- 152 -
Secara etimologi, kata ganjaran berasal dari kata ganjar yang berarti memberi hadiah atau upah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganjaran
adalah hadiah sebagai pembalas jasa.
244
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun
balasan yang buruk. Dalam bahasa Arab, reward ganjaran diistilahkan dengan tsawab. Kata ini
banyak ditemukan dalam Al-Quran, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal
perbuatannya. Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah pada surat Ali
Imran: 145, 148 an-Nisa: 134. Dari ketiga ayat di atas, kata tsawab identik dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan kata
tsawab dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. Dalam pembahasannya yang lebih luas,
pengertian istilah reward dapat diartikan sebagai 1 alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi
murid; dan sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses pendidikan.
245
2. Dasar-dasar pertimbangan pemberian ganjaran reward
Meskipun hampir semua pakar dan pendidik muslim sepakat penggunaan pemberian ganjaran dalam pendidikan, namun mereka memperingatkan agar para
pendidik bersikap hati-hati dalam implementasinya. Sebab, bila tidak hati-hati pemberian ganjaran itu justru bias kontra produktif atau tidak tepat sasaran sesuai
tujuannya. Dalam konteks ini, Abdur Rahman Shalih Abdullah bahkan mengharuskan
244
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasan Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1995, Edisi II, Cet. IV
245
Makalah, Rahmat Azisi disampaikan pada seminar nasional dengan tema: Pendidikan Tanpa Kekerasan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Agama Islam UII Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta pada tanggal 21 Februari 2009.
- 153 - agar setiap pendidik terlebih dahulu mencapai predikat ‘alim sebelum mereka
memberikan ganjaran kepada peserta didiknya. Pemberian ganjaran kepada peserta didik perlu memperhatikan beberapa hal
berikut :
a Berikan ganjaran atas perbuatan atau prestasi yang dicapai peserta didik,
bukan atas dasar pribadinya. b
Berikan penghargaan yang sesuai atau proporsional dengan prilaku atau prestasi yang diraih peserta didik.
c Sampaikan penghargaan untuk hal-hal yang positif, tetapi jangan terlalu
sering. d
Jangan memberikan penghargaan disertai dengan ungkapan membanding- bandingkan seorang peserta didik dengan orang lain.
e Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3. Bentuk-bentuk Ganjaran reward
Al- Qur’an menginformasikan bahwa Allah Swt memberikan ganjaran kepada
hamba-Nya dalam dua bentuk, Pertama, ganjaran berbentuk fisik, Misalnya, makanan, minuman, buah-buahan, air hujan, dan sebagainya. Kedua, ganjaran non
fisik, Misalnya, ketenangan atau ketentraman bathin, hidayah Allah, pahala di akhirat, surga dan lain sebagainya.
Dalam konteks pendidikan Islam, bentuk ganjaran juga dibedakan menjadi dua bentuk, Pertama dalam bentuk fisik yaitu perlakuan menyenangkan yang
diterima seseorang dalam bentuk fisik atau material sebagai konsekuensi logis dan perbuatan baik
‘amal al-shalih atau prestasi terbaik yang berhasil ditampilkan atau diraihnya. Misalnya, pemberian hadiah, cendramata, atau pemberian penghargaan
baik berupa piala, buku atau kitab, beasiswa, dan lain sebagainya. Kedua dalam bentuk non fisik yaitu perlakuan menyenangkan yang diterima seseorang dalam
- 154 -
bentuk non fisik sebagai konsekuensi logis dari perbuatan baik ‘amal al-shalih atau
prestasi terbaik yang berhasil ditampilkan atau diraihnya.
246
Berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam memberikan ganjaran antara lain:
o Ekspresi VerbalPujian yang Indah Pujian ini diberikan agar anak lebih
bersemangat belajar. Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika memuji cucunya, al-Hasan dan al-Husein.
o Imbalan MateriHadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang
termotivasi dengan pemberian hadiah. o
Menyayanginya, karena di antara perasaan-perasaan mulia yang Allah titipkan pada hati kedua orangtua adalah perasaan sayang, ramah, dan
lemah lembut terhadapnya o
Memandang dan Tersenyum.
B. Hukuman punishment
1. Pengertian Hukuman punishment
Secara etimologi, hukuman berarti siksa dan sebagainya, yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang
–undang dan sebagainya.
247
Dari sisi ini, hukuman pada dasarnya perlakuan tidak menyenangkan yang ditimpakan pada
seseorang sebagai konsekuaensi atau perbuatan tidak baik ‘amal al-syai’ah yang
telah dilakukannya. Bila dikaitkan dengan dunia pendidikan, hukuman adalah tindakan yang
dijatuhkna kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan
246
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Cipta Pustaka Perintis, Bandung, 2008, Cet. I,
hal, 95.
247
Arasydin, Falsafah Pendidikan Islam, Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008, h.
98.
- 155 -
dengan adanya nestapa itu anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.
248
Salah satu istilah yang selalu digunakan Allah Swt untuk mendeskripsikan hukuman adalah kata “iqab”. Istilah ‘iqab banyak digunakan Allah Swt dalam kontes
perlakuan tidak menyenangkan yang akan ditimpakan kepada siapa saja yang melakukan perbuatan tidak baik atau tercela. Salah satunya sebagaimana terdapat
pada Q.S,al-Shad [38]:14, yang merupakan pernyataan Allah Swt bahwa ia pasti mengazab ‘igab siapa saja yang mendustakan Rasul-Nya.
Dalam hubungannya d engan pendidikan Islam, ‘iqab berarti:
1 Alat pendidikan preventif dan refresif yang paling tidak menyenangkan. 2 Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta didik.
Istilah ‘iqab sedikit berbeda dengan tarhib, dimana ‘iqab telah berbentuk aktivitas dalam memberikan hukuman seperti memukul, menampar, menonjok, dll.
Sementara tarhib adalah berupa ancaman pada anak didik bila ia melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan. Berkenaan dengan akibat yang tidak baik yang telah
diperbuat oleh anak didik, maka pendidik harus memberi nasihat atau peringatan yang akan membantu pribadi anak didik dalam mengevaluasi tingkah lakunya sendiri.
Peringatan dan teguran itu harus dipadukan dengan penjelasan alasan yang masuk akal dan indikasi alternatif-alternatif yang bisa diterima.
Beberapa pengertian hukuman menurut pendapat para ulama
249
:
a. Hukuman menurut pendapat Al-Ghazali
Menurut Imam Ghazali, harus dibedakan antara anak kecil dan anak yang agak besar dalam menjatuhkan hukuman dan memberikan pendidikan. Al-Ghazali
tidak setuju dengan cepat-cepat menghukum seseorang anak yang salah. Ia menyerukan supaya anak tersebut diberi kesempatan untuk memperbaiki sendiri
248
http:www.the-az.commakalah-pengaruh-penerapan-hukuman-terhadap-kemandirian- siswa-dalam-belajar
249
Muhammad Athiyyah al-abrasi, Prisip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, CV. Pustaka
Setya, 2003, Cet. I, hal. 163-165.
- 156 -
kesalahannya, sehingga ia mampu menghormati dirinya dan merasakan akibat perbuatannya.
b. Hukuman menurut pendapat Al- ‘Abadari
Menurut pendapat Al- ‘Abadari, sifat-sifat anak yang berbuat salah itu harus
diteliti, dan satu pandangan mata dan kerlingan saja terhadap si anak mungkin cukup untuk pencegahan dan perbaikan. Al-
‘Abdari mengkritik cara-cara penggunaan tongkat, seperti pelepah kelapa, cabang kayu, ataupun tongkat kayu pendek untuk
memukul anak-anak sebagai hukuman.
c. Pendapat Ibnu Khaldun mengenai ta’dzir hukuman
Ibnu Khaldun sangat menentang penggunaan kekerasan dan kekasaran dalam pendidikan anak-
anak. Ia berkata, “Siapa yang biasa dididik dengan kekerasan diantara siswa-siswa atau pembantu-pembantu, ia akan selalu dipengaruhi oleh
kekerasan, selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, dan menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk karena takut oleh tangan
–tangan yang kejam. Hal ini selanjutnya akan mengajarkan untuk menipu dan berbohong sehingga sifat-sifat
ini menjadi kebiasaan dan perangainya, serta hancurlah arti kemanusiaan yang masih ada pada dirinya.”
2. Tujuan pemberian Hukuman punishment