Kegiatan Ekonomi Sebagai Petani

orang lain sebanyak 171 kk. Di dusun II Kampung Jawa Baja Dolok pemilik tanah yang masih mengerjakan lahan milik orang lain seluas 0,25 Ha-0,5 Ha sebanyak 102 kk, kemungkinan kepemilikan tanah yang sempit ini mendukung mereka untuk menggarap tanah orang lain melalui sewa atau gadai. Sementara jumlah orang yang tidak memiliki tanah dan meyewa tanah milik orang lain seluas 0,25 Ha- 0,5 Ha memiliki presentase yang tinggi dibanding penyewa di tanah seluas 0,5 Ha ke atas. Dengan demikian penduduk Desa Baja Dolok dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pemilik penggarap murni yaitu petani yang hanya menggarap tanahnya sendiri. 2. Penyewa Murni yaitu mereka tidak memiliki tanah tetapi mempunyai tanah garapan sendiri melalui sewa atau bagi hasil. 3. Pemilik Penyewa yaitu mereka yang menggarap tanah miliknya sendiri juga menggarap tanah milik orang lain. 4. Pemilik bukan penggarap. 5. Tunakisman mutlak yaitu mereka yang benar-benar tidak memiliki tanah dan tidak mempunyai tanah garapan, sebagian besar yang disebut sebagai tunakisman adalah buruh tani dan orang yang bekerja bukan disektor pertanian.

5.2 Kegiatan Ekonomi Sebagai Petani

Petani merupakan salah satu pekerjaan yang mampu mereka kerjakan setelah keluar dari pondok perkebunan, petani juga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding dengan buruh. Defenisi tentang petani sedikitnya ada dua pokok yaitu Pertama, ia seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama ditunjukkan untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara kebutuhan-kebutuhan konsumsi keluarga; ini mendefenisikan tujuan ekonomisnya yang sentral. Kedua, ia merupakan bagian dari suatu masyarakat yang lebih luas termasuk golongan elit bukan petani dan negara yang melakukan pungutan-pungutan terhadapnya dan, dalam arti tertentu, hal ini mendefenisikan orang-orang yang dapat merupakan lawan- lawannya dalam usaha mencapai tujuannya. 91 Kehidupan sebagai petani membawa warna baru bagi kehidupan buruh eks PKI ini, mereka tidak lagi diatur oleh majikan untuk melakukan pekerjaan mereka. Petani merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki hierarki lebih tinggi dibandingkan dengan buruh perkebunan, pekerjaan sebagai petani tidak melihat latar belakang kehidupan mereka sebelumnya sebagai orang krimpingan, karena mereka bekerja di lahan milik mereka sendiri, meskipun sebagian dari buruh eks-PKI ini ada yang menggarap lahan pertanian milik orang lain. 92 Aktivas baru sebagai petani mulai dijalani oleh para buruh eks-PKI di wilayah perkampungan Desa Baja Dolok. Mereka mulai menggarap lahan pertanian milik mereka sendiri atau hasil gadai atau sewa dengan para pemilik tanah di desa. Setelah membuka lahan pertanian dan memperoleh irigasi pengairan yang masih tradisonal dan sederhana, para petani pun melakukan aktivitas pertanian seperti melakukan pengolahan tanah, pembibitan padi persemaian, penanaman bibit ke lahan persawahan, pembersihan rumput dan menunggu tiba waktu panen. Namun pada hasil panen yang pertama sebagai seorang petani mengalami 91 James C. Scott, Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara, LP3E: Jakarta, 1981, hlm. 238. 92 Wawancara dengan Boini pada tanggal 13 juni 2013 di Huta III Baja Dolok. Universitas Sumatera Utara kegagalan karena pada tahun 1973 di desa Baja Dolok mengalami gagal panen yang mengakibatkan puso. Kegagalan panen yang pertama tidak membuat para petani di Desa Baja Dolok berputus asa, terutama bagi mereka mantan buruh eks PKI. Keadaan semakin membaik ketika adanya pembuatan saluran irigasi yang dibiayai oleh pemerintah Kabupaten Simalungun. Di Simalungun sendiri kelembagaan Panriahan Pamokkahan yang mengelola sistem irigasi secara menyeluruh telah menunjukkan kemampuannya sejakpermulaan abad ke XX, dalam membayar retribusi, konstruksi, operasi dan pemeliharan irigasi. Pada masa kolonial ini pengurusan air oleh petani diatur dalam “sawah reglement voor Simalungun” yang mengatur penggiliran air dan sanksi-sanksi apabila terjadi pelanggaran. 93 Perkembangan irigasi di Indonesia menuju sistem irigasi maju dan tangguh tak lepas dari irigasi tradisional yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun yang lampau. Irigasi maju atau modern dapat saja muncul karena usaha memperbaiki atau kelanjutan pengembangan tradisi yang telah ada, pada umumnya sangat mempengaruhi oleh ciri-ciri geografis setempat dan perkembangan budidaya pertanian. Di dalam desa suatu blok sawah pada hakekatnya merupakan unit dasar pengelolahan air. Proses pembentukan saluran- saluran irigasi memerlukan waktu yang lama. Dan dalam hal perkembangannya suatu saluran dapat berfungsi sebagai penampung kelebihan air yang dibuang dibagian hulu dari suatu blok dan kemudian berfungsi sebagai saluran pemberi air pada bagian hilir dari blok. 93 Effendi Pasandaran, Irigasi Di Indonesia: Strategi Dan Pengembangan, LP3ES: Jakarta, 1993, hlm. 22-23 Universitas Sumatera Utara Ditinjau dari sudut pengelolahanya sistem irigasi dibagi menjadi dua yaitu irigasi pedesaan dan irigasi pekerjaan umum PU atau negara. Irigasi pedesaan yaitu sistem irigasi yang dibangun oleh masyarakat dan pengelolahan seluruh bagian jaringan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat. Irigassi PU adalah sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah dimana pelolaan jaringan utama terdiri dari bendungan, saluran primer, saluran sekunder dan seluruh bangunan dilakukan oleh negara, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum atau pemerintah daerah setempat dan jaringan tersier dikelola oleh masyarakat tani. 94 Setelah gagal panen telah dilewati, para petani melanjutkan aktivitas bertani mereka untuk memperbaiki hasil panennya mendatang, hal ini juga didukung dengan sistem pengairan yang semakin membaik, para petani pun melakukan aktivitas pertanian seperti melakukan pengolahan tanah, pembibitan padi persemaian, penanaman bibit ke lahan persawahan, pembersihan rumput dan menunggu tiba waktu panen. Dalam pengolahan tanah pertanian, para petani yang hampir seluruhnya berasal dari suku Jawa masih memegang erat tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Mereka masih menggunakan konsep pranata mangsa 95 Selain menanam padi para petani juga menanam tanaman palawija seperti kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang sayur, kacang bogor, talas, dan singkong. Hasil panen mengenal hari-hari baik untuk menanam ataupun memanen hasil pertanian mereka. 94 Ibid., hal. 147. 95 Pranata Mangsa adalah hitungan tahun berdasarkan jalannya matahari yang bergeser dari utara ke selatan dalam kurun waktu enam bulan. Jumlah mangsa dalam pranata mangsa dibagi dalam sepuluh mangsa dalam setahun yaitu kasa, karo, katelu, kapat, kalima, kanem, kapitu, kawolu, kasanga dan kasasda. Sedangkan 64 hari yang tidak termasuk dalam jumlah mangsa digunakan untuk peristirahatan lahan. Lihat Kusnaka Adimihardja, op.cit., hlm. 18. Universitas Sumatera Utara padi maupun tanaman tanaman palawija pada awalnya hanya untuk konsumsi kebutuhan mereka sehari-hari dan sisanya disimpan untuk kebutuhan di waktu yang lain. Namun setelah dibangun KUD di Desa Baja Dolok hasil-hasil pertanian dijual ke KUD yang sisanya untuk dikonsumsi sendiri. KUD didirikan dengan tujuan untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap masyarakat petani di suatu desa yang biasanya berkaitan dengan produksi dan pemasaran, penyaluran kredit dan kebutuhan bagi petani seperti pengadaan beras, kebutuhan sehari-hari masyarakat desa, penyediaan pupuk dan pestisida. Namun pada awal tahun 1990-an KUD di Desa Baja Dolok sudah tidak berfungsi dengan baik dikarenakan sudah ada agen dan tauke pembeli hasil pertanian yang langsung datang ke lahan pertanian dan menyiapkan alat transportasi untuk mengangkut hasil pertanian. 96 Setelah masa panen selesai, lahan pertanian diistirahatkan selama beberapa hari, berdasarkan pranata mangsa waktu yang ditetapkan adalah 64 hari, namun seiring berkembangnya teknologi di bidang pertanian dengan diadakan benih-benih tanaman padi dan palawija berkualitas dengan masa tanam yang relatif singkat, banyak petani yang mulai meningalkan sistem pranata mangsa, karena dengan adanya bibit yang lebih unggul dan ditunjang oleh ekstensifikasi lahan pertanian dan jaringan irigasi yang sudah membaik. Dalam ekonomi tradisional terkadang sejumlah besar apa yang dapat dinamakan kegiatan-kegiatan “cadangan” atau sambilan, yang di musim paceklik merupakan sumber penghasilan tambahan yang sangat menolong, sambilan suatu keluarga di musim-musim senggang, dapat dipergiat apabila hasil panen buruk. Semua merupakan sumber jaminan 96 Wawancara dengan Edison Napitupulu pada 27 Juni 2013 di Huta I Baliju. Universitas Sumatera Utara subsistensi yang dapat menyambung hidup keluarga petani apabila hasil panen sawahnya tidak mencukupi. 97 Sepeti petani di Desa Baja Dolok, jika masa-masa senggang dalam pertanian seperti ketika masa menanam padi sudah selesai atau masa panen telah selesai maka petani ini melakukan kerja sampingan atau mata pencaharian kedua disamping sebagai petani yang menggarap lahan mereka. Tidak terkecuali buruh perkebunan eks-PKI, mereka juga memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari-hari keluarganya. Untuk mengisi waktu-waktu senggang para petani memilih menggarap lahan perkarangan rumah mereka untuk ditanami kebutuhan sehari-hari seperti tanaman sayur- sayuran, pisang, kelapa, jeruk manis, dan salak. 98 Penanaman tanaman di perkarangan rumah tidak membutuhkan perawatan setiap hari, maka tidak jarang para petani juga bekerja sebagai buruh tani di desa lain, karena biasanya masa tanam atau panen Desa Baja Dolok berbeda dengan desa lainnya. Pekerjaan sebagai buruh tani biasanya juga dibutuhkan oleh pertanian desa lain untuk membajak sawah, membuat terasering lahan pertanian, menanam bibit padi hingga memanen. 99 97 James C. Scott, op.cit., hlm. 95. 98 Penanaman tersebut biasaanya selalu diserentak oleh masyarakat di Desa Baja Dolok, pada tahun 1975 hampir semua petani menanami lahan perkarangan mereka dengan kelapa, awal tahun 1980-an menanam jeruk, namun kodisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga pada akhir tahun 1980-an tanaman jeruk diganti dengan tanaman salak. Hingga tahun 2000 hampir seluruh rumah yang ada di Baja Dolok memiliki pohon salak. Wawancara dengan Muhayan pada tanggal 14 Mei 2013 di Huta II Baja Dolok. 99 Wawancara dengan Ngadikan pada tanggal 13 februari 2013 di Huta II Baja Dolok. Universitas Sumatera Utara Petani yang memiliki keahlian lain selain bertani juga menjadi tukang di Desa Baja Dolok, tukang dalam hal ini adalah tukang bangunan. Ketika telah tiba masa senggang dalam pertanian mereka bekerja sebagai tukang untuk membangun rumah-rumah penduduk, mesjid, kantor kepala desa dan pembangunan irigasi. Mereka biasanya bekerja di dalam ataupun diluar Desa Baja Dolok. Namun pekerjaan ini tidak dilakukan oleh semua petani yang ada di Desa Baja Dolok. 100 Selain menggarap lahan perkarangan rumah, menjadi buruh tani di desa lain dan tukang bangunan, ada salah satu pekerjaan yang mampu menjadi sebuah counter stigma terhadap orang-orang eks-PKI ini adalah guru ngaji. Disaat masa menanam dan panen berlangsung, petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai guru ngaji dapat melakukan pekerjaannya sekaligus, jika bertani dilakukan pada pagi hari hingga petang maka pada malam harinya menjadi guru ngaji di rumah mereka sendiri. Pada awal memasuki wilayah perkampungan dan menjadi guru ngaji, buruh eks-PKI hanya mengajar ngaji untuk anak- anak yang kedua orang tuanya merupakan orang-orang krimpingan, namun karena pendidikan agama juga diperlukan oleh masyarakat desa lainnya, guru ngaji ini juga mendidik anak-anak yang kedua orang tuanya tidak pernah terlibat dengan PKI di masa lalunya. 101 100 Ibid., Dengan semakin meningkatnya sistem pengajaran agama yang diberikan buruh eks-PKI sebagai guru ngaji dapat dilihat dengan semakin meningkatnya pengajaran agama, murid hasil didikanya mampu menjuarai perlombaan yang diadakan di Kecamatan Tanah Jawa dan pertandingan antar sesama desa di Kecamatan Tanah Jawa. 101 Ibid., Universitas Sumatera Utara Keadaan perekonomian petani eks-PKI ini semakin membaik dilihat dari hasil lahan pertanian yang mengalami keberhasilan yang kemudian pada tahun 1994 sebagian lahan pertanian dialih fungsikan menjadi lahan untuk penanaman kelapa sawit. 102 Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pertanian di Desa Baja Dolok hingga tahun 2000 tidak terlepas dari program pemerintah dalam pembangunan baik di sektor industri maupun sektor pertanian yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Pemerintah Repelita. Di sektor pertanian diterapkan Revolusi Hijau, suatu program intensifikasi pertanian tanaman pangan, khususnya beras dan pengenalan penggunaan teknologi baru yang lebih modern. Lahan pertanian sawah dialih fungsikan menjadi lahan penanaman kelapa sawit, hal ini karena adanya anggapan bahwa menanam kelapa sawit lebih menguntungkan dibanding dengan tanaman padi. Program intensifikasi padi awalnya dikenal dengan nama Bimas Gotong Royong, dimana pemerintah mengontrak sejumlah perusahaan multinasional untuk jasa menyediakan bahan-bahan yang diperlukan petani seperti pupuk, obat-obatan, penyuluhan dan manajemen serta penggunaan bibit unggul. Hal ini berkaitan dengan krisis pengadaan beras akibat kegagalan panen di hampir seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1972 hingga 1973. 103 102 Wawancara dengan Ngadikan pada tanggal 11 Juni 2013 di Huta III Baja Dolok. Dalam bidang pertanian pemerintah juga menerapkan kebijakan baru berupa subsidi pupuk, 103 Pada tahun 1972-1973 terjadi krisis pengadaan beras akibat kegagalan panen, bersamaan dengan melonjaknya harga beras dunia. Pemerintah mengimport beras lebih dua kali lipat, dari 0,74 juta ton menjadi 1,66 juta ton di tahun 1973. Mengenai revolusi Hijau pemerintah Indonesia mendapat dukungan besar dari sumber-sumber pembiayaan anggaran pembangunan yaitu dari pinjaman hibah internasional dari Inter- Goverment Group on Indonesia IGGI dan pendapatan dari minyak bumi. Lihat Fauzi, op.cit., hlm. 164-165. Universitas Sumatera Utara kredit pertanian melalui Bimas dan Inmas, pembelian padi oleh pemerintah melalui penetapan harga dasar gabah yang ditunjukkan untuk membangun stok cadangan gabah nasional dan pengadaan serta perbaikan sarana irigasi. Keberhasilan yang telah dicapai oleh buruh eks-PKI seperti perbaikan ekonomi, mampu memberikan pengajaran agama terhadap anak-anak di Desa Baja Dolok, perbaikan pendidikan yang selanjutnya menciptakan counter bahwa mereka adalah eks-PKI. Prestasi yang telah diperoleh mereka dibidang perekonomian berpengaruh juga terhadap sendi-sendi kehidupan lainnya, tetapi tetap saja bahwa mereka menyandang status eks-PKI yang mempersulit mereka untuk mendapatkan pengakuan yang lebih.

5.3 Kehidupan Sosial-Budaya