2.1.1.1. Pajak Daerah
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat UU Nomor : 28 tahun 2009, pasal 1 ayat-10. Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal 2008 : 44
mengatakan, pajak sebagai sumber pendapatan adalah salah satu instrumen yang sangat penting dalam desentralisasi fiskal, karena mencerminkan seberapa besar
otoritas pendapatan yang dimiliki suatu tingkat pemerintahan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemberian kewenangan untuk mengadakan
pemungutan pajak selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang berlaku secara umum, juga harus mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan
yang berlaku secara umum, juga harus mempertimbangkan ketepatan suatu pajak sebagai pajak daerah.
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Terkait dengan pendapatan pajak yang berbeda bagi provinsi dan kabupatenkota
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Ada 2 jenis pendapatan pajak yaitu: pajak untuk provinsi dan pajak untuk untuk kabupatenkota menurut Halim 2012 : 101.
Jenis Pajak Provinsi Terdiri Dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Pajak kendaraan di air;
Universitas Sumatera Utara
c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; d. Bea balik nama kendaraan di air;
e. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; f. Pajak Air Permukaan; dan
g. Pajak Rokok. Jenis Pajak KabupatenKota terdiri atas:
a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C;
g. Pajak lingkungan; h. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
i. Pajak Parkir; j. Pajak Sarang Burung Walet;
k. Pajak Bumi dan Bangunan; dan l. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pendapatan BPHTB
dibagikan ke daerah dengan pola distribusi sebagai berikut: 1 80 merupakan bagian daerah yang dibagikan kepada daerah provinsi dan kabupatenkota dengan
porsi: a 16 untuk daerah provinsi yang bersangkutan, dan b 64 untuk daerah kabupatenkota penghasil. 2 20 merupakan bagian pemerintah pusat dan
Universitas Sumatera Utara
dibagikan kepada seluruh kabupatenkota dengan porsi yang sama. Dengan demikian, seluruh pendapatan BPHTB yang dipungut oleh pemerintah pusat pada
dasarnya diserahkan kepada daerah melalui mekanisme Dana Bagi Hasil. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak BPHTB akan sepenuhnya menjadi pajak daerah. Dengan pengalihan ini diharapkan BPHTB akan menjadi salah satu