Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 228

- 55 - memperoleh pengetahuan spiritual dan mistik. Pengetahuan mistik yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan kemampuan dan daya pada dimensi al-ruh. 82 Dengan ruh yang ditiupkan ke dalam diri manusia maka manusia hidup dan berkembang. Ruh mempunyai dua daya, daya berfikir yang disebut aql dan daya rasa yang disebut qalb. Dengan daya aql manusia memperoleh ilmu pengetahuan, memperhatikan dan menyelidiki alam sekitar. Dengan daya qalb manusia berusaha mendekatkan diri taqarrub sedekat mungkin dengan Allah. Dalam sejarah Islam kedua daya ini dikembangkan. Para ulama filosof lebih mengembangkan aql dari pada qalb. Ulama sufi sebaliknya lebih mengembangkan qalb dari pada aql. Dengan ruh yang mempunyai dua daya tersebut manusia memiliki potensi fitrah mengaktualisasikan sifat-sifat Allah ke dalam dirinya, serta memiliki kecenderungan untuk mencari ALLAH, mencintaiNya serta beribadah kepadaNya. Dengan adanya aql manusia siap mengenal Allah, beriman dan beribadah kepadaNya, memperoleh ilmu pengetahuan serta memanfaatkan untuk kesejahteraan hidup. Dengan adanya qalb manusia dapat membedakan kebaikan dan keburukan. 83 Kelima, potensi fitrah. Dengan potensi ini, manusia memperoleh pengetahuan religius. Pengetahuan religius dimaksudkan adalah pengetahuan yang berhubungan dengan keyakinan dan agama seperti: wahyu, iman, tuhan, hari akhirat, surga, neraka, dan lain lain. 84 Dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah memiliki peran yang sangat penting dalam hubungannya dengan esensi dan eksistensi manusia. Dimensi al-ruh beraktualisasi sebagai khalifah, sementara dimensi al-fitrah beraktualisasi sebagai al- abid dalam konteks ibadah. Manusia dalam hubungannya dengan alam adalah 82 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 281 83

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 228

84 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 279-281 - 56 - sebagai aktualisasi khalifah, sementara dalam hubungannya dengan Allah adalah sebagai aktualisasi peran ibadah. 85 Manusia sebagai makhluk berfikir, dengan kemampuannya dapat menangkap dan memahami hal-hal yang berada diluar dirinya. Pada asal mulanya, kemampuan itu masih berbentuk potensi. Dia menjadi aktual mencapai suatu titik perkembangan melalui al-talim pendidikan 86 dan al-Riyadah latihan yang sesuai dengan irama perkembangan fisik dan mentalnya. Atas dasar ini, pengaruh dunia luar terprogram dan terencana akan dapat mengoptimalkan potensi manusia ke arah yang lebih sempurna. 87 Menurut Ibnu Khaldun, kemampuan berfikir manusia baru muncul secara aktual, setelah memiliki kemampuan tamyizkemampuan membedakan. Setelah masa itu yang dicapai adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan kemampuan fikirnya. Potensi akal fikir dan potensi semua potensi lain yang dianugrahkan Allah sebagai watak manusia diusahakan untuk menjadi aktual sesuai menurut tuntutan wataknya. Disamping itu, akal fikir dapat memperoleh persepsi-persepsi yang tidak dimilikinya. Dengan begitu, manusia mencari objek dan subjek lain untuk mendapatkannya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari unsure materi dan non materi yaitu jasad dan ruh. Dengan demikian konsep-konsep pendidikan yang di bangun harus bisa melingkupi kedua bidang tersebut, yaitu jasmani yang terkait dengan ilmu-ilmu terapan untuk 85 Al-Rasyidin, ed. Pendidikan dan Psikologi Islami,Bandung: Citapustaka Media, 2007, h.25 86 Ibnu Khaldun dalam kontek ini lebih suka mengunakan istilah al-talim dari pada al- tarbiyah. Meskipun kedua istilah itu berbeda,namun pengertian al-talim dalam terminologi Ibnu khaldun adalah pendidikan. Para ahli pendidikan Islam menggunakan istilah al-talim yang berarti pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut misalnya al-zarnuji,Ibnu miskawaih, Ibnu Sahnun, dan al-Qabisi. Sedangkan naquib al-Attas lebih suka menggunakan ungkapan al-tadib sebagai padanan kata pendidikan.Syekh Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, III, 1988,h. 66 Al-Nahlawi dan Athiyah Al-Abrasyi lebih suka menggunakan istilah al- Tarbiyyah.Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, Attarbiyyah al-Islamiyyah, Kairo:Darul ulum, tt, h. 7. 87 Warul Walidin,Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun Perspektif Pendidikan Modern,lhoksumawe : Nadiya Foundation 2003 h.104. - 57 - mewujudkan kebutuhan manusia secara biologis. Unsure non materi adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikis manusia, yaitu mewujudkan keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Dengan demikian pendidikan yang di bangun dapat mewujudkan manusia berkualitas intelektualnya dan berkualitas ibadahnya kepada Allah SWT. Dan pada akhirnya dapat mewujudkan cita-cita setiap manusia, yaitu bahagia di dunia dan di akhirat. Insya Allah.

BAB III KONSEP MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH