dan kontribusi penerimaan BPHTB terhadap pendapatan asli daerah, dan dalam penelitian ini juga dilihat pengaruh jumlah penduduk dalam penelitian ini dilihat
dari jumlah penduduk yang sudah menikah yang diharapkan mampu memoderasi hubungan antara efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan
BPHTB dengan Pendapatan Asli Daerah, apakah mampu memperkuatmemperlemah hubungan diantara efektivitas pemungutan dan
kontribusi penerimaan BPHTB dengan PAD.
5.2.1. Efektivitas Pemungutan BPHTB Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB
Berpengaruh Terhadap PAD.
Dari output SPSS, hasil uji Anova diperoleh F
hitung
= 25,528 3,32 dan signifikan pada 0,000
α = 0,05, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2
kontribusi penerimaan BPHTB secara simultan berpengaruh terhadap PAD. Dari output SPSS pada model summary, diperoleh nilai R square sebesar
0,607 hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB mempunyai hubungan yang kuat dengan PAD,
dan nilai adjusted R square sebesar 0,584. Hal ini menunjukkan bahwa 58,4 variasi variabel Y PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen X1
efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB, sedangkan sisanya 41,6 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak
dimasukkan kedalam model regresi. Nilai koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB
Universitas Sumatera Utara
memiliki kemampuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah.
Dari hasil output SPSS, hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 0,000 α =
0,005 dan t
hitung
= 6,683 t
tabel
= 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya efektivitas pemungutan BPHTB berpengaruh secara
signifikan terhadap PAD. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB berpengaruh signifikan secara parsial terhadap PAD. Jadi
semakin tinggi tingkat efektivitas pemungutan BPHTB maka akan semakin tinggi pula tingkat PAD. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmani
2008, yang menyatakan bahwa efektivitas pemungutan pajak daerah berpengaruh secara parsial terhadap PAD.
Dari hasil output SPSS, hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X2 kontribusi pene
rimaan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,05 dan t
hitung
= -6,245 t
tabel
= 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya kontribusi penerimaan BPHTB berpengaruh negatif
signifikan terhadap PAD. Artinya adanya kontribusi penerimaan BPHTB akan diikuti penurunan PAD.
Secara teoritis kondisi tersebut tidak sesuai. Seharusnya kontribusi penerimaan BPHTB akan mendorong kenaikan penerimaan daerah yang artinya
peningkatan PAD. Namun dari hasil penelitian terhadap 9 Kecamataan Di Kabupaten Aceh Barat daya ini dalam 2 tahun pengamatan, memang terdapat
kontribusi penerimaan BPHTB yang tidak diikuti kenaikan penerimaan PAD. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diduga terdapat faktor lose dari
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan penerimaan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Artinya adanya kontribusi penerimaan BPHTB yang mencerminkan kenaikan
PAD namun tidak diikuti kesadaran untuk membayar pajak yang lebih banyak. Atau sistem pemungutan pajak yang tidak efisien sehingga potensi pajak belum
dapat diterima oleh pemerintah daerah. juga dapat diduga bahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif masyarakat dalam
berproduksi. Pengaruh yang negatif atas kontribusi penerimaan BPHTB selain
dikarenakan kurangnya kontribusi yang diberikan oleh BPHTB, hal ini disebabkan juga dikarenakan pengalihan Pajak BPHTB dari pajak pusat menjadi
pajak daerah, sehingga tidak adanya lagi dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah, jadi berapa pun penerimaan BPHTB yang
dihasilkan daerah itu yang akan dijadikan realisasi penerimaan BPHTB, selain itu penyebab yang paling kuat berpengaruh negatif signifikannya kontribusi
penerimaan BPHTB terhadap PAD adalah ketimpangan yang sangat besar pada penerimaan BPHTB dengan PAD, adanya kenaikan tiap semester penerimaan
BPHTB dan PAD, akan tetapi kenaikan penerimaan BPHTB tiap semester tidak sebanding dengan kenaikan PAD tiap semesternya, yang tiap semester kenaikan
penerimaan PAD sangat besar, sedangkan kenaikan penerimaan BPHTB tiap semester hanya mengalami kenaikan yang kecil atau sedikit, bahkan mengalami
penurunan di semester berikutnya. Seperti yang terjadi pada kecamatan Blangpidie pada tahun 2012 di
semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 24.638.906, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 21.825.408, kecamatan Lembah
Universitas Sumatera Utara
Sabil di semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 9.188.912, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 8.847.730, kecamatan
Setia di semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 2.122.833, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 1.855.701. Tidak hanya
dilihat dari jumlah penerimaan yang menurun, dari hasil persentasi kontribusi penerimaan BPHTB pun mengalami penurunan dan fluktuatif. Oleh sebab itu
hasil statistik pengaruh kontribusi penerimaan BPHTB terhadap PAD berpengaruh negatif signifikan. Hasil penelitin ini tidak sejalan dengan penelitian
Gomies dan Pattiasina 2011 yang menyatakan bahwa kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD.
Berdasarkan tabel penerimaan efektivitas BPHTB, dapat diketahui tingkat efektivitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 untuk selanjutnya dapat
dikategorikan pada tingkat tertentu yaitu: tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif, atau bahkan sangat efektif. Pada kecamatan Babahrot,
menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 47,27, 57,16,
36,94, 50,56, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif.
Pada kecamatan Blangpidie, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut
yaitu sebesar 38,82, 40,07, 45,63, 40,42, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012
termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Jeumpa, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II
Universitas Sumatera Utara
tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 6,91, 11,60, 14,79, 20,71, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB
dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Kuala Batee, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011
sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 78,91, 81,15, 57,04, 62,83, hal ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas
pemungutan BPHTB kecamatan Kuala Batee fluktuatif. Tingkat pemungutan yang paling tinggi pada semester II tahun 2011 yaitu 81,15 yang termasuk
dalam kategori cukup efektif, dan tingkat efektivitas yang paling rendah pada kecamatan Kuala Batee pada semester I tahun 2012 yaitu 57,04 yang termasuk
dalam kategori tidak efektif. Pada kecamatan Lembah Sabil, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun
2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 43,76, 42,13, 31,31, 41,83, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari
tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Manggeng, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011
sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 24,36, 25,05, 17,12, 19,08, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat
efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Setia, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari
semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 15,61, 13,64, 8,07, 10,54, hal ini menunjukkan bahwa
secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Susoh, menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 47,27, 53,10, 56,59, 69,36, , hal
ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan BPHTB kecamatan Susoh fluktuatif. Tingkat pemungutan yang paling tinggi pada semester II tahun 2012
yaitu 69,36 yang termasuk dalam kategori kurang efektif, dan tingkat efektivitas yang paling rendah pada kecamatan Susoh pada semester I tahun 2011 yaitu
47,27 yang termasuk dalam kategori tidak efektif. Pada kecamatan Tangan- Tangan, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011
sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 18,69, 20,99, 16,87, 17,87, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat
efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif.
Dari hasil persentase efektivitaf pemungutan BPHTB dapat disimpulkan tingkat efektifitas yang paling tinggi terdapat pada kecamatan Kuala Batee dengan
tingkat efektifitas 81,15 pada semester II tahun 2011 dan masuk dalam kategori cukup efektif, dan tingkat efektifitas yang paling rendah terdapat pada kecamatan
Jeumpa yaitu 6,91 pada semester I tahun 2011 dan masuk dalam kategori tidak efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas
pemungutan BPHTB pada Kabupaten Aceh Barat Daya mengalami fluktuasi dan dari semua persentase tingkat efektivitas pemungutan BPHTB pada kabupaten
Aceh Barat Daya masih dalam kategori tidak efektif. Hal ini di duga disebabkan karena belum dilaksanakannya secara keseluruhan peraturan-peraturan yang telah
diterbitkan oleh Undang-Undang tentang pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Apabila peraturan tersebut telah dilaksanakan tingkat
Universitas Sumatera Utara
efektivitas pemungutan BPHTB akan mengalami kenaikan apalagi di barengi dengan potensi daerah yang besar. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dan Ardiyanto 2012 yang mengemukakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya tingkat efektivitas
pemungutan BPHTB stetelah dilakukannya pengalihan BPHTB dari pusat ke daerah yang dimulai pada 1 januari 2011 mengalami kenaikan dari tahun-tahun
sebelumnya yaitu 154 yang termasuk dalam kategori sangat efektif, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Semarang sudah melaksanakan
pemungutan dengan sangat baik dan sudah menjalankan peraturan yang telah di buat sesuai dengan Undang-Undang tentang pengalihan BPHTB dari pajak pusat
menjadi pajak daerah, sehingga pemungutan BPHTB yang pertama kali dilakukan oleh Kota Semarang yaitu pada tahun 2011 dianggap sangat baik karena telah
melebihi target yang sudah ditentukan. Dengan kata lain pengelolaan penerimaan BPHTB yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang memiliki prospek yang baik.
Berdasarkan hasil perhitungan kontribusi penerimaan BPHTB, dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar terdapat pada kecamatan Kuala Batee yaitu
sebesar 5,85 pada semester I tahun 2011, dan yang terendah terdapat pada kecamatan Setia yaitu sebesar 0,37 pada semester I tahun 2012. Sedangkan rata-
rata kontribusi penerimaan BPHTB adalah sebesar 1,5711 yang menurut kriteria berarti sangat kurang atau rendah. Hal ini dikarenakan BPHTB merupakan
pengalihan dari pajak pusat ke daerah yang baru dilaksanakan pada 1 januari 2011, yang dulunya BPHTB merupakan pajak pusat yang masuk dalam
komponen Dana Perimbangan, dimana pada saat masih menjadi pajak pusat meskipun kontribusi BPHTB terendah akan tetapi akan ada lagi dana
Universitas Sumatera Utara
perimbangan dari pusat yang membuat kontribusi menjadi besar sedangkan pada penelitian ini BPHTB sudah menjadi pajak daerah sehingga kontribusi
penerimaan BPHTB kecil, hal ini diduga disebabkan kurangnya potensi BPHTB di Kabupaten Aceh Barat Daya dan belum dilaksanakan dengan sepenuhnya
Undang-Undang tentang peraturan pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fauzan dan Ardiyanto 2012 yang mengatakan bahwa kontribusi penerimaan BPHTB mengalami penurunan dan fluktuatif. Dengan demikian
sumbangan atau manfaat yang diberikan oleh penerimaan BPHTB terhadap PAD Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011-2012 sangat kurang. Akan tetapi
Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan BPHTB saja, karena masih terdapat penerimaan pendapatan lainnya yang dapat mempengaruhi
PAD.
5.2.2. Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating Mampu