agar dapat membantu siswa belajar Suparno, 1997. Di sini diandaikan bahwa pikiran manusia adalah suatu kotak hitam black box yang prosesnya tidak bisa
diketahui Souviney, dalam Marpaung, 2006 atau bejana kosong yang dapat diisi apa saja oleh siapa pun yang ingin mengisi. Konsekuensinya, semua pengetahuankonsep
matematika ditransfer oleh guru secara aktif kepada siswapelajar yang menerima secara pasif.
Sementara itu, dalam perspektif konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tapi kegiatan yang memungkinkan
siswa membangun pengetahuannya sendiri. Mengajar berarti partisipasi guru bersama pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan dan
bersikap kritis, serta mengadakan justifikasi. Menurut Glaserfeld dalam Suparno, 1997 mengajar adalah membantu orang berpikir secara benar dengan membiarkan ia
sendiri. Guru hanyalah berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik.
3. Pembelajaran
Berdasarkan pengertian belajar dan mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif behavioris, pembelajaran adalah kegiatan memindahkan
pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa. Peran siswa dalam pembelajaran sangat minimal, yaitu ia hanya mendengarkan, melihatmenonton, dan meniru apa
yang dikatakandikerjakandicontohkan oleh guru. Sementara itu, menurut perspektif konstruktivis, pembelajaran merupakan
kegiatan integral, utuh, dan terpadu antara siswa sebagai pembelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kegiatan ini, ada
hubungan antara guru dengan siswa, sehingga menimbulkan suasana yang bersifat pembelajaran. Siswa dalam suasana pembelajaran itu menjalani tahapan kegiatan
belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan guru. Namun, dalam pembelajaran masa kini, guru bukan hanya menggunakan suasana
yang bersifat pembelajaran, melainkan dianjurkan pula menggunakan komunikasi banyak arah agar siswa belajar aktif, sebagaimana diilustrasikan diagram berikut.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Belajar Banyak Arah
Dalam konteks semacam itu, siswa bukan hanya melakukan proses belajar dalam suasana komunikasi dua arah, melainkan juga dapat melakukannya dalam
komunikasi banyak arah. Jadi, hubungan tidak hanya terjadi antara seorang guru dengan siswa dan siswa dengan guru tetapi juga antara siswa dengan siswa lain.
B. Pembelajaran Matematika G
S
4
S
1
S
3
S
2
Keterangan: G : Guru pendidik
S : Siswa anak didik