Alat Pendidikan : reward and punishment dalam Perspektif Falsafah

- 149 - 1. Metode Induksi Pengambilan Kesimpulan, 2. Metode Perbandingan Qiyasiah, 3. Metode Kuliah, 4. Metode Dialog dan Perbincangan, 5. Metode Halaqah, 6. Metode Riwayat, 7. Metode Mendengar, 8. Metode Membaca, 9. Metode Imla’, 10. Metode Hafalan, 11. Metode Pemahaman, 12. Metode Lawatan untuk Menuntut Ilmu Pariwisata. 239 Hal terpenting dari penerapan metode tersebut dalam aktivitas kependidikan Islam adalah prinsip bahwa tidak ada satu metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua tahap pertumbuhan dan perkembangan, semua taraf perkembangan dan kecerdasan, semua guru dan pendidik, dan semua keadaan dan suasana yang meliputi proses kependidikan. Oleh karenanya, tidak dapat dihindari bahwa seorang pendidik hendaknya melakukan penggabungan terhadap lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan. Untuk itu sangat dituntut sikap arif dan bijaksana dari para pendidik dalam memilih dan menerapkan metode pendidikan yang relavan dengan semua situasi dan suasana yang meliputi proses kependidikan Islam, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. 240

E. Alat Pendidikan : reward and punishment dalam Perspektif Falsafah

Pendidikan Islam 239 Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, hal. 561-582 240 Samsul Nizar dan Al Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, .hal. 74 - 150 - Sutari Imam Barnadib 241 berpendapat bahwa alat pendidikan adalah “suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan tindakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan”. Sementara Ahmad D. Marimba 242 mendefinisikannya sebagai “segala sesuatu atau apa yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.” Dari pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa alat juga merupakan komponen penting dalam pendidikan. Dengan alat tersebut, tujuan pendidikan akan mudah untuk dicapai. Adapun jenis dari alat tersebut, tidak saja berupa benda material tetapi juga yang bukan benda non materi. Menurut Zakiah Dardjat, 243 alat berupa benda ini meliputi: pertama, media tulis atau cetak seperti al- Qur’an, hadis, tauhid, fiqh, sejarah, dan sebagainya; kedua, benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, zat padat, zat cair, zat gas, dan sebagainya; ketiga, gambar-gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik. Alat ini dapat dibuat dalam ukuran besar dan dapat pula dipakai dalam buku-buku teks atau bahan bacaan lain; keempat, gambar yang dapat diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti foto, slide, film strip, televisi, video, dan sebagainya; dan kelima, audio recording alat untuk didengar seperti karet tape, radio, piringan hitam, dan lain-lain yang semuanya diwarnai dengan ajaran agama. Adapun alat yang berupa non-benda, dapat berupa keteladanan, perintahlarangan, ganjaran dan hukuman, dan sebagainya. Jadi, alat berupa non- benda ini tampaknya sama dengan metode. Hal ini dapat diterima mengingat bahwa metode juga dapat disebtu sebagai alat pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Berikut ini akan dijelaskan ganjaran dan hukuman sebagai salah satu alat pendidikan berupa non benda. 241 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1990, h.63 242 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al- Ma’arif, 1963, h. 19 243 Zakiah Drajat, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1984, h. 81 - 151 - Peringatan dan perbaikan terhadap anak bukanlah tindakan balas dendam yang didasari amarah, melainkan suatu metode pendidikan yang didasari atas rasa cinta dan sayang. Sesungguhnya masa kanak-kanak adalah masa terbaik bagi pendidikan. Sering kita temui sebagian anak muda dibina dan sebagian lain sulit dibina, sebagian giat belajar dan yang lain malas belajar, sebagian mereka belajar unt uk maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman.” Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dan fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut terutama timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orangtua dan para pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari keburukan sifat-sifatnya, tapi tidak mampu mengubahnya. Karena sifat-sifat buruk itu sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Maka berbahagialah para orangtua yang selalu Memperingati dan mencegah anaknya dari sifat-sifat buruk sejak dini, karena dengan demikian, mereka telah menyiapkan dasar yang kuat bagi kehidupan anak di masa mendatang .” Merupakan kesalahan besar apabila menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak, karena kebakaran yang besar terjadi sekalipun berawal dari api yang kecil. Maka bila orangtua mendapati anaknya melakukan kesalahan, seperti berkata kasar misalnya, hendaknya langsung memperingatinya.Setelah mengetahui arti penting peringatan dan perbaikan bagi anak, maka para orangtua dan pendidik harus mengerti metode yang diajarkan Rasulullah SAW dalam peringatan dan perbaikan anak. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut dengan metode ganjaran reward dan hukuman punishement. Dengan metode tersebut diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan positif dan progresif.

A. GANJARAN Reward