- 53 -
pendidikan Islam harus berusaha menyiapkan lingkungan yang bisa mengembangkan potensi baik dan menghambat perkembangan potensi buruk.
78
Meskipun kita mengakui peranan lingkungan dalam pendidikan, akan tetapi lingkungan bukanlah satu-satunya faktor yang paling menentukan. Fitrah manusia
juga perlu dikembangkan dalam rangka memperkuat hubungan manusia dengan Khaliknya, sesamanya serta makhluk lainnya. Karakter manusia yang terdiri dari
badan dan ruh dengan daya akal dan qolbnya perlu dikembangkan dalam pendidikan sehingga terdapat keseimbangan antara pendidikan agama dan sains. Untuk
mengetahui tentang konsep manusia, watak dasar dan karakteristiknya tidak dilakukan dengan keilmuan yang empirik maupun pendekatan rasional falsafi saja,
sebab pendekatan yang seperti itu tidak menyentuh esensi dan hakikat manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan qurani bimbingan wahyu yang
kebenarannya bersifat absolut.
79
E. Implikasinya terhadap pendidikan Islam
Pendidikan adalah proses atau usaha menumbuhkembangkan potensi diri manusia agar aktual semaksimal mungkin. Dalam hubungannya dengan potensi-
potensi jiwa dan raga manusia, dapat dijelaskan bahwa secara umum manusia memperoleh ilmu pengetahuan melalui lima cara. Masing-masing pada dasarnya
melalui lima potensi manusia;
Pertama, potensi al-jism berupa alat dria sensoris. Potensi ini berupa
kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, merasa, mengecap, dan lain-lain. Manusia menggunakan alat dria ini memperoleh ilmu pengetahuan.
Kedua, potensi akal berupa pemikiran rasional. Potensi ini digunakan untuk
memperoleh pengetahuan yang bersifat rasional. Akal mampu menangkap pengetahuan melalui bantuan indra seperti untuk melihat dan memperhatikan.
78
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, h. 200-203
79
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 31.
- 54 -
Apabila mencapai puncaknya, akal tidak lagi membutuhkan indra, sebab indra membatasi ruang lingkup pengetahuan aqliyah. Karena itulah maka pengetahuan
yang dihasilkan oleh akal dibagi menjadi dua bagian: pertama, pengetahuan rasional- empiris, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran akal dan hasilnya dapat
di verifikasi secara indrawi; kedua, pengetahuan rasional-idealis, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran akal, namun hasilnya belum tentu dapat diverifikasi
dengan indra. Bagian pertama menghasilkan ilmu pengetahuan sedangkan yang kedua menghasilkan filsafat.
80
Ketiga, potensi qalb. Kata qalb terambil dari kata yang bermakna
membalik, karena sering kali ia berbolak-balik, terkadang senang terkadang susah, kadang kala setuju dan terkadang menolak. Qalb berpotensi untuk tidak konsisten.
Qalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang, takut dan keimanan. Dari sini dapatlah dipahami bahwa qalbu memang menampung hal-hal yang disadari oleh
pemiliknya.
81
Dimensi qolb memiliki kemampuan rasional dan emosional. Dengan menggunakan potensi qolb ini, maka manusia dapat mengetahui hal-hal yang pantas
dan layak untuk dilakukan. Pengetahuan dimaksud adalah pengetahuan yang mengenai daerah kearifan dan kebijaksanaan. Pengetahuan yang demikian diperoleh
dengan menggunakan kemampuan dan daya qolb.
Keempat potensi al-ruh berupa potensi spiritual. Potensi spiritual adalah
sifat-sifat Tuhan yang ditanamkan kedalam diri manusia. Sifat-sifat itu mendorong seseorang untuk mengaktualisasikannya dalam sifat dan tingkah lakunya. Ciri utama
orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah adanya keinginan untuk memberi kuntribusi bagi umat manusia. Dengan demikian, seseorang yang mampu
mengaktualisasikan sifat-sifat tuhan dalam dirinya berarti memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Dengan mengembangkan potensi ini, manusia dapat
80
Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian, Integritas Nafsiyah dan Aqliyah Perspektif Psikologi Islami, Bandung: Refika Aditama, 2007, h. 160.
81
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta:
Kencana , 2008, Cet. III, h. 63-64
- 55 -
memperoleh pengetahuan spiritual dan mistik. Pengetahuan mistik yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan kemampuan dan daya pada
dimensi al-ruh.
82
Dengan ruh yang ditiupkan ke dalam diri manusia maka manusia hidup dan berkembang. Ruh mempunyai dua daya, daya berfikir yang disebut aql dan daya rasa
yang disebut qalb. Dengan daya aql manusia memperoleh ilmu pengetahuan, memperhatikan dan menyelidiki alam sekitar. Dengan daya qalb manusia berusaha
mendekatkan diri taqarrub sedekat mungkin dengan Allah. Dalam sejarah Islam kedua daya ini dikembangkan. Para ulama filosof lebih mengembangkan aql dari
pada qalb. Ulama sufi sebaliknya lebih mengembangkan qalb dari pada aql. Dengan ruh yang mempunyai dua daya tersebut manusia memiliki potensi fitrah
mengaktualisasikan sifat-sifat Allah ke dalam dirinya, serta memiliki kecenderungan untuk mencari ALLAH, mencintaiNya serta beribadah kepadaNya. Dengan adanya
aql manusia siap mengenal Allah, beriman dan beribadah kepadaNya, memperoleh ilmu pengetahuan serta memanfaatkan untuk kesejahteraan hidup. Dengan adanya
qalb manusia dapat membedakan kebaikan dan keburukan.
83
Kelima, potensi fitrah. Dengan potensi ini, manusia memperoleh pengetahuan
religius. Pengetahuan religius dimaksudkan adalah pengetahuan yang berhubungan dengan keyakinan dan agama seperti: wahyu, iman, tuhan, hari akhirat, surga, neraka,
dan lain lain.
84
Dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah memiliki peran yang sangat penting dalam hubungannya dengan esensi dan eksistensi manusia. Dimensi al-ruh
beraktualisasi sebagai khalifah, sementara dimensi al-fitrah beraktualisasi sebagai al- abid dalam konteks ibadah. Manusia dalam hubungannya dengan alam adalah
82
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 281
83
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 228