Penciptaan Manusia Unsur Materi dan Non Materi

- 35 - insaniah yang terwujud dalam perpaduan iman dan amalnya. 48 Dengan demikian penggunaan kata al-insan mengandung dua dimensi, yaitu: dimensi tubuh dengan berbagai unsurnya dan dimensi spritual ditiupkan-Nya roh Nya kepada manusia. Pendefinisian yang dinyatakan Allah dalam al-Quran dengan menyebut manusia dengan istilah al-basyar, al-ins, dan al-insan, memberikan gambaran kepada kita akan keunikan serta kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Referensi ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, antara aspek material fisik immateriil psikis yang dipadu dengan ruh Ilahiyah. Para pakar pendidikan Islam ternyata memiliki persepsi yang bervariasi tentang potensi diri manusia. Perbedaan itu wajar terjadi sebagai akibat adanya sudut pandang yang berbeda, disamping latar belakang pendidikan mereka juga berbeda. Namun demikian, semuanya memiliki persamaan bahwa manusia sejak lahir telah membawa potensi.

B. Penciptaan Manusia Unsur Materi dan Non Materi

Al-Quran telah menceritakan bagaimana Allah swt. manciptakan manusia dari unsur materi dan non materi, setelah melewati beberapa tahap pembentukan: dari debu menjadi tanah, lalu menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk, kemudian menjadi tanah liat kering, setelah itu Allah meniupkan roh-Nya, maka terciptalah Adam as. 49 Sebagaimana firman Allah berikut ini:                       50  48 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 3-4. 49 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qurani, Psikologi dalam Prespektif Al-Quran, Surakarta: Aulia Press, 2008, h. 273. 50 Al-Quran surat al-Hijr: 28-29 - 36 - 1. dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk, 2. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Dalam hadis juga dijelaskan tentang penciptaan manusia yang berasal dari materi dan ruh, sebagaimana dalam matan hadis berikut ini : لا ُدْبَع َلاَق ٍبْهَو ِنْب ِدْيَز ْنَع ِشَمْعَْْا ْنَع ِصَوْحَْْا وُبَأ اَنَثدَح ِعيِبر ا ُنْب ُنَسَحْا اَنَثدَح اَنَثدَح ِه ْلَخ ُعَمْجُي ْمُ َدَحَأ نِإ َلاَق ُقوُدْصَمْا ُقِداص ا َوُهَو َملَسَو ِهْيَلَع ُهل ا ىلَص ِهل ا ُلوُسَر ِهِمُأ ِنْطَب يِف ُهُق اًَلَم ُهل ا ُثَعْبَي مُث َكَِذ َلْثِم ًةَغْضُم ُنوَُي مُث َكَِذ َلْثِم ًةَقَلَع ُنوَُي مُث اًمْوَي َنيِعَبْرَأ ِعَبْرَأِب ُرَمْؤُيَف ديِعَس ْوَأ ٌيِقَشَو ُهَلَجَأَو ُهَقْزِرَو ُهَلَمَع ْبُتْا ُهَ ُلاَقُيَو ٍتاَمِلَ ْمُْنِم َلُجر ا نِإَف ُحور ا ِهيِف ُخَفْنُي مُث َأ ِلَمَعِب ُلَمْعَيَف ُهُباَتِ ِهْيَلَع ُقِبْسَيَف عاَرِذ َِإ ِةنَجْا َنْيَبَو ُهَنْيَب ُنوَُي اَم ىتَح ُلَمْعَيَ ُلَمْعَيَو ِران ا ِلْه ِران ا َنْيَبَو ُهَنْيَب ُنوَُي اَم ىتَح ِةنَجْا ِلْهَأ ِلَمَعِب ُلَمْعَيَف ُباَتِْا ِهْيَلَع ُقِبْسَيَف عاَرِذ َِإ Diriwayatkan dari Abdullah bin Msud bahwa Rasulullah saw berkata, Tiap-tiap kalian dipadukan penciptaannya di dalam perut ibunya 40 hari sebagai nuthfah kemudian menjadi alaqah seperti itu juga 40 hari, kemudian menjadi mudhghah seperti itu juga 40 hari. Sesudah itu diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya….. 51 Dengan demikian sifat penciptaan manusia merupakan perpaduan antara sifat materi dan sifat ruh, antara sifat hewan dan sifat malaikat, antara kebutuhan- kebutuhan dan motif fisik instinktif yang penting untuk hidup dan keberlangsungan hidupnya, yang juga dimiliki hewan. Selain itu juga manusia merupakan perpaduan antara sifat-sifat tuhan dan motif spiritual yang penting untuk kemajuan mental dan spiritualnya, serta mewujudkan kesempurnaan insaniah yang membuatnya berhak dijadikan sebagai khalifah di bumi. 52 51 Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Badl Khalq, Bab zakaral- malaikah, Maktabah Syamilah, no. Hadis 2969. 52 Muhammad Utsman Najati, Hadits dan Ilmu Jiwa,Bandung: Pustaka, 1988,h.262. - 37 - Prof.Baharuddin menjelaskan, dalam konteks diri manusia bermakna satu keseluruhan yang utuh, namun dalam tampilannya selalu menyodorkan sisi tertentu, seperti: jismiah fisik, nafsiah psikis, dan ruhaniah spritual-transendental. Masing-masing sisi ini menampilkan karakreristiknya. 53 Sejalan dengan hal diatas, al-Ghazali dalam bukunya Miraj al-Salikin 54 menjelaskan tentang manusia terdiri dari al-nafs, al-ruh dan al-jism. Pertama, Al-jism tubuh adalah bagian yang paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas unsur- unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak. Karena itu ia tidak mempunyai sifat kekal. Disamping itu ia al-jism tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai mabda thabii prinsip alami yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada kekuatan-kekuatan diluar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah benda mati. Dalam kapasitasnya sebagai bagian dari keseluruhan sistem totalitas fisipsikis, maka aspek jismiah mempunyai peranan penting sebagai sarana untuk mengaktualisasikan fungsi aspek nafsiah dan aspek ruhaniah dengan berbagai dimensinya. Dalam al-Quran dijelaskan beberapa fungsi aspek jismiah yang membantu cara kerja aspek psikis lainnya, diantaranya adalah: 1. Kulit al-jild sebagai alat peraba al-lams Q.S.al- Anam 6 : 7 Yusuf 12 : 94 2. Hidung al-anf sebagai alat penciuman al-syum Q.S. Yusuf 12 : 94 3. Telinga al-uzun sebagai alat pendengaran al-sam Q.S. al-Isra 17:36; al- muminun 23: 78; al-Sajadah 32: 9; al-Mulk 67:23. 4. Mata al-ain berguna sebagai alat penglihatan al-absar Q.S. al-Araf 7: 185; Yunus 10:101; al-Sajadah 32: 27. 5. Lidah lisan dan kedua bibir al-syafatain serta mulut al-famm berguna sebagai alat pengucapan al-qaul yang berguna untuk memperoleh dan 53 Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, h. 60. 54 Al-Ghazali, Miraj al-Salikin dalam M.Yasir Nasution, Manusia menurut al-Ghazali, Jakarta, Rajawali, 1988, h. 65. - 38 - menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan. Q.S. al-Balad 90: 9-10; Taha 20: 27-28; al-Fath 48: 11. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek jismiah ini memiliki beberapa karakteristik, seperti: memilki bentuk, rupa, kuantitas, berkadar, bergerak, diam, tumbuh, kembang serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ, dan bersifat material yang substansinya sebenarnya mati, dan lain-lain. Kehidupannya adalah karena adanya substansi lain, yaitu al-nafs dan al-ruh yang menjadikannya hidup, bergerak, tumbuh, dan berkembang. Jelasnya bahwa aspek jismiah manusia ini sangat tunduk dan patuh kepada hukum-hukum dan prinsip sunnatullah. Ini disebabkan karena disamping keberadaan kehidupannya disebabkan substansi lain juga karena ia tidak memiliki pikiran, perasaan, kemauan, dan kebebasan, maka ia tergantung kepada sunnatullah. 55 Kedua, aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas khas ke manusiaan, berupa pikiran, perasaan, kemauan dan kebebasan. Aspek ini merupakan persentuhan antara aspek jismiah dengan aspek ruhaniah. Aspek ini mewadahi kedua aspek yang saling berbeda, namun saling membutuhkan. Sebab aspek jismiah akan hilang daya hidupnya apabila tidak memiliki aspek ruhaniah, aspek ruhaniah tidak akan terwujud secara kongkrit tanpa aspek jismiah. Disinilah aspek nafsiah berada, yaitu berada diantara dua aspek yang berbeda dan berusaha mewadahi kedua kepentingan yang berbeda. Aspek nafsiah ini memiliki tiga dimensi, al-nafsu, al-aql, dan al-qalb. Ketiga dimensi inilah yang menjadi sarana bagi aspek nafsiah ini untuk mewujudkan peran dan fungsinya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada makalah berikut. 56 Ketiga, aspek ruhaniah, adalah aspek psikis manusia yang bersifat spiritual dan transendental. Bersifat spiritual karena ia merupakan potensi luhur batin manusia. Potensi ini merupakan sifat dasar dalam diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah. Bersifat transendental karena merupakan dimensi psikis manusia yang 55 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, Studi Tentang Elemen Psikologi dari Al- Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 cet. II, h. 162-163. 56 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 163 - 39 - mengatur hubungan manusia dengan yang maha transenden, yaitu Allah. Fungsi ini muncul dari dimensi al-fitrah. Berdasarkan hal itu, maka aspek ruhaniah ini memiliki dua dimensi psikis, yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah. Dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah sebagai sisi spiritual-transendental merupakan sifat-sifat Allah yang tercakup dalam asmaul husna nama-nama Allah yang berjumlah 99 yang menjadi potensi luhur batin manusia. Aktualisasi potensi luhur batin tersebut manjadi wilayah empiris-historis keberadaannya sebagai aspek psikis manusia. Jadi, proses aktualisasi potensi luhur batin manusia itu merupakan sisi empirik dari transendensi sifat-sifat Allah dalam diri manusia. 57

C. Tujuan Penciptaan Manusia: Khalifah dan Abdu Allah