Metode Filsafat, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Pendidikan Islam 1. Metode Filsafat

- 20 - semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidaklah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan. Al-Syaibany secara khusus menjelaskan bahwa tujuan filsafat pendidikan Islam adalah: 1. Filsafat pendidikan Islam bertujuan untuk membantu para perencana dan para pelaksana pendidikan untuk membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan. 2. Filsafat pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai dasar dalam menentukan berbagai kebijakan pendidikan. 3. Filsafat pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai dasar dalam menilai keberhasilan dalam pendidikan. 4. Filsafat pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai pedoman intelektual bagi mereka yang berada dalam dunia praksis pendidikan. Pedoman ini digunakan sebagai dasar ditengah-tengah maraknya berbagai aliran atau system pendidikan yang ada. 5. Filsafat pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai dasar dalam pemikiran pendidikan dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, ekonomi, dan politik. 22

D. Metode Filsafat, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Pendidikan Islam 1. Metode Filsafat

Filsafat dan hikmah secara umum memiliki berbagai macam pembagian sesuai dengan bidang pembicaraannya, namun dari sisi metode dikenal ada empat macam metode yang paling populer, yaitu hikmah argumentatif, hikmah intuitif, hikmah ekprimental dan terakhir hikmah dialektis. 22 Omar Muhammad al-Toumy al-syaibany, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, pent. Haan LanggulungJakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet.I, h. 33-36. - 21 - a. hikmah argumentatif Metode hikmah argumentatif bekerja dengan penekanan kepada silogisme berpikir, artinya metode ini bekerja dengan menitikberatkan penelaahan kepada hal- hal yang bersifat umum universal terlebih dahulu, baru kemudian ke hal-hal dibawahnya yang lebih khusus, dan kemudian baru bisa mengambil satu kesimpulan sebagai hasil akhirnya. Misalnya ;  Semua manusia tinggal di planet yang bernama bumi umum.  Alexander adalah manusia khusus  Jadi Alexander tinggal di planet yang bernama bumi. Ciri khas dari hikmah argumentatif ini adalah kekonsistenannya terhadap penggunaan penalaran rasio sebagai pijakan, baik argumentatif rasional maupun demonstratif rasional. Kegunaan dari metode semacam ini adalah untuk mengetahui dan mengukur hal-hal yang nyata-nyata tidak bisa terlihat dan terdengar dengan panca indra kita. Misalnya, apakah ada hidup setelah mati? Bagaimana kita bisa mengetahui ini? Setelah ditulis di kitab suci, apakah kemudian tulisan di kitab suci itu bisa langsung membuktikan kepada kita tentang adanya kehidupan setelah mati? Atau apakah dengan tulisan dikitab suci itu kita bisa langsung merasakan atau melihat hidup setelah mati itu? Tentu saja panca indra kita tidak mampu membuktikan apapun tentang ‘cerita’ hidup setelah mati, dan ‘cerita’ seperti itu hanya bisa dibuktikan dengan penalaran rasio . - 22 - b. Metode hikmah intuitif. Hikmah intuitif ini lebih ‘lengkap’ dalam menggunakan ‘perkakasalat’ kerjanya , ini bisa dilihat dari tambahan alat yang dimilikinya yaitu cita rasa dzawqi , inspirasi ilham , dan pencerahan isyraq sebagai alat kerja tambahannya selain penggunaan argumentasi rasional dan demonstrasi rasional. Dalam memutuskan satu perkara, penganut metode intuitif dikenal lebih banyak menggunakan ‘alat’ yang bernama inspirasi ilham sebagai dasar keputusan nya dibandingkan dengan penalaran rasio . Penggunaan ilham adalah ciri khas dari metode intuitif ini. c. Metode hikmah eksprimental. Secara ringkas bisa dikatakan bahwa cara kerja metode hikmah ekprimental ini lebih ‘gampang’ disajikan karena metode ini hanya mengandalkan panca indra sebagai ‘alat’ kerjanya. Metode hikmah ekprimental tidak memerlukan pemikiran yang ‘ribet’ semacam silogisme deduksi dan inspirasi ilham sebagai pijakannya dalam menghasilkan pengetahuan. Urusannya hanya dengan uji coba dan pembuktian dengan panca indra sampai terbukti dan membentuk hikmah dan filsafat. Tidak perlu repot-repot harus tahu dulu asal usul suatu objek secara universal, penguna metode ekprimental ini cukup mengambil sample dari objek yang akan diteliti, misalnya , ambil kaca pembesar atau bawa kelaboratorium atau bawa kedepan orang ramai, diuji, dicoba, diuji, dilihat, dipikirin sebentar, uji lagi…ngobrol bentar…uji lagi , lihat, saksikan, rasakan dan selesai. Hubungkan satu sama lain sampai tercipta suatu hikmah atau pengetahuan. Dan perlu kita akui, bahwa metode ekprimental ini sangatlah membantu peradaban dunia. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa revolusi industri dan teknologi saat ini tidak terlepas dari kekuatan metode ini. - 23 - Namun kita harus tahu, selain mempunyai kelebihan terhadap revolusi industri dan telekomunikasi, metode ini juga memiliki dua kelemahan vital, yaitu pertama ; Metode eksprimental ini tidak mempunyai kemampuan untuk menguji hal- hal yang tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Yang kedua, metode ini juga tidak mampu untuk mengukur hal-hal yang terhalang dengan masa zaman seperti misalnya, kapankan alam semesta ini bermula dan dimanakah letak tempatnya alam semesta ini berakhir? Belum ada satupun mikroskop atau laboratorium yang mampu memperlihatkan kepada kita bongkahan jawaban yang bisa dikenali oleh panca indra kita. d. Metode hikmah dialektis. Hikmah dialektis lebih menekankan kepada apa-apa yang disebut sebagai hal yang yang populer atau figurcentris mengenai berbagai permasalahan alam dan universal. Metode ini banyak menjadi perbincangan dikalangan logikawan karena melibatkan banyak premis-premis yang memerlukan rumusan tersendiri. Pada metode ini banyak jawab menjawab terjadi antara ahli kalam tawawuf dengan filsuf. Disini pembicaraan lebih ramai di sekitar hal-hal yang esktemporal dengan popularitas sebagai tumpuan dalam menghasilkan pengetahuan hikmah dan filsafat. Misalnya kita mengetahui secara umum sudah populer bahwa menguap didepan umum atau didepan mertua adalah tidak baik J . Pendapat menguap ‘tidak baik’ ini adalah perkara yang populer, bukan pada hakikat hikmah. Beda dengan hal yang ekstemporal, misalnya kita mengetahui bahwa jika si A dan si B sama dengan si C, maka ketiganya adalah sama. Maksudnya jika ada dua hal sama - 24 - dengan hal yang ketiga, maka sebenarnya ketiganya adalah sama , atau kalau dalam rumus akan jadi begini : ’sama dengan sama adalah sama.’ 23

2. Metode Filsafat Pendidikan