1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mencerdaskan bangsa yang diamanatkan UUD 1945 ditempuh pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal.
Prioritas sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah sekolahbuta aksara, putus sekolah, dalam dan antar jenjang penduduk usia
produktif tidak sekolah dan tidak bekerja, penduduk miskin serta warga masyarakat lainnya yang membutuhkan pendidikan.
Salah satu program pendidikan non formal dan Dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa serta usaha melestarikan program Pendidikan
Non Formal melalui salah satu program pemberdayaan masyarakat dengan Pengembangan gerakan literasi serta pengembangan budaya baca pada
masyarakat akan peningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan berarah pada progress atas kehidupan serta berkepribadian, baik pribadi,
kelompok maupun dalam bermasyarakat. Hal ini merupakan tanggung jawab Negara baik itu dari pusat maupun pada tingkatan daerah dan semua
komponen bangsa untuk memenuhinya, apalagi jika dikaitkan dengan amanat konstitusi kita yang menyatakan bahwa negara berwajiban “mencerdaskan
kehidupan bangsa”, Alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pada hakekatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di pendidikan
formal saja, tetapi juga pendidikan nonformal. Hal ini disesuaikan dengan Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem
2
pendidikan nasional, pasal 1 ayat 10 satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat 11 pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas dasar pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; ayat 12 pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; ayat 13 pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pendidikan nonformal adalah salah satu sistem pendidikan yang telah diselenggarakan diindonesia. Melalui
pendidikan, masyarakat akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada yang tidak berpendidikan.
Secara spesifik, kewajiban untuk meningkatkan minat baca masyarakat diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Berdasarkan Pasal 7 UU Perpustakaan, Pemerintah berkewajiban untuk mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung
sistem pendidikan nasional, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat, menjamin
ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air. Peran pendidikan nonformal dalam rangka pelayanan pendidikan
sepanjang hayat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan. Pada banyak hal pendidikan nonformal dirasakan sebagai formula yang ideal serta lebih
memihak masyarakat dibandingkan dengan pendidikan formal. Pendidikan
3
nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran sangat penting dalam rangka pengembangan dan implementasi belajar sepanjang
hayat
lifelong learning
. Sampai dengan era globalisasi saat ini yang sangat erat kaitannya dengan modernisasi dan selalu membutuhkan teknologi dan
informasi dalam pelaksanaannya serta dapat diartikan juga sebagai jaman persaingan bebas baik dari segi perekonomian, pertahanan nasional,
perkembangan teknologi dan sebagainya. Bangsa Indonesia dituntut untuk selalu meningkatkan perkembangan
teknologi dan informasi serta wawasan luas dari segala aspek tanpa meninggalkan adat ketimuran yang selalu dianut oleh Bangsa Indonesia sejak
jaman sebelum kemerdekaan. Sebagai salah satu dari implementasi program pemerintah yang turut mendukung pembangunan dunia pendidikan adalah
dengan peningkatan minat baca dan pengembangan model Taman Bacaan Masyarakat TBM serta gerakan literasi.
Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat TBM adalah salah satu program pemerintah yang
mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 4, tercantum bahwa
satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Instrumen penunjang pemberantasan buta aksara melalui Pendidikan Non Formal PNF melalui program budaya baca
dan pembinaan perpustakaan adalah Taman Bacaan Masyarakat TBM.
4
Ditujukan untuk membantu peningkatan minat baca, budaya baca dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Pendidikan non formal diarahkan
untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang belum sekolah, buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat yang
kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui pendidikan formal. Bangsa Indonesia sebagaimana sejarah dan faktanya sekarang adalah
bangsa yang lebih suka bertutur atau berbicara. Saat budaya ini masih melekat pada masyarakat serta ketika kemajuan teknologi yang semakin maju dan tak
terbendung jadilah budaya bertutur ini bertransformasi menjadi budaya menonton dan melihat. Budaya menonton, mengobrol, menggosip menjadi
budaya yang melekat erat pada masyarakat Indonesia. Ini berakibat pada kebiasaan dan kegiatan akan membaca pada masyarakat yang kurang karena
budaya masa lalu yang masih melekat erat pada kehidupan, Berbagai fakta menunjukan bahwa budaya baca masyarakat di Indonesia bisa dikatakan
rendah. Melalui program Taman Bacaan Masyarakat TBM sebagai salah satu
wahana pendidikan non formal, diharapakan mewujudkan masyarakat gemar membaca, indikatornya masyarakat gemar membaca bagi yang baru melek
aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tidak melanjutkan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas
wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja atau berusaha secara mandiri.
5
Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari
bagaimana seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Membaca pada
era globalisasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seseorang. Kebiasaan membaca seseorang diakui atau
sangat berkaitan dengan minat baca yang dimilikinya. Lebih jauh jika seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan bersungguh-sungguh
melakukan sesuatu yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi atau tujuan lain dari hasil bacaan itu.
Membaca mengajarkan bagaimana seharusnya pribadi bersikap maupun bertindak dengan kemampuannya, dengan akal pikiran dan jiwanya. Melalui
membaca seseorang akan merasa kaya jiwanya. Banyak membaca akan melahirkan individu-individu yang cerdas, dewasa dan matang. Namun
kenyataan dilapangan belum banyak masyarakat yang menyadari akan pentingnya membaca.
Aktifitas membaca biasanya dilakukan untuk menelaah hasil pemikiran seseorang melalui tulisan dengan tujuan untuk mencerahkan jiwa, menambah
informasi, atau bahkan memberikan solusi. Ketika dahulu Bangsa Indonesia sedang terjajah, buta aksara tentunya tidak menjadi masalah, mengingat
susahnya mengenyam pendidikan, namun kini setelah 70 tahun Indonesia merdeka dan semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati pendidikan,
seharusnya tingkat minat baca masyarakat Indonesia bisa bertambah baik.
6
Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang kita alami sekarang. Kita bahkan dikenal sebagai bangsa yang rendah sekali minat
bacanya, padahal minat baca ini bisa menjadi tolak ukur tingkat kemajuan pendidikan dan kualitas suatu bangsa. Namun tampaknya minat dan budaya
ini masih jauh dari perilaku bangsa kita. Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan
oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan
bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan bacaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses
adalah tersedianya sarana dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan salah
satu sarana tempat membaca yang ada di masyarakat adalah melalui Taman Bacaan Masyarakat TBM. Taman Bacaan Masyarakat TBM yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.
Banyak informasi dan pengetahuan yang akan didapatkan setiap orang dari membaca buku. Dari kalimat tersebut, muncul berbagai ungkapan yang
mendorong seseorang untuk mencari buku sebagai jawabanya. Misalnya buku adalah
jendela dunia
Atau
Membaca jadikan hidup lebih baik
yang agaknya semakin disosialisasikan Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen
Pendidikan Nasional terdengar klise, namun dengan membaca buku, wawasan, pengetahuan seseorang akan menjadi bertambah.
7
Membaca merupakan hal penting yang berpengaruh dalam kehidupan kita, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
19 Desember 2008 yang menyatakan bahwa “Negara yang maju berawal dari masyarakat yang berwawasan luas dan terbuka yang salah satu faktor
mendasarnya yaitu dengan membaca”. Sebagai tindak lanjut upaya serta implementasi program pemerintah yang turut mendukung keberhasilannya
adalah dengan adanya pengembangan serta inovasi akan layanan perpustakaan serta Taman Bacaan MasyarakatTBM. Membaca memerlukan waktu luang
dan tempat dimana orang mudah mengaksesnya, keberadaannya dapat di tempatkan pada garda depan dalam menumbuhkan minat baca masyarakat
sehingga masyarakat tidak canggung dan mudah di akses oleh masyarakat. Permasalahan budaya membaca masyarakat yang rendah di sebabkan
berbagai faktor, antara laian: Faktor motivasi, Faktor ekonomi, Faktor kebiasaan, Faktor kebudayaan, perkembangan teknologi , kurangnya
perhargaan dan layanan bacaan yang kurang serta faktor-faktor yang lainnya. rendahnya minat baca disebabkan membaca perlu banyak waktu luang.
Sementara orang Indonesia waktunya lebih banyak tersita untuk bekerja demi mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Harga buku juga
ikut andil menjadi pemicu rendahnya tingkat membaca. Dengan harga buku yang tidak murah, menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli buku.
Masyarakat lebih memilih menggunakan uang mereka untuk membeli kebutuhan yang lain.
8
Minat dan kegemaran membaca diperlukan dalam membangun masyarakat belajar. Salah satu hambatan dalam menumbuhkembangkan minat
dan kegemaran membaca ialah keterbacaan bahan bacaan. Kesulitan memahami bahan bacaan memperlemah dan kadang-kadang mematikan
motivasi membaca. Bahan bacaan yang tersedia sulit dipahami dilihat dari bahasa yang dipergunakan dan konsep atau isi yang disampaikan terlalu sukar
untuk dipahami sehingga tidak menarik untuk dipelajari. Dengan perkataan lain bahan bacaan tersebut mengandung keterbacaan yang rendah. Akan tetapi
tidak jarang terjadi hal demikian, kemampuan membaca pebelajarlah dijadikan alasan rendahnya pemahaman. Atau ada kalanya kurangnya pemahaman itu
dianggap karena pebelajar kurang atau tidak konsentrasi ketika membaca. Membangun minat kecenderungan hati yang tinggi terhadap aktifitas
membaca sehingga menjadi kebiasaan
habits
budaya baca Indonesia masih perlu kerja keras. Secara makro Indonesia masih punya target pemberantasan
buta aksara yang cukup tinggi. Seperti angka buta aksara di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY yang tergolong masih tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta
memang bukan merupakan kantong buta aksara, namun jumlah penduduk buta aksara pada tahun 2013 masih banyak yaitu sekitar 82.076 jiwa, yang tersebar
di KabupatenKota se-DIY dan dapat digolongkan pada kelompok umur 15-24
tahun, 25-44 tahun dan 45-59 tahun, portal.jogjaprov.go.id, tahun 2014.
Tahun 2014 tercatat 14 persen atau sekitar 266 ribu dari 1,9 juta warga DIY yang berusia lebih dari 15 tahun masih dalam kondisi buta aksara.
Namun jika rentang usia diperpendek yaitu usia 15-59 tahun, maka yang
9
masih dalam kondisi buta aksara 7,14 persen atau 66.079 dari 1,5 juta jiwa. Di kabupaten sleman sebesar 5,45 persen warga dari total 1.120.417 masih belum
bisa membaca, dan rata-rata berusia lanjut, Yogyakarta, Kompas.com.
Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 kota Yogyakarta menunjukkan penurunan angka buta aksara, namun kenyataan tersebut cukup
mencengangkan bahwasanya Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan. Pada kenyataanya angka buta aksaranya masih cukup tinggi pada
usia produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Secara teori penduduk buta aksara dapat terjadi karena lokasi penduduk yang sulit dijangkau sehingga
akses pendidikan menjadi rendah. Kementrian Pendididkan Nasional menyatakan bahwa gerakan literasi dan budaya membaca yang menjangkau
masyarakat dapat di percepat dan di tingkatkan melalui program pemerintah yakni salah satunya dengan taman bacaan masyarakat TBM . Program
taman bacaan ini telah dirintis sejak tahun lima puluhan berupa program kegiatan Taman Pustaka Rakyat TPR, kemudian diperbaharui pada tahun
19921993 dengan adanya program kegiatan Taman Bacaan Masyarakat TBM.
Taman Bacaan Masyarakat merupakan lembaga yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat. Sebagai tempat penyelenggaraan
pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Tetapi dalam kemajuan tekhnologi
seperti sekarang ini, fungsi taman bacaan kurang diperhatikan, banyak taman bacaan yang sepi akan pengunjung. Masyarakat seolah-olah tidak
10
membutuhkan keberadaan taman bacaan. Kurang minatnya masyarakat terhadap taman bacaan disebabkan karena kurang efektifnya taman bacaan
dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya membaca. Taman bacaan hanya menyediakan bacaan tanpa melakukan tindakan untuk
mengajak masyarakat agar ikut membaca. Jumlah taman bacaan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2013 tercatat berjumlah 254 TBM. Sedangkan yang berada di kabupaten Sleman terdapat 57 TBM. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa layanan baca
bagi masyarakat sudah tersedia disemua daerah seperti di kabupaten Sleman dan sekitarnya, akan tetapi perlu diketahui bahwa minat baca masyarakat
belum menunjukkan kearah yang positif. Jika merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik BPS
pada tahun 2012 dijelaskan bahwa sebanyak 91,68 persen penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar
17,66 persen yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah. Konsumsi satu surat kabar di Indonesia dengan pembacanya mempunyai rasio
1 berbanding 45 orang 1:45. Tentu Rasio antara konsumsi satu surat kabar dengan jumlah pembaca di Indonesia sudah sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina yang tingkat
perbandingannya sudah mencapai 1:30, idealnya satu surat kabar dibaca oleh 10 orang atau dengan rasio 1:10.
11
Adanya pengembangan strategi Taman Bacaan Masyarakat TBM yang dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat Pangeran Diponegoro, didusun
Sembego, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dengan berbagai faktor yang mempengarui minat baca masyarakat yang rendah, peneliti tertarik untuk
mengamati, meneliti serta mencermati bagaimanakah Taman Bacaan Masyarakat
dinilai efektif
dalam membantu
mempercepat dalam
meningkatkan minat baca pada masyarakat serta upaya yang dilakukan dalam meningkatkan minat baca tersebut dan memasyarakatkan layanan publik
berupa Taman Bacaan Masyarakat yang bertujuan menjadikan masyarakat yang gemar membaca. Sehingga Peneliti mengambil judul
“UPAYA TAMAN
BACAAN MASYARAKAT
PANGERAN DIPONEGORO
DALAM MENINGKATKAN
MINAT BACA
MASYARAKAT DI DUSUN SEMBEGO, MAGUWOHARJO, SLEMAN YOGYAKARTA
”.
B. Identifikasi Masalah