c Memungkinkan guru menghadapi murid dalam jumlah  banyak   dan
jika perlu menyajikan materi pengajaran yang banyak pula.
2 Kelemahan metode ceramah a Guru  tidak  dapat  dengan  mudah  mengetahui  sampai  di  mana siswa
memahami apa yang dipelajari. b Menempatkan siswa pada posisi belajar mendengar dan mencatat.
c Cenderung  merupakan  proses  satu  arah  dengan  siswa-siswa  yang berperanan pasif.
d Berlangsung menurut kecepatan guru dan bukan kecepatan siswa. e Membuat  siswa  cenderung  akan  menerima  guru  sebagai  pihak  yang
mutlak benar, sehingga cenderung pula tergantung kepada guru. b. Metode Tanya-Jawab
Tanya  jawab  merupakan  metode  mengajar  yang  memungkinkan  terjadinya komunikasi  langsung  yang  bersifat  dua  arah  karena  pada  saat  yang  sama
terjadi  dialog  antara  guru  dan  siswa  Sudjana,  1989.  Pada  Buku  Petunjuk Pelaksanaan  Proses  Belajar  untuk  SMU,  disebutkan  bahwa  metode  tanya
jawab  adalah  suatu  cara  mengajar  atau  penyajian  materi  melalui  pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki siswa menentukan nilai materi atau
bahan demi maksud tertentu. Siswa diminta mengemukakan pendapat tentang suatu  masalah.  Agar  dapat  menilai  atau  membuat  keputusan,  siswa
mengumpulkan kriteria-kriteria yang jelas terlebih dahulu. Kriteria-kriteria ini
dapat berbeda antara siswa  yang  satu dengan siswa  yang  lain, sehingga akan diperoleh  jawaban  yang  berbeda-beda  pula.  Karena  itu,  pertanyaan  evaluasi
tidak  mempunyai  jawaban  benar  tunggal.  Kata  kerja  operasional  yang  biasa digunakan adalah membandingkan, mengkritik, membedakan, memilih antara,
mempertentangkan, dan membuktikan kebenaran.
1 Kelebihan metode tanya-jawab Hasibuan dan Moedjiono, 1995 a Menghemat  penggunaan  waktu  mengajar  di  kelas  karena  guru  bisa
menyampaikan buah pikirannya langsung pada sasaran. b Pertanyaan  dapat  membangkitkan  minat  dan  rasa  ingin  tahu  siswa
terhadap materi yang dibicarakan. c Pertanyaan mengembangkan pola berfikir dan belajar aktif siswa yang
bersangkutan. d Pertanyaan merangsang siswa berfikir dan memusatkan perhatian.
e Pertanyaan  dapat  mengurangi  proses  lupa  karena  siswa  sendirilah yang terlibat dalam proses pembelajaran.
f Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2 Kelemahan metode tanya-jawab a Dapat  menimbulkan  penyimpangan  pembicaraan,  apalagi  jika  siswa
memberi  jawabanmengajukan  pertanyaan  yang  bisa  menimbulkan beberapa masalah baru, lalu menyimpang dari pokok masalah.
b Bisa  menghambat  cara  berfikir  siswa  bila  guru  kurangtidak  mampu
membawakan  tanya  jawab  dengan  baik,  misalnya  guru  meminta jawaban  yang  persis  seperti  yang  ia  kehendaki  dan  jika  tidak  maka
akan dinilai salah Sriyono dkk, 1992. c Tidak mungkin melibatkan seluruh siswa dalam satu kelas selama satu
jam pelajaran. d Siswa  bisa  dicekam  rasa  takut  ketika  diberi  pertanyaan  atau  disuruh
menjawab pertanyaan. e    Kalau  urutan  pertanyaan  diberikan  berdasarkan  nomor  absen,  siswa
yang  sudah  mendapatkan  giliran  atau  masih  jauh  dari  giliran  tidak akan  berfikir  lagi  atau  belum  tentu  ikut  berfikir  karena  gilirannya
sudah  lewat  atau  masih  jauh.  Suasana  ini  dapat  membuat  isi  kelas menjadi ramai.
2. Pendekatan konstruksionis
Menurut  perspektif  konstruktivis, pembelajaran  matematika  merupakan pembelajaran  yang  memberi  siswa  kesempatan  untuk  mengkonstruksi  konsep  atau
prinsip  matematika  dengan  kemampuan  sendiri  melalui  proses  internalisasi.  Guru dalam  proses  pembelajaran  ini  berperan  sebagai  fasilitator.  Menurut  Davis  1996,
pandangan  konstruktivis  dalam  pembelajaran  matematika  berorientasi  pada  hal-hal sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui asimilasi atau akomodasi. b. Dalam pengerjaan matematika, tiap langkah siswa dihadapkan kepada apa.
c. Informasi  baru  harus  dikaitkan  dengan  pengalamannya  tentang  dunia  lewat
kerangka logis  yang mentransformasi, mengorganisasi,  dan menginterpre-tasi pengalamannya.
d. Pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yang mereka katakan atau tulis.
Dalam  perspektif  teori  kontruktivisme,  pengetahuan  merupakan  konstruksi bentukan  dari  mereka  yang  mengetahui.  Konsekuensinya,  dalam  pembelajaran,
termasuk pembelajaran matematika, siswa haruslah aktif mengolah informasi apa pun menjadi  pengetahuan.  Tentu  saja  pembelajaran  ini  dengan  bantuanbimbingan  guru
atau  orang  lain  yang  lebih  mengetahui,  sementara  guru  menjadi  fasilitator  belajar Marpaung, 2007:3.
3. Pendidikan Matematika Realistik PMR
Pendidikan  Matematika  Realistik  PMR  memberi  siswa  kesempatan  untuk menemukan  kembali  dan  mengonstruksi  konsep-konsep  matematika  berdasarkan
masalah  realistik  yang  diberikan  guru.  Situasi  realistik  masalah  itu  memungkinkan siswa  menggunakan  cara-cara  informal  untuk  menyelesaikan  masalah  itu.  Cara-cara
informal  siswa  yang  merupakan  produksi  siswa  memegang  peranan  penting  dalam penemuan  kembali  dan  mengonstruksikan  konsep.  Hal  ini  berarti  informasi  yang
diberikan  kepada  siswa  sudah  berhasil  dikaitkan  dengan  skema  atau  jaringan representasinya.  Melalui  interaksi  kelas,  keterkaitan  skema  siswa  itu  akan  menjadi
lebih  kuat,  sehingga  pengertian  siswa  mengenai  konsep  yang  mereka  konstruksi sendiri menjadi kuat. Pembelajaran PMR akan memiliki kontribusi sangat tinggi pada
siswa. PMR  Realistic  Mathematics  Education—RME  dikembangkan  pertama  kali
oleh  Freudenthal  Institute di  Belanda.  RME  memandang  matematika  harus berhubungan  dengan  realitas  yang  dekat  dengan  kehidupan  siswa  dan  kehidupan
masyarakat setempat. Freudenthal dalam Uyangor, 2006 menyatakan bahwa: Dua  di  antara  inti pandangan  pentingnya  RME  adalah  bahwa  matematika
harus  terhubung dengan  realitas  dan  matematika  sebagai  aktivitas  manusia. Pertama,  matematika  haruslah  dekat  dengan  anak-anak  dan  relevan  dengan
berbagai  situasi  kehidupan  sehari-hari.  Akan  tetapi,  kata  ‘realistik’  bukan mengacu  pada  dunia  nyata,  melainkan  juga  mengacu  pada  berbagai  situasi
masalah yang  riil  pada  pikiran  siswa.  Siswa  dihadapkan  pada  masalah  riil, yang  berarti  dunia  riil  bisa  menjadi  konteks  pembelajaran,  tapi  tidak  harus.
Situasi  masalah  dalam  pembelajaran  itu  dapat  pula  dilihat  sebagai  aplikasi atau  modeling.  Kedua,  gagasan  matematika  sebagai  aktivitas  manusia  itu
ditekankan.  Pendidikan  matematika  tersusun  sebagai  satu  proses  reinvensi terbimbing guided  reinvention,  yaitu  siswa  bisa  mengalami  proses  yang
serupa  dibandingkan  dengan  proses  ditemukannya  matematika.  Arti  dari penemuan invention  adalah  tahap-tahap  pada  proses-proses  pembelajaran
sementara  arti  dari  terbimbing adalah  lingkungan  pengajaran  dari  proses pembelajaran.  Misalnya,  sejarah  matematika  dapat  digunakan  sebagai  satu
sumber  inspirasi  untuk  mendesain  pembelajaran  mata  pelajaran.  Selain  itu, prinsip  reinvensi  dapat  pula  terinspirasi  prosedur-prosedur  solusi  informal.
Strategi-strategi  informal  siswa  sering  dapat  ditafsirkan  sebagai  prosedur- prosedur  yang  lebih  formal.  Pada kasus  ini,  proses  reinvensi  menggunakan
konsep matematisasi sebagai pedoman.
Dengan demikian, pendidikan matematika realistik PMR bukan semata-mata berarti  berhubungan  dengan  dunia  nyata,  melainkan  juga  berkaitan  dengan  situasi
atau masalah siswa yang dapat digambarkan oleh siswa itu sendiri.
a. Prinsip-prinsip Realistic Mathematics Education
Menurut  Van  den  Heuvel-Panhuizen  dalam  Marpaung,  1996,  di  antara