- 111 -
c. Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, seni, profesi, dan kegiatan masyarakat.
185
Rincian tujuan khusus pendidikan tersebut selanjutnya dikemukakan oleh Athiyah al-Abrasy. Yaitu:
Pembinaan akhlak
Menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akhirat
Penguasaan Ilmu
Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
186
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara
pada umumnya
merupakan tujuan-tujuan
yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan
sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan adanya pertimbangan kondisi itulah pendidikan Islam bisa
menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan
wilayah yang lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai- nilai ideal Islam.
E.Rumusan World Conference of Muslim Education tentang Pendidikan Islam
First World Conference on Muslim Education yang diadakan di Makkah pada tahun 1977 merumuskan sebagai berikut :
“Tujuan daripada pendidikan Islam adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa ‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun
185
Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulung dari Falsafah
al-Tarbiyah al-Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet ke-1, hlm.444-465
186
Ibid, hlm 22-24
- 112 -
struktur pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud
ketundukannya pada Tuhan.” Oleh karena itu, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam di
sini bukanlah dalam arti pendidikan ilmu-ilmu agama Islam yang pada gilirannya mengarah pada lembaga-lembaga pendidikan Islam semacam madrasah, pesantren
atau UIN dulu IAIN,akan tetapi yang dimaksud dengan pendidikan Islam di sini adalah menanamkan nilai-nilai fundamental Islam kepada setiap Muslim terlepas dari
disiplin ilmu apapun yang akan dikaji. Sehingga diharapkan akan bermunculan “anak-anak muda enerjik yang berotak Jerman dan berhati Makkah” seperti yang
sering dikatakan oleh mantan Presiden B.J. Habibie. Kata-kata senada dan lebih komprehensif diungkapkan oleh Al-Faruqi 1987 pendiri International Institute of
Islamic Thought, Amerika Serikat, dalam upayanya mengislamkan ilmu pengetahuan. Di sini perlu ditekankan bahwa konsep pendidikan dalam Islam adalah
‘long life education’ atau dalam bahasa Hadits Nabi “sejak dari pangkuan ibu sampai ke liang
lahat” from the cradle to the grave. Itu berarti pada tahap tahap awal, khususnya
sebelum memasuki bangku sekolah, perang orang tua terutama ibu amatlah krusial dan menentukan mengingat pada usia balita inilah pendidik, dalam hal ini orang tua,
memegang peran penting di dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak. Sayangnya orang tua bukanlah satu-satunya pendidik di rumah, ada pendidik lain
yang kadangkadang peranannya justrulebih dominan dari orang tua yang di Barat disebut
11
dengan idiot box atau televisi. Dampak lebih jauh televisi terhadap perkembangan anak balita seperti yang dikatakan Hiesberger 1981 bisa mengarah
pada “a dominant voice in our lives dan a major agent of socialization in the lives of our children” menjadi suara dominan dalam kehidupan kita dan agen utama proses
sosialisasi dalam kehidupan anak-anak kita. Tentu saja peran orang tua tidak berhenti sampai di sini, keterlibatan orang tua juga diperlukan pada fase-fase
berikutnya ketika anak mulai memasuki usia sekolah, baik SD, SMP, maupun SMU. Menjelang masa pubertas yakni pada usia antara dua belas sampai delapan belas
- 113 -
tahun anak menjalani episode yang sangat kritis di mana sukses atau gagalnya karir masa depan anak sangat tergantung pada periode ini. Robert Havinghurst,
pakarn psikolog Amerika, menyebutkan periode ini sebagai “developmental task” atau
proses perkembangn anak menuju usia dewasa. Merujuk kepada pendapat beberapa ahli dapat ditarik benang merahnya bahwa maksud dan tujuan pendidikan Islam
sebagai berikut:
Memberikan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai langkah pertama pendidikan.
Menanamkan pengertian-pengertian berdasarkan pada ajaran-ajaran fundamental Islam yang terwujud dalam Al-
Qur’an dan Sunnah dan bahwa ajaran-ajaran ini bersifat abadi.
Memberikan pengertian-pengertian dalam bentuk pengetahuan dan skill
dengan pemahaman yang jelas bahwa hal-hal tersebut dapat berubah sesuai dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis Iman dan
Islam adalah pendidikan yang tidak utuh dan pincang.
Menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan baik dalam keimanan maupun dalam ilmu pengetahuan.
Mengembangkan manusia Islami yang berkualitas tinggi yang diakui secara
universal. Pada konferensi Internasional Pendidikan Muslim yang pertama di Mekkah
ini juga membicarakan tentang pengertian pendidikan dalam Islam. Antara lain merekomendasikan agar penggunaan istilah pendidikan dalam Islam merupakan
keseluruhan pengertian sebagaimana makna yang terkandung dalam istilah “attarbiyah, atta’lim, dan atta’dib”. Akan tetapi berbagai rekomendasi yang
dikeluarkan dalam konferensi itu tidak memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai ketiga istilah tersebut.
187
187
The Conferensi Book: General Recommendations of the First Word Conference of Muslim education Jedda and Mecca: King Abdul Aziz Unerversity, 1977, h. 15
- 114 -
BAB VI UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A.Esensi Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Pendidik dalam pendidikan Islam skopnya lebih luas dari skop pendidik dalam pendidikan pada umumnya. Pendidik dalam Pendidikan Islam yaitu :
188
1. Allah SWT
Dari berbagai ayat Al- Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah
sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman – firman yang diturunkannya
kepada Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWTyang artinya :
”Segala pujian bagi Allah rabb bagi seluruh alam “. QS. Al – Fatihah : 1
Dan Allah allamu mengeluarakansegala macam nama kepada Adam.. QS.
Al-Baqarah
Sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Tuhanku adabani mendidik ku sehingga menjadi baik pendidikan”
Berdasarkan ayat dan hadist diatas dapat dipahami bahwa Allah SWT sebagai pendidik bagi manusia.
Al-Raji yang membuat perbandingan antara Allah sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda, Allah sebagai pendidik mengetahui
segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan
dan mendidik seluruh alam.
189
Selain itu bisa juga dilihat perbedaan ini dari aspek proses pengajaran. Allah SWT memberikan bimbingan kepada manusia secara tidak langsung. Allah mendidik
188
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2009 hal.
14
189
Al-Razi dalam Muhammad Dahan, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-quran serta implementasinya
, Bandung : CV. Diponegc 1991, hal. 43