Peristiwa Gerakan 30 September 1965 Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum.

BAB IV MASA TRANSISI SEKITAR TAHUN 1965-1973

4.1 Peristiwa Gerakan 30 September 1965

Pembunuhan terhadap petinggi Angkatan Darat seperti Jenderal Pandjaitan, Jenderal A.Yani, Jenderal M.T. Haryono, Jenderal Sutoyo, Jenderal Suprapto, Jenderal S. Parman dan Lettu P.A. Tendean mampu menggoreskan tinta sejarah yang kelam dipemerintahan Indonesia. Perebutan kekuasaan menjadi latar belakang mengapa peristiwa ini menjadi monumental dan mengenai siapa pelaku dalam peristiwa pembantaian ini. Berbagai posisi yang kabur dan kurangnya sumber-sumber tertulis serta saksi-saksi memunculkan spekulasi tentang dalang peristiwa G 30 S 1965. Dalam hal ini setidaknya ada 5 versi yaitu: 1. PKI sebagai dalang Berdasarkan versi ini disebutkan bahwa PKI 56 56 Sejarah terbentuknya partai komunis di Indonesia juga tidak terlepas dari hadirnya Sneevlit ke Indonesia pada masa pemerintahan Belanda tahun 1913. Ia merupakan aktivis politik dari negeri Belanda yang berhaluan Marxis. Sebelumnya ia pernah memimpin organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal Democratische Arbeiders Partij SDAP di negeri Belanda.Setelah di Indonesia ia mulai menanamkan paham marxis terhadap organisasi buruh kereta api di Semarang yang bernama Vereniging van Spoor en Tramsweg Personeel VSTP. Keberhasilanya menanamkan paham ini selanjutnya ia mengajak orang –orang yang berhaluan sosialis di Hindia Belanda untuk membentuk Indische Sociaal Democratische Vereniging ISDV atau Perserikatan Sosial Demokrat Hindia. Sebuah partai berhaluan kiri yang cepat berkembang hingga menjadi partai komunis pertama di Asia di luar Uni Soviet. Pengaruh ISDV ke wilayah jajahan sangat diragukan mengingat adanya hambatan agama, bahasa, ras dan suku yang berbeda-beda. Sneevliet menyadari hambatan- hambatan yang ada sehingga dengan demikian ia memanfaatkan Sarekat Islam SI yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam SDI dengan cara memasukkan orang-orang yang menjadi anggota ISDV ke tubuh SI dan memperbolehkan anggota SI masuk ke dalam ISDV. Aktivis ISDV menamakan dirinya kaum merah. Pengaruh paham marxis ini juga mampu mempengaruhi lapisan masyarakat seperti buruh dan tentara Belanda. Pada tahun 1920 diadakan kongres ISDV di Semarang yang mengusulkan penggantian nama organisasi ini menjadi Perserikatan Komunis di Indonesia yang dalam kongres itu Semaoen dipilih sebagai ketua. Selanjutnya diadakan kongres ke II dilakukan di Moskow yang mana Sneevlit meyakinkan Komunis Internasional Komitren agar Perserikatan Komunis di Indonesia tetap bekerja sama dengan SI sebagai taktik untuk memenangkan komunis, namun komitren tetap saja menentang gerakan Pan-Islamisme yang dianggap sebagai merupakan dalang dari pembunuhan dari enam Jendral dan Perwira AD. Ini dapat dilihat dari sejarah pemberontakan PKI yang Universitas Sumatera Utara dimulai dari tahun 1926 dan tahun 1948 di Madiun dengan demikian bahwa PKI secara sistematis telah membangun kekuatnya, hal ini juga didukung dengan pembentukan Biro Khusus oleh PKI sebagai organisasi rahasia dan nonstruktural di bawah D.N Aidit. 2. Masalah Internal Angkatan Darat Versi ini menyebutkan bahwa kudeta dan aksi pembalasannya merupakan masalah internal AD. Dilihat dengan adanya beberapa fakta kunci yang dianggap mendukung versi ini yaitu pertama,mereka yang diculik dan penculiknya adalah personel AD dan tidak ada orang sipil yang terlibat dalam peristiwa itu; kedua, tidak masuk akal apabila PKI berjudi dengan menyingkirkan para jendral melalui jalan kekerasan, sementara partai tersebut menikmati perkembangan dan kekuasaan yang sangat menguntungkan. 3. Soekarno yang Bertanggung Jawab Versi ini menyebutkan bahwa Soekarno memiliki peran yang sangat besar dalam peristiwa 30 September, ini dibuktikan dengan kedatanganya di Pangkalan Udara Halim, pembicaraanya dengan komplotan pelaku kudeta, perlindunganya kepada beberapa pimpinan PKI, serta kegagalanya untuk menunjukan simpati atas terbunuhnya para jendral. Pandangan ini menegaskan, jika Soekarno benar-benar terlibat dalam keputusan kudeta ini untuk menyingkirkan pimpinan puncak AD, hal ini mungkin didasarkan pada kesadaranya bahwa gerakan borjuis-nasional. Hal ini menyebabkan pertentangan di dalam tubuh SI mencapai puncaknya sehingga SI terbagi menjadi dua yaitu SI Merah bagi anggota yang beraliran Marxis dan SI Putih bagi SI yang menentang Marxis. Pertumbuhan dan aktivitas Perserikatan Komunis yang semakin radikal menyebabkan adanya pengusiran tokoh-tokoh komunis di Indonesia sehingga terjadinya kemerosotan kepemimpinan. Terjadinya kemerosotan ini memyebabkan diadakan konsolidasi dan mengadakan kongres di Jakarta pada Juni 1924. Kongres ini menghasilkan pergantian nama Perserikatan Komunis di Indonesia menjadi Partai Komunis Indonesia. Lihat Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September: Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, Latar Belakang, Aksi dan penumpasannya, Jakarta, 1994, hlm. 8-13. Universitas Sumatera Utara hanya AD yang berdiri di antara Soekarno dan tujuan Nasakom-nya, termasuk pembentukan angkatan kelima dan Dewan Penasehat Nasakom, yang bisa bertindak sebagai pengawas terhadap pemikiran pro komunis di tubuh militer. 4. Soeharto di Balik Gestapu Versi ini percaya bahwa Soeharto yang sesungguhnuya di balik rencana kudeta tersebut. Ada beberapa fakta mencurigakan yang berkaitan dengan perannya, sebagai Panglima Kostrad dan Jendral yang biasa mewakili Panglima AD apabila pergi ke luar negeri. Soeharto adalah jenderal paling penting yang tidak tercantum dalam daftar nama- nama yang akan diculik. Sehingga apabila jendral tersebut tersingkir maka secara otomatis Soeharto merupakan pimpinan tertinggi di AD. 5. Jaringan Intelijen dan CIA Versi ini menyatakn jaringan intelijen AD sendirilah yang memprakarsai Gestapu, baik atas usaha sendiri maupun atas bantuan agen-agen intelijen asing, khususnya Amerika Serikat dan Cina. 57 Pelaku tentang siapa sebenarnya yang menjadi pelaku dari pembunuhan pada peristiwa 30 September 1965 masih kontroversi. Masyarakat Desa Baja Dolok tidak mengetahui secara jelas apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 30 September 1965, mereka hanya mengenal Gerakan Satu Oktober Gestok setelah orang-orang yang menjadi anggota BTI, SARBUPRI, Gerwani dan Pemuda Rakyat di masuk dalam data-data orang yang dicari. Adanya kabar bahwa ada orang-orang PKI yang dibawa dengan truk ke Desa Baja Dolok dan pada malam 57 Herman Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan Jombang-Kediri 1965-1966, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta, 2000, hlm. 47. Universitas Sumatera Utara harinya terdengar suara jeritan, tetapi penduduk tidak mengetahui suara siapa karena pada pagi harinya tidak diketahui tanda-tanda adanya pembunuhan pada malam itu. Keesokan harinya baru diketahui bahwa telah ada pembunuhan terhadap orang-orang PKI yang didatangkan dari Sidamanik, Raya, Tapanuli dan Prapat. 58 Sejak mendengar kabar bahwa mereka yang dibunuh adalah orang-orang PKI, keadaan desa menjadi sunyi tidak terlihat aktivitas seperti biasanya. Di wilayah perkebunan aktivitas bekerja hanya dilakukan hingga siang hari, keadaan yang sama juga terjadi di wilayah perkampungan, aktivitas pertanian hanya berlangsung sampai pukul 13.00 WIB, dan anak- anak tidak diperbolehkan keluar rumah. Tidak ada penduduk yang keluar rumah pada malam hari, hal ini terjadi karena mereka takut jika keluar akan dibunuh atau salah tangkap. Ketakutan ini dialami oleh orang-orang yang bergabung dengan BTI, SARBUPRI, Gerwani dan PR. 59 Di Desa Baja Dolok ada tiga tempat pembantaian orang-orang PKI yaitu di wilayah perkebunan yang berada di Blok 107 dan blok pasiran, sedangkan di wilayah perkampungan terletak di Dusun II Kampung Jawa Atas. Selain itu sungai Bah Kasindir juga menjadi tempat pembuangan mayat-mayat korban dari pembunuhan orang-orang PKI yang menyebabkan penduduk meras takut jika akan mandi ke sungai, padahal saat itu sungai menjadi tempat bagi penduduk desa untuk mandi dan mencuci. 60 58 Wawancara dengan Boinem pada tanggal 11 Oktober 2012 di Huta III Baja Dolok. 59 Ibid., 60 Ibid., Universitas Sumatera Utara Dari peristiwa pembunuhan tersebut masyarakat desa tidak mengetahui siapa sebenarnya yang harus disalahkan, apakah mereka yang membunuh atau mereka yang dibunuh dan orang-orang yang pernah bergabung dengan PKI. Tetapi pada kenyataannya orang-orang PKI yang menjadi korban diskriminasi, mereka dinyatakan sebagai penghianat bangsa, pembunuh, tidak beragama dan dikucilkan di tengah-tengah masyarakat. 61

4.2 Permbersihan Komponen-Komponen PKI di Perkebunan