KTSP dan Strategi Penyelesaian Masalah
kemampuan peserta didik. c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional e. Tuntutan dunia kerja.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dalam prakteknya, walaupun pemerintah sudah menganjurkan agar setiap sekolah menggunakan kurikulum ini, tetapi masih banyak guru menggunakan kurikulum 1996
yang lebih menekankan pada pendekatan lama atau konvensional, yang pada gilirannya banyak guru belum mampu mendorong siswa untuk menjalani proses
pembelajaran sesuai dengan hal-hal problematik dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisinya semacam itu, guru perlu mengadakan penyesuaian di
tingkat praktis, dalam konteks ini dengan menjalankan PMRI, supaya siswa dapat memecahkan masalah di kelas dalam kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-
hari. Untuk itu, guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir sebagai proses penyelesaian masalah. Berpikir merupakan proses yang
dinamis dalam menggunakan akal untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Suryabrata 1995:54 berpikir adalah proses penggunaan akal
melalui tiga tahap, yaitu: 1 pembentukan pengertian, 2 pembentukan pendapat, dan 3 penarikan kesimpulan. Cooney dalam Tambunan, 1987:7.5 menyatakan
bahwa penyelesaian masalah itu dapat dilakukan melalui penerimaan masalah dan berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menyelesaikan masalah adalah
menemukan suatu cara yang belum diketahui, menemukan cara untuk keluar dari
kesulitan, menemukan cara melalui rintangan, memperoleh suatu keinginan atau tujuan, dan lain-lain Polya, 1980:1.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Cooney dalam Tambunan, 1987:7.5 menyatakan bahwa pembelajaran tentang penyelesaian masalah adalah proses di
mana guru mendorong siswa untuk berani menerima masalah dan membimbing mereka menyelesaikan masalah itu.
Ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam melaksanakan strategi penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum Menyajikan masalah dalam bentuk umum adalah aktivitas yang melibatkan
kemampuan untuk melihat dan menemukan masalah. Sepanjang sejarah pengetahuan, orang harus mengajukan pertanyaan masalah sebelum bisa
menyelesaikan masalah. Pada umumnya, cara terbaik menemukan masalah adalah dengan sedikit spekulasi, mengajukan pertanyaan, menyumbangkan
pemikiran, mengembarakan pikiran, dan berpikir divergen. Sudah barang tentu, dengan sedikit spekulasi akan menghasilkan lebih banyak penemuan
pernyataan salah dari pernyataan benar dan hal ini sangat wajar. Adapun yang diberikan dan dilakukan guru di kelas harus dapat merangsang siswa untuk
belajar berpikir mengenai bagaimana belajar learning how to learn dan belajar berpikir mengenai bagaimana berbuat learning how to do.
b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional Penyajian kembali masalah dalam bentuk yang dapat diselesaikan juga
termasuk tugas yang sulit. Penyajian kembali masalah itu digunakan untuk mendapatkan strategi atau langkah untuk menyelesaikannya.
c. Menentukan prosedur atau langkah-langkah menyelesaikan masalah Beberapa langkah dalam menentukan prosedur menyelesaikan masalah di
antaranya adalah: 1 Menentukan apa yang diberikan atau apa yang diketahui.
2 Menentukan apa yang akan ditemukan. 3 Menentukan aktivitas apa yang dapat menuntun kita menuju penemuan
informasi baru. d. Menyelesaikan masalah
Menyelesaikan masalah adalah memperoleh jawaban untuk masalah. e. Memeriksa dan mengevaluasi langkah penyelesaian, menganalisis langkah
dalam proses penyelesaiannya, dan mengevaluasi untuk menentukan hasil yang diperoleh oleh siswa.
Adakalanya siswa memerlukan daya dorong internal dalam pembelajaran matematika sebagai salah satu bidang bagi latihan pemecahan masalah. Untuk itu,
siswa memerlukan apa yang disebut sebagai minat. Menurut Winkel 1996: 188, minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik terhadap
bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajarinya. Di sini, minat belajar timbul karena ada perhatian terus-menerus. Karena itu, untuk
menimbulkan minat belajar siswa, guru sebaiknya berusaha untuk menimbulkan perhatian siswa terhadap materi tertentu. Menurut Slamet dalam Suharno dkk., 2000:
107, minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus
dan disertai rasa senang. Sementara itu, Muhibbin Syah 2002: 151 mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dan kegairahan tinggi atau keinginan besar
terhadap sesuatu. Akhirnya, menurut Wistherington 1999: 135, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, suatu soal atau suatu situasi mempunyai
sangkut paut dengan dirinya. Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa unsur penting dalam minat adalah perasaan senang, perhatian, kesadaran dan kemauan.
Dalam proses belajar-mengajar, minat yang ada di dalam diri siswa akan sangat besar pengaruhnya karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, ia cenderung merasakan tidak adanya daya tarik dan tidak menemukan kesenangan dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik dan senang mempelajari materi pelajaran dengan perhatian dan penuh
kemauan serta diiringi kesadaran demi keberhasilan proses belajar.