan metode Student Facilitator And Explaining (SFAE) sebagai upaya meningkatkam minat belajar siswa dalam pemebelajaran dan hasil belajar IPS E

0 0 17

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DALAM Penerapan metode Student Facilitator And Explaining (SFAE) sebagai upaya meningkatkam minat belajar siswa dalam pemebelajaran dan hasil belajar IPS Ekonomi

0 0 13

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN HASIL Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MI Karangkonan

0 0 14

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTU MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN HASIL Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MI Karangkonang

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Pulokulon Ke

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Pulokulon Ke

0 1 15