Al-basyar. KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN

- 27 -

BAB II KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN

ISLAM

A. Makna al-Nas, al Basyar, dan Bani Adam

Dalam al-Quran manusia diungkapkan dengan menggunakan ungkapan yang bermacam-macam, diantaranya ialah al-basyar, al-ins dan al-insan. Masing-masing istilah tersebut dicantumkan dengan frekwensi yang bervariasi. Keseluruhan kata tersebut berguna untuk menjelaskan manusia secara proporsional menurut pandangan al-Quran. Sedikitnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan dalam Al-Quran dalam menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis. Pertama, kelompok kata al-basyar, kedua, kelompok kata al-ins, al-insan, al-nas,dan al-unas, dan ketiga kata kata bani adam. Namun dalam makalah ini akan dibahas tentang al-basyar, al- ins, dan al-insan. Masing-masing istilah ini memiliki intens makna yang beragam dalam menjelaskan manusia. Perbedaan itu dapat dilihat dalam konteks-konteks ayat yang menggunakan istilah-istilah tersebut. Namun suatu hal yang harus disadari bahwa perbedaan istilah tersebut bukanlah menunjukkan adanya inkonsistensi atau kontradiksi uraian Al-Quran tentang manusia, tetapi malah suatu keistimewaan yang luar biasa karena Al-Quran mampu meletakkan suatu istilah yang tepat dengan sisi pandangan atau penekanan pembicaraan yang sedang menjadi fokus pembicaraannya. 31

1. Al-basyar.

Al-basyar secara bahasa lughawiy, leksikal berarti fisik manusia. Makna ini diabstraksikan dari berbagai uraian tentang makna al-basyar tersebut. Diantaranya adalah uraian dari Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya dalam Mujam al- Maqayis fial-Lughah, yang menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-huruf asalnya 31 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 63. - 28 - terdiri dari huruf ba, syim, dan ra, berarti sesuatu yang nampak jelas dan biasanya cantik dan indah. Sejalan dengan itu Al-Ragib al-Asfahany dalam kitabnya Mujam Mufradat Alfaz Al-Quran, menjelaskan bahwa kata al-basyar adalah karena kulitnya nampak dengan jelas. Manusia disebut dengan al-basyar, -menurut M.Quraish Shihab-, adalah karena kulitnya nampak dengan jelas yang berbeda dengan kulit binatang yang ditutupi dengan bulu-bulu. Memang jika dibandingkan dengan kulit binatang, maka kulit manusia adalah yang paling jelas kelihatannya karena tidak ditumbuhi bulu-bulu atau sisik-sisik yang dapat melindungi kulit dari pandangan mata. Secara lebih luas Ibn Mansur menguraikan bahwa kata al-basyr digunakan untuk menyebut manusia baik laki laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata al-basyar adalah jamak dari kata al-basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut atau bulu. Berbeda denga itu,Ibn Bazrah mengartikannya sebagai kulit luar; dan al-Lais mengartikannya sebagai permukaan kulit pada wajah dan kulit pada manusia seluruhnya. Oleh karena itu kata al-mubasyarah diartikan sebagai al-mulasamah yang artinya persentuhan kulit antara laki laki dan perempuan. Disamping itu al- mubasyarah juga diartikan sebagai al-watu atau al-jima yang berarti persetubuhan. Karena memang terjadi hubungan fisik secara langsung. Berbagai uraian diatas memberikan pengertian bahwa penekanan makna al-basyar adalah sisi fisik manusia yang secara biologis memiliki persamaan antara seluruh umat manusia. Al-Quran menggunakan kata al-basyar untuk menjelaskan manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk musanna dua. 32 Dari penggunaan kata al-basyar dalam seluruh ayat yang telah dijelaskan diatas terlihat bahwa kata itu digunakan untuk menggambarkam manusia dari sisi fisik biologisnya, seperti kulit manusia, kebutuhan biologisnya berupa makan, minum berhubungan seks, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang dijelaskan dengan istilah al-basyar menekankan kepada gejala umum yang 32 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 64. - 29 - melekat pada fisik manusia, yang secara umum relatif sama antara semua manusia. Pengertian al-basyar tidak lain adalah pengertian manusia pada umumnya, yaitu manusia pada dalam kehidupannya sehari-hari yang sangat bergantung kepada kodrat alamiah, seperti makan, minum, berhubungan seks, tumbuh, berkembang dan akhirnya mati, hilang dari peredaran kehidupan dunia. 33 Sebagai makhluk biologis, manusia dibedakan dari makhluk biologis lainnya seperti hewan yang pemenuhan kebutuhan primernya dikuasai dorongan instingtif. Sebaliknya manusia dalam kasus yang sama, didasarkan tata aturan yang baku dari Allah swt.Pemanuhan kebutuhan biologis manusia diatur dalam syariat agama Allah din Allah. 34

2. Al-Ins