Organisasi Buruh di Perkebunan

bangunan Belanda, meski disebahagian fisik bangunannya telah beberapa kali dilaksanakan rehabilitasi. RS.Balimbingan adalah eks PT.Perkebunan VIII sebelum bergabung dengan PTP.Nusantara IV Persero Ruangan rawat terdiri dari 10 bangsal ditambah 1 Unit ruangan Kelas I.Kapasitas tampung berkisar sampai 400 orang pasien yang dulunya diperuntukkan bagi seluruh karyawan kebun HVA di Kabupaten Simalungun. 41 Jaminan kesehatan juga diberikan kepada para buruh diperkebunan. Ini diberlakukan ketika terjadi kecelakaan kerja, istri melahirkan serta jaminan kesehatan untuk semua anaknya. Jaminan kesehatan untuk setiap anak berlaku sebelum tahun 1972, karena setelah itu terjadi pembatasan untuk jaminan kesehatan anak. 42

3.3 Organisasi Buruh di Perkebunan

Buruh selain bekerja di perkebunan mereka juga memiliki serikat sendiri untuk menampung segala aspirasi dan keluhan selama mereka selama bekerja di perkebunan. Serikat buruh - serikat buruh ini merupakan tempat untuk berpolitik bagi kelompok buruh, tetapi perjuangan serikat buruh adalah perjuangan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan langsung daripada para anggotanya, untuk perbaikan upah dan syarat-syarat kerja, suatu perjuangan yang terbatas pada soal-soal sosial ekonomi. Kesadaran yang diperoleh lewat aksi-aksi dan pemogokan-pemogokan belumlah mencapai tingkat kesadaran kelas yang sempurna, tetapi baru pada tingkat kesadaran pertentangan antara mereka sebagai buruh- upahan terhadap majikannya itu sendiri yang memeras tenaganya, tingkat kesadaran yang 41 http:ptpn4.co.id yang diunduh pada 25 Juni 2013 pukul 15:49 WIB. 42 Wawancara dengan Ngatemin pada tanggal 11 Juni 2013 di Huta III Baja Dolok. Universitas Sumatera Utara elementer, kesadaran yang masih terbatas untuk memperjuangkan nasibnya sendiri, nasib golongannya . Adapun organisasi buruh yang ada di perkebunan adalah Persatuan Karyawan Perkebunan Negara dan Pekebun PERKAPPEN, Sarikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia SARBUPRI, dan Gerakan Wanita Indonesia Gerwani. Pembentukan organisasi ini bersamaan dengan pemberian penampungan kepada para simpatisan serta pasukan-pasukan Republik, buruh perkebunan menjadi terorganisasi dan mengorganisasi diri di Sumatera Utara. Setelah kemerdekaan Agustus 1945, dibentuklah Barisan Buruh Indonesia BBI yang berpangkalan di Jawa, dan setahun kemudian munculah Sentra Organisasi Buruh Seluruh Indonesia SOBSI yang mewakili gerakan buruh yang berhaluan kiri. SARBUPRI merupakan sarikat pekerja yang paling banyak diikuti oleh buruh di perkebunan Dolok Sinumbah dibanding dengan PERKAPPEN dan Gerwani. SARBUPRI didirikan pada pertengahan tahun 1947 dan diperkirakan satu juta orang buruh perkebunan menjadi anggota SARBUPRI, hal ini yang mengakibatkan SARBUPRI menjadi serikat buruh terbesar yang melampaui serikat buruh lainnya di Indonesia. SARBUPRI membatasi usaha- usahanya pada pembangunan lasykar buruh dan pemberian dukungan terhadap hak-hak petani liar. Dan keunggulanya acap kali menjumpai tantangan dari serikat-serikat buruh tandingan dan federasi-federasi anti komunis. Menjelang 1949 serikat-serikat buruh “bermunculan bak jamur di musim penghujan” yang menampilkan diri di seluruh Universitas Sumatera Utara cultuurgebied, dengan hampir 50 serikat buruh baru yang dibentuk dalam jangka waktu 6 bulan. 43 SARBUPRI yang berada di bawah naungan SOBSI mampu menarik simpati para buruh di perkebunan. Di mana pada tahun 1950-an SOBSI mampu manaikkan gaji para buruh sebesar 30 dan menuntut agar pekerja diberi tempat tinggal yang layak, serta bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam internal manajemen perusahaan, tidak disukai, diganti dengan yang baik hati dan mengetahui urusan buruh. Lebih lagi, pola tempat tinggal para pekerja menguntungkan sekali untuk rapat-rapat umum dan arus informasi secara mudah dan dapat diakses, karena para buruh bertempat tinggal di dalam kelompok-kelompok perumahan perkebunan. Dalam lingkungan yang belum stabil dan penuh dengan emosi inilah anggota-anggota serikat buruh direkrut dengan cepatnya, dibina dengan seksama, dan dari keinginan mereka secara sendirilah secara aktif mereka terjun ke dalam kegiatan-kegiatan. 44 Kekuatan SARBUPRI didukung dengan berjalannya sistem kaderisasi dengan baik, pola perekrutan dilakukan secara intensif melalui diskusi yang meterinya dimulai dari pengenalan organisasi, pemetaan situasi politik-ekonomi, diantaranya menyangkut mengapa buruh selalu ditindas hingga penguatan ideologi. Sistem kaderisasi menghasilkan kader-kader 43 Ann Stoler, op.cit., hlm.213. 44 Ibid., hlm. 215. Universitas Sumatera Utara bagi organisasi, buruh terbaik dipilih untuk menjadi ketua SARBUPRI, sehingga pemimpin dalam serikat buruh tidak dihasilkan secara singkat. 45 Pemogokan dibawah pimpinan SARBUPRI pada bulan Agustus-September 1950 menghasilkan kenaikan yang besar upah minimum pekerja perkebunan dan pemogokan bulan September 1953 menghasikan kenaikan upah sebesar 30. Dalam tahun 1951 di sahkan undang-undang perburuhan yang memuat persetujuan perusahaan-perusahaan atas tujuh jam kerja sehari dan empat puluh jam kerja seminggu. 46 Di Pantai Sumatera SARBUPRI melancarkan kampanye untuk melenyapkan sisa-sisa terakhir perumahan barak, dan menuntut agar para pekerja diberi bahan material dan kesempatan waktu selama jam kerja yang dibayar untuk memperbaiki tempat tinggalnya. Tentang persoalan internal menjemen, SARBUPRI dengan efektif mendesak dikeluarkanya para mandor “yang tidak disukai” dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih baik hati dengan urusan buruh. Mengenai soal-soal kehidupan sehari-hari, atas kasus pembagian jatah beras berkualitas rendah atau pelecehan seksual terhadap pekerja perempuan oleh atasanya protes dilakukan secara teratur dan efektif-yang menurut seorang menejer asing dilakukan dengan kegigihan yang menakutkan. 47 Dengan usaha-usaha keras yang dilakukan oleh pihak SARBUPRI inilah para buruh yang sebelumya termasuk ke dalam organisasi PERKAPPEN lebih memilih untuk bergabung 45 Wawancara dengan Suratemin pada tanggal 30 Juni 2013 di Huta III Baja Dolok. 46 Ann Stoler, op.cit., hlm. 222. 47 Ibid., hlm. 223 Universitas Sumatera Utara dengan SARBUPRI. PERKAPPEN yang merupakan bentukan pihak perkebunan dianggap tidak terlalu memihak kepada buruh dan lebih condong ke pihak perkebunan. 48 Kondisi yang ada dianggap tidak menguntungkan bagi buruh pada saat itu, karena buruh menginginkan kenaikan upah dan perbaikan kehidupan kearah yang lebih baik. SARBUPRI yang pada awal pembentukannya merupakan organisasi yang banyak diminati oleh buruh perkebunan di Sumatera inilah yang menarik simpati para buruh yang ada di kebun Dolok Sinumbah, khusunya Afdeling VII dan Afdeling VIII. 49 Banyaknya bentuk nyata yang telah diperoleh setelah bergabung dengan SARBUPRI sehingga mengalami perubahan seperti kenaikan upah, pengembalian catu perkebunan yang buruk kualitasnya dan penggantian mandor-mandor yang semena-mena terhadap buruh. Hasil yang sedemikian ini membuat mayoritas buruh perkebunan yang ada di Afdeling VII dan Afdeling VIII bergabung menjadi anggota SARBUPRI dan meninggalkan PERKAPPEN. Di Afdeling VIII sendiri hanya 9 buruh yang tidak mau bergabung dalam organisasi SARBUPRI. 50 Pada pemilu tahun 1955 PKI mendapat tempat terhormat dan menduduki posisi nomor empat setelah PNI, Masyumi dan NU. Padahal PKI pada tahun 1948 mendapat predikat cacat sebagai partai yang baru melakukan kudeta, namun setelah pemilu partai ini mendapat 48 Wawancara dengan Ngadikan pada tanggal 16 Februari 2013 di Huta II Baja Dolok. 49 Ibid., 50 Ibid., Universitas Sumatera Utara dukungan terutama bagi petani dan buruh, hal ini karena pada saat itu keadaan ekonomi yang semakin membaik. SARBUPRI sebagai organisasi buruh di perkebunan yang merupakan onderbouw PKI ini semakin gencar melakukan kampanye di pihak perkebunan menjelang pemilu selanjutnya. Setiap anggota diiming-imingin siapa yang selalu mendukung dan setia kepada PKI akan dijadikan lurah. Janji-janji yang diberikan SARBUPRI tersebut membuat para buruh selalu medukung apa saja kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut. Namun setelah terjadinya peristiwa 30 September 1965, kehidupan organisasi ini benar-benar mati, karena orang-orang yang tergabung di dalamnya diberingus oleh pihak yang berkuasa. 51 Selain SARBUPRI dan PERKAPPEN, buruh di perkebunan ada juga yang tergabung dalam organisasi gerakan wanita Gerwani, namun jumlah buruh perempuan yang tergabung dalam organisasi ini hanya berjumlah 15 orang. Gerwani merupakan organisasi wanita terbesar di Indonesia, pada awalnya organisasi ini bernama Gerakan Wanita Indonesia Sedar Gerwis. 52 Gerwis berganti nama menjadi Gerwani setelah diadakan kongres II Gerwis pada tahun 1954, sejak saat itulah Gerwani menjadi organisasi wanita yang berorientasi pada 51 Wawancara dengan Lasimin pada tanggal 18 Mei 2013 di Huta III Baja Dolok. 52 Gerwis didirikan pada tanggal 4 Juni 1950 sebagai peleburan dari 7 organisasi wanita yaitu Rukun Putri Indonesia, Persatuan Wanita Sedar Surabaya dan Bandung, Gerakan Wanita Rakyat Indonesia, Perdjoangan Putri Republika Indonesia, Wanita Madura dan Persatuan Wanita Indonesia. Gerwis didirikan atas dasar dan pengertian dan keyakinan bahwa wanita mempunyai kepentingan dalam perjuangan anti penjajahan dalam bentuk dan corak apapun dengan tujuan untuk mengarahkan tenaga wanita dari berbagai golongan dan tingkatan seperti buruh dan tani sebagai tenaga pokok revolusi. Lihat Alex Dinuth, Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis, Intermasa: Jakarta, 1997, hlm. 234. Universitas Sumatera Utara penggalangan massa seluas-luasnya dan berjuang demi hak-hak wanita dan anak-anak. Tujuan dan tugas Gerwani adalah menghilangkan diskriminasi antara wanita dan pria dalam pembayaran upah, kesempatan kerja, perlindungan kerja, pendidikan dan perkawinan, termasuk dalam petunjuk-petunjuk tentang cara kaum wanita mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin tinggi dan hak-hak kaum wanita. 53 Di pondok perkebunan Afdeling VII dan Afdeling VIII aktivitas Gerwani lebih menekankan tentang persamaan gender antara perempuan dan laki-laki, juga tentang bagaimana mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan upah suami sebagai buruh perkebunan kecil dan seringkali tidak mencukupi semua kebutuhan hidup. Di bidang pendidikan para anggota Gerwani hanya ditekankan pada pengenalan baca tulis untuk memberantas buta huruf. 54 Perekrutan Anggota Gerwani berasal dari seluruh lapisan masyarakat yang berusia 16 tahun keatas baik yang belum atau sudah menikah dan untuk menjadi anggota Gerwani tidak perlu mengisi formulir ataupun tanda tangan karena anggota Gerwani di pondok ini hanya berpendidikan SD bahkan ada yang tidak pernah sekolahbuta huruf. Untuk itu mereka hanya membirakan stempel cap jempol. Kebayakan dari mereka ingin menjadi anggota Gerwani karena ingin sekedar bertemu dengan teman-teman dan tertarik dengan kegiatanya yang berisikan tentang kehidupan dalam rumah tangga. 55 53 Amurwani Dwi, op.cit., hlm. 44. 54 Wawancara dengan Miyem pada tanggal 30 Juni 2013 di Huta III Baja Dolok. 55 Ibid., Universitas Sumatera Utara Sama halnya dengan SARBUPRI, organisasi ini juga termasuk dalam organisasi terlarang pada masa Orde Baru. Setelah peristiwa G 30 S 1965 kegiatan Gerwani benar- benar terhenti, semua orang-orang tergabung ditangkap oleh pihak militer dan pihak yang memiliki kekuasaan pada saat itu. Universitas Sumatera Utara BAB IV MASA TRANSISI SEKITAR TAHUN 1965-1973

4.1 Peristiwa Gerakan 30 September 1965