Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 97

- 25 - 3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. 27 Dari sudut pandang filosofis, metode adalah merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. 28 Berdasarkan pendapat Runes, bila dikaitkan dengan proses kependidikan, maka metode berarti suatu proses yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari segi pendidik. Selain itu metode juga dapat berarti, teknis yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

3. Metode Filsafat Pendidikan Islam

Sebagai suatu metode, filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama , bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya, serta bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Kedua , metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing- masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. 27 Muhammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional. 1986 hal. 24 28

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 97

- 26 - Ketiga , metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat , pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma cara pandang yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. Dalam kajian filsafat pendidikan Islam, maka pendekatan yang harus digunakan adalah perpaduan dari ketiga ilmu, yaitu filsafat, ilmu pendidikan dan keislaman. Hal ini sejalan dengan uraian sebelumnya yang mengatakan bahwa filsafat pendidikan itu adalah suatu kajian terhadap berbagai macam masalah pendidikan. Kajian tersebut dilakukan secara sistematis, logis, radikal, mendalam dan universal filosofis, namun cirri-ciri dari berfikir filosofis ini dibatasi atau disesuaikan dengan ketentuan ajaran Islam. 29 Dari paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam merupakan salah satu dari mata kuliah yang ada di perguruan tinggi Islam IAIN. Konsep keilmuannya di bangun berdasarkan sumber ajaran Islam, yaitu al- Qur’an dan Hadis. Hal ini tidak perlu di ragukan lagi kebenarannya, sebagaimana dalam firman Allah SWT. 30 Tantangan bagi kita generasi Islam adalah mampukah kita menjabarkan konsep-konsep dari Allah tersebut? Untuk itu diperlukan usaha yang maksimal. 29 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan IslamEdisi Baru, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, h. 20-24 30 Q.S al-Baqarah 2 : 2, Q.S Yunus 10 : 37, Q.S al-Hijr 15 : 1, Q.S al-Isra’ 17 : 9. - 27 -

BAB II KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN

ISLAM

A. Makna al-Nas, al Basyar, dan Bani Adam

Dalam al-Quran manusia diungkapkan dengan menggunakan ungkapan yang bermacam-macam, diantaranya ialah al-basyar, al-ins dan al-insan. Masing-masing istilah tersebut dicantumkan dengan frekwensi yang bervariasi. Keseluruhan kata tersebut berguna untuk menjelaskan manusia secara proporsional menurut pandangan al-Quran. Sedikitnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan dalam Al-Quran dalam menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis. Pertama, kelompok kata al-basyar, kedua, kelompok kata al-ins, al-insan, al-nas,dan al-unas, dan ketiga kata kata bani adam. Namun dalam makalah ini akan dibahas tentang al-basyar, al- ins, dan al-insan. Masing-masing istilah ini memiliki intens makna yang beragam dalam menjelaskan manusia. Perbedaan itu dapat dilihat dalam konteks-konteks ayat yang menggunakan istilah-istilah tersebut. Namun suatu hal yang harus disadari bahwa perbedaan istilah tersebut bukanlah menunjukkan adanya inkonsistensi atau kontradiksi uraian Al-Quran tentang manusia, tetapi malah suatu keistimewaan yang luar biasa karena Al-Quran mampu meletakkan suatu istilah yang tepat dengan sisi pandangan atau penekanan pembicaraan yang sedang menjadi fokus pembicaraannya. 31

1. Al-basyar.

Al-basyar secara bahasa lughawiy, leksikal berarti fisik manusia. Makna ini diabstraksikan dari berbagai uraian tentang makna al-basyar tersebut. Diantaranya adalah uraian dari Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya dalam Mujam al- Maqayis fial-Lughah, yang menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-huruf asalnya 31 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 63.