Analisis Regresi Deskriptif Sampel Penelitian Efektivitas Pemungutan BPHTB Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB

4.6.3. Analisis Regresi

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama 1 dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Dimana : Y = Pendapatan Asli Daerah a = Konstanta b 1 = Koefisien Regresi X 1 b 2 = Koefisien Regresi X 2 X 1 = Efektivitas BPHTB X 2 = Kontribusi BPHTB e = error Teknik anlisis yang dipergunalan untuk menguji hipotesis dua 2 adalah metode statistik regresi interaksi atau Moderated Regression Analysis MRA yang merupakan pengembangan dari analisis regresi linier berganda, seperti persamaan berikut : Model I : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3Z + e Model II : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 Z + b 4 X 1 Z + b 5 X 2 Z + e Dimana : a = Konstanta b 1 -b 5 = Koefisien Regresi X 1 X 1 = Efektivitas BPHTB X 2 = Kontribusi BPHTB Z = Jumlah Penduduk Universitas Sumatera Utara X 1 Z= Interaksi antara Efektivitas Pemungutan BPHTB dengan Jumlah Penduduk X 2 Z= Interaksi antara Kontribusi Penerimaan BPHTB dengan Jumlah Penduduk E = Error

4.6.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji F uji signifikansi simultan dan uji t uji signifikansi individual parsial. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : Efektivitas Pemungutan BPHTB dan Kontribusi Penerimaan BPHTB berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. H 2 : Jumlah Penduduk sebagai variabel moderating mampu memperkuatmemperlemah hubungan antara Efektivitas Pemungutan BPHTB dan Kontribusi Penerimaan BPHTB dengan Pendapatan Asli Daerah.

4.6.4.1. Koefisien Determinasi R²

Koefisien determinasi R² bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol Ghozali,2005. Universitas Sumatera Utara

4.6.4.2. Uji Statistik F

Menurut Kuncoro 2001 Uji statistik F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan pengaruh variabel independeh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian uji statistik F adalah sebagai berikut: Apabila nilai Signifikan F hitung l ebih rendah dibandingkan dengan α yang digunakan 5 maka dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama variasi variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen dalam model yang digunakan, demikian juga sebaliknya, apabila F hitung lebih besar d ari α yang digunakan 5. a. Tolak Ho, terima Ha jika probabilitas sig. α = 0,05 b. Terima Ho, tolak Ha jika probabilitas sig. α = 0,05

4.6.4.3. Uji Statistik t

Menurut Kuncoro 2001 Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh berpengaruh satu vriabel independen secara individual parsial dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai t- hitung lebih besar dari pada t- tabel dapat disimpulkan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 5 α = 0,05. Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut: a. Tolak Ho, terima Ha jika, probabilitas Sig. α = 0.05 b. Terima Ho, tolak Ha jika, probabilitas Sig α = 0.05 Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian

Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat, yaitu laporan Realisasi Anggaran tahun 2011 sd 2012, untuk 2 tahun pengamatan. Dari laporan tahunan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah, realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan Jumlah Penduduk. Data diperoleh dari Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah DPKKD, Kantor Penjabat Pembuat Akta Tanah PPAT dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Populasi pada penelitian ini berjumlah 9 kecamatan.

5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian

Berdasarkan data cross section sebanyak 9 kecamatan dengan time series menggunakan data prognosis 4 semester atau 2 tahun pengamatan maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian pada Tabel 5.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic XI 36 6.91 81.15 35.6681 20.46586 X2 36 .37 5.85 1.5711 1.10064 Z 36 2406.00 6404.00 4412.3889 1378.55532 Y 36 182.00 5306.00 1100.3611 1083.63400 Valid N listwise 36 Sumber : Lampiran – 3

5.1.2.1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Dari 36 tiga puluh enam unit analisis yang disertakan pada penelitian ini, diperoleh rata-rata penerimaan PAD sebesar Rp 1.100.361.111, standar deviasi sebesar sebaran data sebesar Rp 1.083.633.966. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang tertinggi sebesar Rp 5.306.200.203,- diperoleh Kecamatan Blangpidie pada tahun 2012 semester 2 kedua dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang terendah sebesar Rp 182.250.000,- diperoleh Kecamatan Setia pada tahun 2011 semester 1 pertama. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Data Pendapatan Asli Daerah No Kecamatan 2011 2012 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 1 Babahrot 480.927.807 601.500.100 951.023.100 2.312.005.227 2 Blangpidie 1.350.798.200 1.765.805.000 3.360.975.000 5.306.200.203 3 Jeumpa 221.781.600 354.521.300 650.672.140 717.020.615 4 Kuala Batee 429.200.000 743.925.000 1.457.092.000 1.523.102.251 5 Lembah Sabil 245.844.600 428.398.000 776.281.000 852.074.234 6 Manggeng 428.325.500 571.345.000 865.231.000 1.016.380.340 7 Setia 182.250.000 260.875.054 540.484.221 621.231.372 8 Susoh 1.020.350.250 1.230.488.000 2.281.580.200 3.620.430.220 9 Tangan-Tangan 368.800.870 499.700.200 676.742.400 911.801.120 Jumlah 4.728.278.827 6.456.557.654 11.560.081.061 16.880.245.582

5.1.2.2. Realisasi Efektifitas BPHTB

Dari 36 tiga puluh enam unit analisis yang disertakan pada penelitian, diperoleh rata-rata penerimaan BPHTB sebesar Rp 35.6681, standar deviasi sebaran data sebesar Rp 20.46586. Persentase penerimaan BPHTB yang tertinggi sebesar 81.15 diperoleh Kecamatan Kuala Batee pada tahun 2011 semester 2 kedua, dan persentase penerimaan BPHTB yang terendah sebesar 6.91 diperoleh Kecamatan Jeumpa pada tahun 2011 semester 1 pertama. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Efektivitas BPHTB No Kecamatan 2011 2012 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 1 Babahrot 47.27 57.16 36.94 50.56 2 Blangpidie 38.82 40.07 45.63 40.42 3 Jeumpa 6.91 11.60 14.79 20.71 4 Kuala Batee 78.91 81.15 57.04 62.83 5 Lembah Sabil 43.76 42.13 31.31 41.83 6 Manggeng 24.36 25.05 17.12 19.08 7 Setia 15.61 13.64 8.07 10.54 8 Susoh 47.27 53.1 56.59 69.36 9 Tangan-Tangan 18.69 20.99 16.87 17.87 Rata – Rata 35,73 38,32 31,60 37,02 Sumber : Lampiran – 1

5.1.2.3. Realisasi Kontribusi BPHTB

Dari 36 tigs puluh enam unit analisis yang disertakan pada penelitian, diperoleh rata-rata penerimaan Kontribusi BPHTB sebesar Rp 1.571.100, standar deviasi sebesar Rp 1.100.640. Persentase penerimaan Kontribusi BPHTB yang tertinggi sebesar 5.85 diperoleh Kecamatan Kuala Batee pada tahun 2011 semester 1 pertama, dan persentase penerimaan Kontribusi BPHTB yang terendah sebesar 0.37 diperoleh Kecamatan Setia pada tahun 2012 semester 1 pertama. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Kontribusi BPHTB No Kecamatan 2011 2012 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 1 Babahrot 2,73 2,64 1,78 1,00 2 Blangpidie 1,43 1,13 0,73 0,41 3 Jeumpa 1,78 1,87 1,03 1,31 4 Kuala Batee 5,85 3,47 1,98 2,08 5 Lembah Sabil 3,74 2,07 1,30 1,59 6 Manggeng 1,13 0,87 0,80 0,76 7 Setia 1,16 0,71 0,37 0,42 8 Susoh 2,42 2,25 1,35 1,04 9 Tangan-Tangan 1,10 0,92 0,75 0,59 Rata - Rata 2,37 1,77 1,12 1,02 Sumber : Lampiran – 2

5.1.2.4. Jumlah Penduduk

Variabel jumlah penduduk ini merupakan orang yang bertempat tinggal dan menetap dalam wilayah pada setiap kecamatan yang merupakan wilayah yuridiksi kabupaten Aceh Barat Daya. Indikator yang digunakan pada variabel Jumlah Penduduk ini adalah warga yang telah menikah dan tercatat pada kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hitungan pada penelitian ini hanya pada kepala keluarga, bukan total seluruh penduduk. Dari 36 tiga puluh enam unit analisis yang disertakan pada penelitian, diperoleh rata-rata jumlah penduduk 4412.39, standar deviasi sebesar 1378.55. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tertinggi sebesar 6.404 orang kepala keluarga berada pada Kecamatan Susoh pada tahun 2012 semester 2 kedua, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang terendah sebesar 2.406 berada pada Kecamatan Setia pada tahun 2011 semester 1 pertama. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Data Jumlah Penduduk No Kecamatan 2011 2012 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 1 Babahrot 4.963 5.020 5.129 5.158 2 Blangpidie 6.034 6.154 6.208 6.259 3 Jeumpa 2.879 2.997 3.129 3.199 4 Kuala Batee 5.541 5.621 5.799 5.853 5 Lembah Sabil 2.980 3.101 3.210 3.298 6 Manggeng 3.952 4.031 4.197 4.265 7 Setia 2.406 2.554 2.599 2.687 8 Susoh 6.259 6.299 6.376 6.404 9 Tangan-Tangan 3.491 3.532 3.591 3.671 Jumlah 38.505 39.309 40.238 40.794

5.1.3. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi pada penelitian ini akan digunakan untuk melakukan peramalan, sebuah model yang baik adalah dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin. Di samping menemukan model yang paling tepat, sebelum model pada penelitian ini digunakan, sudah seharusnya memenuhi beberapa asumsi klasik, antara lain: uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Data yang akan dilakukan pengujian sebelumnya dinormalkan dengan logaritma natural.

5.1.3.1. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinieritas pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen pada model. Model regresi yang baik seharusya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Nilai cut off yang umumnya digunakan untuk menunjukkan Universitas Sumatera Utara tidak adanya mulitikolonieritas apabila nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Tabel 5.6. Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model T Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant -3.688 .001 LNXI 2.456 .020 .234 4.265 LNZ 5.395 .000 .376 2.662 LNX2Z -5.827 .000 .372 2.687 a. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 8 Setelah dilakukan uji statistik terdapat multikolonieritas pada beberapa variabel oleh sebab itu salah satu cara untuk menghilangkan multikoloniearitas yaitu melakukan tranformasi variabel yaitu dapat dilakukan dengan bentuk logaritma natural. Sehingga setelah dilakukan uji statistik kembali, hasil uji statistik, menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang tersisa yaitu LNX1, LNZ, LNX2Z yang signifikan terhadap Y dan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Demikian juga hasil perhitungan Variance Inflation Factor VIF tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Akan tetapi adanya variabel di keluarkan yang disebut dengan excluded variabel yaitu, dua variabel lainnya LNX2, LNX1Z tidak signifikan terhadap Y atau terdapat masalah multikolonieritas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari model regresi yang digunakan tidak terjadi multikolonieritas. Universitas Sumatera Utara

5.1.3.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Tabel 5.7. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .847 a .718 .691 601.98109 2.119 a. Predictors: Constant, LNX2Z, LNZ, LNXI b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 8 Setelah dilakukan uji autokorelasi, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,119 yang menyatakan du = 1,7987 d = 2,119 4 – du 1,7987 = 2,2013.

5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1. Sumber : Lampiran - 8 Grafik scatterplots diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, yang mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting. Semakin sedikit jumlah pengamatan, maka semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plots. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil yaitu uji glejser pada tabel 5.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Standardized T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -3112.904 2248.285 -1.385 .176 LNXI -291.161 187.164 -.515 -1.556 .130 LNZ 635.471 303.557 .547 2.019 .074 LNX2Z -89.790 125.345 -.188 -.716 .479 a. Dependent Variable: AbsUi Sumber : Lampiran – 9 Hasil uji glejser menunjukkan bahwa signifikansi variabel independen pada persamaan regresi tidak signifikan secara statistik LNX1 = 0,130 α = 0,05, LNZ = 0,074 α = 0,05, LNX2Z = 0,479 α = 0,05 maka asumsi homokedastisitas pada data model regresi tidak dapat ditolak. Dari grafik scatterplot dan uji glejser dapat disimpulakn bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

5.1.3.4. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual pada model regresi berdistribusi normal. Uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual harus mengikuti distribusi normal, dan apabila asumsi ini tidak terpenuhi maka penggunaan model regresi untuk prediksi menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Universitas Sumatera Utara Uji statistik untuk menguji normalitas residual pada penelitian ini dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov 1-sample K-S test. Tabel 5.9. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 36 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 5.75604021E2 Most Extreme Differences Absolute .173 Positive .173 Negative -.123 Kolmogorov-Smirnov Z 1.036 Asymp. Sig. 2-tailed .233 a. Test distribution is Normal. Sumber : Lampiran - 8 Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,036, dan tidak signifikan pada α = 0,05 asymp. Sig = 0,233 0,05. Dengan demikian model regresi memenuhi asumsi normalitas.

5.1.4. Analisis Regresi

5.1.4.1. Analisis Regresi Berganda Pengujian Hipotesis Pertama H1

Pengujian Asumsi klasik yang telah dilakukan terhadap persamaan regresi menyimpulkan bahwa persamaan tersebut berdistribusi normal dan layak digunakan sebagai model persamaan matematis. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Hasil Uji Hipotesis Pertama H1 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 677.460 241.252 2.808 .008 X1 50.543 7.563 .955 6.683 .000 X2 -878.274 140.625 -.892 -6.245 .000 a. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran - 4 Berdasarkan uji koefisien regresi dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 677.460 + 50.543X1 - 878.274X2 + e Persamaan regresi tersebut koefisien regresi dari efektivitas pemungutan BPHTB X1 menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif sebesar 50.543, artinya apabila X1 meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan naik sebesar 50.543 jika variabel kontribusi penerimaan BPHTB dianggap konstan. Sementara itu koefisien kontribusi penerimaan BPHTB X2 menunjukkan nilai koefisien regresi yang negatif sebesar -878.274, artinya apabila nilai X2 meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan turun sebesar -878.274 jika variabel efektivitas pemungutan BPHTB konstan. Nilai konstanta sebesar 677,460, artinya apabila variabel efektivitas pemungutan BPHTB X1 dan kontribusi penerimaan BPHTB X2 sama dengan konstan, maka penerimaan PAD adalah sebesar 677,460. Universitas Sumatera Utara

5.1.4.1.1. Koefisien Deteminasi R

2 Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tabel 5.11. Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin- 1 .779 a .607 .584 699.24940 1.703 a. Predictors: Constant, X2, XI b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 4 Dari output SPSS pada model summary, diperoleh nilai R square sebesar 0,607 hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB mempunyai hubungan yang kuat dengan PAD, dan nilai adjusted R square sebesar 0,584. Hal ini menunjukkan bahwa 58,4 variasi variabel Y PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB, sedangkan sisanya 41,6 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model regresi.

5.1.4.1.2. Uji Statistik F

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi Universitas Sumatera Utara penerimaan BPHTB secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi Y PAD atau variabel dependen. Tabel 5.12. Uji Statistik F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.496E7 2 1.248E7 25.528 .000 a Residual 1.614E7 33 488949.723 Total 4.110E7 35 a. Predictors: Constant, X2, XI b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 4 Dari output SPSS, hasil uji Anova diperoleh F hitung = 25,528 3,32 dan signifikan pada 0,000 α = 0,05, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB secara simultan berpengaruh terhadap PAD.

5.1.4.1.3. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB terhadap variabel dependen Y PAD. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.12. Uji Statistik t Coefficients a Model Unstandardized Standardized T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 677.460 241.252 2.808 .008 XI 50.543 7.563 .955 6.683 .000 X2 -878.274 140.625 -.892 -6.245 .000 a. Dependent Variable:Y Sumber : Lampiran – 4 Dari hasil output SPSS, hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,005 dan t hitung = 6,683 t tabel = 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya efektivitas pemungutan BPHTB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD. Tingkat signifikan X2 kontribusi penerimaan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,05 dan t hitung = -6,245 t tabel = 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya kontribusi penerimaan BPHTB berpengaruh negatif signifikan terhadap PAD.

5.1.4.2. Analisis Regresi Berganda Pengujian Hipotesis Kedua H2 dengan

MRA Berdasarkan uji asumsi klasik, yang telah dilakukan untuk uji regresi linier berganda dengan variabel moderating, untuk model I data berdistribusi normal, sedangkan untuk model II dikarenakan adanya terjadi korelasi antara variabel independen dilakukanlah transformasi variabel dengan logaritma natural. Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model Universitas Sumatera Utara regresi linier berganda dengan moderating, untuk mengetahui hubungan moderating antara variabel independen dengan variabel dependen. Ada dua model yang akan digunakan. Tabel 5.14. Hasil Uji Hipotesis Kedua H2 dengan MRA Model I Coefficients a Model Unstandardized Standardized T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -359.985 452.564 -.795 .432 X1 24.037 12.246 .454 1.963 .058 X2 -672.821 151.207 -.683 -4.450 .000 Z .376 .143 .479 2.631 .013 a. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran - 6 Berdasarkan uji koefisien regresi dihasilkan persamaan regresi model I sebagai berikut: Y = -359,985 + 24,037X1 – 672,821X2 + 0,376Z Nilai Y PAD diatas menunjukkan nilai estimasi, dimana koefisien X1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 24,037. Artinya, apabila nilai X1 efektivitas pemungutan BPHTB meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan naik sebesar 24,037. Jika variabel kontribusi penerimaan BPHTB dan jumlah penduduk dianggap konstan. Koefisien X2 kontribusi penerimaan BPHTB sebesar -672,821. Artinya, apabila nilai X2 kontribusi penerimaan BPHTB meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan turun sebesar -672,821. Jika variabel efektivitas pemungutan BPHTB dan jumlah penduduk dianggap konstan. Universitas Sumatera Utara Koefisien Z jumlah penduduk sebesar 0,376. Artinya, apabila nilai Z jumlah penduduk meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan naik sebesar 0,376. Jika variabel efektivitas pemungutan BPTHB dan kontribusi penerimaan BPHTB dianggap konstan. Nilai konstanta sebesar -359,985. Artinya, apabila nilai X1 efektivitas pemungutan BPHTB, X2 Kontribusi penerimaan BPHTB dan Z jumlah penduduk dalam model sama dengan nol, maka penerimaan PAD adalah sebesar -359,985. Jika variabel independen dianggap konstan. Tabel 5.15. Hasil Uji Hipotesis Kedua H2 dengan MRA Model II Coefficients a Model Unstandardizsed Standardized t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -14058.616 3812.322 -3.688 .001 LNX1 779.398 317.366 .476 2.456 .020 LNZ 2777.095 514.729 .827 5.395 .000 LNX2Z -1238.386 212.542 -.897 -5.827 .000 a. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 8 Berdasarkan uji koefisien regresi dihasilkan persamaan regresi model II, dikarenakan pada saat uji koefisisen regresi yang pertama terdapat adanya multikolonieritas, dan untuk memperbaiki multikolonieritas salah satu caranya yaitu dengan transformasi variabel dalam bentuk logaritma natural, sehingga pada saat output yang dihasilkan ada dua variabel yang di exclude yaitu LNX2 kontribusi penerimaan BPHTB dan LNX1Z interaksi antara efektivitas Universitas Sumatera Utara pemungutan BPHTB dengan jumlah pendudukmoderating 1, dan variabel yang dihasilkan dalam persamaan regresi model II sebagai berikut: Y = -14.058,616 + 779,398LNX1 + 2.777,095LNZ – 1.238,386LNX2Z + e Nilai Y PAD diatas menunjukkan nilai estimasi, dimana koefisien LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 779,398. Artinya, apabila nilai LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan naik sebesar 779,398. Jika variabel LNZ jumlah penduduk dan LNX2Z interaksi antara kontribusi penerimaan BPHTB dengan jumlah pendudukmoderating 2 dianggap konstan. Koefisien LNZ jumlah penduduk sebesar 2.777,095. Artinya, apabila nilai LNZ jumlah penduduk meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan naik sebesar 2.777,095. Jika variabel efektiviats pemungutan BPHTB dan moderating 2 dianggap konstan. Koefisien LNX2Z moderating 2 sebesar -1.238,386. Artinya, apabila nilai LNX2Z moderating 2 meningkat sebesar 1, maka nilai Y PAD akan turun sebesar -1.238,386. Jika variabel efektivitas pemungutan BPHTB dan jumlah penduduk dianggap konstan. Nilai konstanta sebesar -14.058,616. Artinya, apabila nilai LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB, LNZ jumlah penduduk dan LNX2Z moderating 2 dalam model sama dengan nol, maka penerimaan PAD adalah sebesar -14.058,616. Jika variabel independen dianggap konstan. Universitas Sumatera Utara

5.1.4.2.1. Koefisien Deteminasi R

2 Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tabel 5.16. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of Durbin- 1 .823 a .677 .647 643.85276 1.742 a. Predictors: Constant, Z, X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran - 6 Dari output SPSS model I pada model summary, diperoleh nilai R square sebesar 0,677 hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pemungutan BPHTB X1, kontribusi penerimaan BPHTB X2 dan jumlah penduduk Z mempunyai hubungan yang kuat dengan PAD, dan nilai adjusted R square sebesar 0,647. Hal ini menunjukkan bahwa 64,7 variasi variabel Y PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB, X2 kontribusi penerimaan BPHTB dan Z jumlah penduduk, sedangkan sisanya 35,3 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model II Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of Durbin- 1 .847 a .718 .691 601.98109 2.119 a. Predictors: Constant, LNX2Z, LNZ, LNXI b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 8 Dari output SPSS model II pada model summary, diperoleh nilai R square sebesar 0,718 hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pemungutan BPHTB LNX1, jumlah penduduk LNZ dan moderating 2 LNX2Z mempunyai hubungan yang kuat dengan PAD, dan nilai adjusted R square sebesar 0,691. Hal ini menunjukkan bahwa 69,1 variasi variabel Y PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB, LNX2Z moderating 2 dan LNZ jumlah penduduk, sedangkan sisanya 30,9 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model regresi.

5.1.4.2.2. Uji Statistik F

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB, LNX2Z moderating 2 dan LNZ jumlah penduduk secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Hasil Uji Statistik F Model I ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.783E7 3 9277902.794 22.381 .000 a Residual 1.327E7 32 414546.373 Total 4.110E7 35 a. Predictors: Constant, Z, X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran - 6 Dari output SPSS model I, hasil uji Anova diperoleh F hitung = 22,381 2,92 dan signifikan pada 0,000 α = 0,05, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X1 efektivitas pemungutan BPHTB, X2 kontribusi penerimaan BPHTB dan Z jumlah penduduk secara simultan berpengaruh terhadap PAD. Tabel 5.19. Hasil Uji Statistik F Model II ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.950E7 3 9834330.896 27.138 .000 a Residual 1.160E7 32 362381.238 Total 4.110E7 35 a. Predictors: Constant,LNX2Z, b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran – 8 Dari output SPSS model II, hasil uji Anova diperoleh F hitung = 27,138 2,92 dan signifikan pada 0,000 α = 0,05, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, Universitas Sumatera Utara dengan demikian dapat disimpulkan bahwa LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB, LNZ jumlah penduduk dan LNX2Z moderating 2 secara simultan berpengaruh terhadap PAD.

5.1.4.2.3. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB, LNX2Z moderating 2 dan LNZ jumlah penduduk berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen Y PAD. Dari hasil output SPSS model I dapat dilihat pada tabel 5.14., hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 0,058 α = 0,05 dan t hitung = 1,963 t tabel = 2,037, keputusannya Ho diterima Ha ditolak, maka kesimpulannya efektivitas pemungutan BPHTB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD. Tingkat signifikan X2 kontribusi penerim aan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,05 dan t hitung = -4,450 t tabel = 2,037, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya kontribusi penerimaan BPHTB berpengaruh negatif signifikan terhadap PAD. Tingkat signifikan Z jumlah penduduk sebesar 0,0 13 α = 0,05 dan t hitung = 2,631 t tabel = 2,037, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD. Dari hasil output SPSS pada tabel 5.15., hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen LNX1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 0,020 α = 0,05 dan t hitung = 2,456 t tabel = 2,037, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya efektivitas pemungutan BPHTB Universitas Sumatera Utara berpengaruh secara signifikan terhadap PAD. Tingkat signifikan LNZ jumlah penduduk sebesar 0,000 α = 0,05 dan t hitung = 5,395 t tabel = 2,037, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap PAD. Tingkat signifikan LNX2Z moderating 2 se basar 0,000 α = 0,05 dan thitung = -5,827 2,037, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya moderating 2 berpengaruh negatif siginifkan terhadap PAD, dan jumlah penduduk mampu memoderasi hubungan antara kontribusi penerimaan BPHTB dengan Pendapatan Asli Daerah.. Selanjutnya jumlah penduduk bukan variabel moderating antara variabel-variabel independen tersebut terhadap variabel independennya yaitu PAD. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikan variabel LNX1Z moderating 1 dan LNX2Z moderating 2 hanya satu yang memiliki nilai signifikan jauh dibawah 0,05 yaitu variabel LNX2Z moderating 2 sedangkan LNX1Z moderating 1 tidak signifikan dan dikeluarkan dalam persamaan atau di exclude. Oleh karena itu jumlah penduduk bukan variabel moderating. Suatu variabel dikatakan moderating jika interaksinya antara variabel independen menunjukkan nilai yang signifikan. Tabel 5.20. Excluded Variables b Model Beta In t Sig. Partial Correlation Collinearity Statistics Toleranc VIF Minimum 1 LNX2 . a . . . .000 . .000 LNXIZ . a . . . .000 . .000 a. Predictors in the Model: Constant, LNX2Z, LNZ LNX1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Lampiran - 8 Universitas Sumatera Utara Hasil uji di atas merupakan hasil dari uji analisis regresi berganda dengan moderating untuk model II, yang merupakan variabel yang dikeluarkan dari dalam persamaan, karena variabel LNX2 dan LNX1Z tidak signifikan dan tidak mempengaruhi PAD. Berdasarkan pengujian tersebut terdapat beberapa variabel yang merupakan excluded variables yakni LNX2 dan LNX1Z.

5.2. Pembahasan

Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan langkah maju yang dilakukan oleh Indonesia dalam penataan sistem perpajakan nasional. Efektivitas kebijakan pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek wilayah dan aspek pendapatan. Dari aspek wilayah, pengalihan BPHTB dipandang berhasil apabila seluruh atau sebagian besar kabupatenkota dapat memungut BPHTB mulai 1 januari 2011. Dari aspek pendapatan, pengalihan BPHTB dapat dikatakan berhasil apabila seluruh atau sebagian besar potensi BPHTB terpungut. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang efektifitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan jumlah penduduk sebagai variabel moderating. Dalam penelitian akan dilihat seberapa besar efektivitas pemungutan BPHTB apalagi setelah dilakukannya pengalihan terhadap pajak BPHTB dari pusat ke daerah, dan dilihat juga seberapa besar kontribusi penerimaan BPHTB setelah dilakukannya pengalihan pajak BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Apakah pengalihan pajak ini akan makin meningkatkan efektivitas pemungutan BPHTB Universitas Sumatera Utara dan kontribusi penerimaan BPHTB terhadap pendapatan asli daerah, dan dalam penelitian ini juga dilihat pengaruh jumlah penduduk dalam penelitian ini dilihat dari jumlah penduduk yang sudah menikah yang diharapkan mampu memoderasi hubungan antara efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB dengan Pendapatan Asli Daerah, apakah mampu memperkuatmemperlemah hubungan diantara efektivitas pemungutan dan kontribusi penerimaan BPHTB dengan PAD.

5.2.1. Efektivitas Pemungutan BPHTB Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB

Berpengaruh Terhadap PAD. Dari output SPSS, hasil uji Anova diperoleh F hitung = 25,528 3,32 dan signifikan pada 0,000 α = 0,05, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB secara simultan berpengaruh terhadap PAD. Dari output SPSS pada model summary, diperoleh nilai R square sebesar 0,607 hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB mempunyai hubungan yang kuat dengan PAD, dan nilai adjusted R square sebesar 0,584. Hal ini menunjukkan bahwa 58,4 variasi variabel Y PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB dan X2 kontribusi penerimaan BPHTB, sedangkan sisanya 41,6 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. Nilai koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB dan kontribusi penerimaan BPHTB Universitas Sumatera Utara memiliki kemampuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah. Dari hasil output SPSS, hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X1 efektivitas pemungutan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,005 dan t hitung = 6,683 t tabel = 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya efektivitas pemungutan BPHTB berpengaruh secara signifikan terhadap PAD. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB berpengaruh signifikan secara parsial terhadap PAD. Jadi semakin tinggi tingkat efektivitas pemungutan BPHTB maka akan semakin tinggi pula tingkat PAD. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmani 2008, yang menyatakan bahwa efektivitas pemungutan pajak daerah berpengaruh secara parsial terhadap PAD. Dari hasil output SPSS, hasil uji statistik t diperoleh, tingkat signifikan variabel independen X2 kontribusi pene rimaan BPHTB sebesar 0,000 α = 0,05 dan t hitung = -6,245 t tabel = 2,035, keputusannya Ho ditolak Ha diterima, maka kesimpulannya kontribusi penerimaan BPHTB berpengaruh negatif signifikan terhadap PAD. Artinya adanya kontribusi penerimaan BPHTB akan diikuti penurunan PAD. Secara teoritis kondisi tersebut tidak sesuai. Seharusnya kontribusi penerimaan BPHTB akan mendorong kenaikan penerimaan daerah yang artinya peningkatan PAD. Namun dari hasil penelitian terhadap 9 Kecamataan Di Kabupaten Aceh Barat daya ini dalam 2 tahun pengamatan, memang terdapat kontribusi penerimaan BPHTB yang tidak diikuti kenaikan penerimaan PAD. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diduga terdapat faktor lose dari Universitas Sumatera Utara pengumpulan penerimaan pajak yang seharusnya bisa diperoleh pemerintah. Artinya adanya kontribusi penerimaan BPHTB yang mencerminkan kenaikan PAD namun tidak diikuti kesadaran untuk membayar pajak yang lebih banyak. Atau sistem pemungutan pajak yang tidak efisien sehingga potensi pajak belum dapat diterima oleh pemerintah daerah. juga dapat diduga bahwa sistem pajak ataupun tarif pajak yang diterapkan menjadi disinsentif masyarakat dalam berproduksi. Pengaruh yang negatif atas kontribusi penerimaan BPHTB selain dikarenakan kurangnya kontribusi yang diberikan oleh BPHTB, hal ini disebabkan juga dikarenakan pengalihan Pajak BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah, sehingga tidak adanya lagi dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah, jadi berapa pun penerimaan BPHTB yang dihasilkan daerah itu yang akan dijadikan realisasi penerimaan BPHTB, selain itu penyebab yang paling kuat berpengaruh negatif signifikannya kontribusi penerimaan BPHTB terhadap PAD adalah ketimpangan yang sangat besar pada penerimaan BPHTB dengan PAD, adanya kenaikan tiap semester penerimaan BPHTB dan PAD, akan tetapi kenaikan penerimaan BPHTB tiap semester tidak sebanding dengan kenaikan PAD tiap semesternya, yang tiap semester kenaikan penerimaan PAD sangat besar, sedangkan kenaikan penerimaan BPHTB tiap semester hanya mengalami kenaikan yang kecil atau sedikit, bahkan mengalami penurunan di semester berikutnya. Seperti yang terjadi pada kecamatan Blangpidie pada tahun 2012 di semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 24.638.906, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 21.825.408, kecamatan Lembah Universitas Sumatera Utara Sabil di semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 9.188.912, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 8.847.730, kecamatan Setia di semester I jumlah penerimaan BPHTB Rp. 2.122.833, sedangkan pada semester II mengalami penurunan penerimaan yaitu Rp. 1.855.701. Tidak hanya dilihat dari jumlah penerimaan yang menurun, dari hasil persentasi kontribusi penerimaan BPHTB pun mengalami penurunan dan fluktuatif. Oleh sebab itu hasil statistik pengaruh kontribusi penerimaan BPHTB terhadap PAD berpengaruh negatif signifikan. Hasil penelitin ini tidak sejalan dengan penelitian Gomies dan Pattiasina 2011 yang menyatakan bahwa kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD. Berdasarkan tabel penerimaan efektivitas BPHTB, dapat diketahui tingkat efektivitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 untuk selanjutnya dapat dikategorikan pada tingkat tertentu yaitu: tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif, atau bahkan sangat efektif. Pada kecamatan Babahrot, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 47,27, 57,16, 36,94, 50,56, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Blangpidie, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 38,82, 40,07, 45,63, 40,42, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Jeumpa, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II Universitas Sumatera Utara tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 6,91, 11,60, 14,79, 20,71, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Kuala Batee, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 78,91, 81,15, 57,04, 62,83, hal ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan BPHTB kecamatan Kuala Batee fluktuatif. Tingkat pemungutan yang paling tinggi pada semester II tahun 2011 yaitu 81,15 yang termasuk dalam kategori cukup efektif, dan tingkat efektivitas yang paling rendah pada kecamatan Kuala Batee pada semester I tahun 2012 yaitu 57,04 yang termasuk dalam kategori tidak efektif. Pada kecamatan Lembah Sabil, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 43,76, 42,13, 31,31, 41,83, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Manggeng, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 24,36, 25,05, 17,12, 19,08, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Setia, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 15,61, 13,64, 8,07, 10,54, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Pada kecamatan Susoh, menunjukkan Universitas Sumatera Utara tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 47,27, 53,10, 56,59, 69,36, , hal ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan BPHTB kecamatan Susoh fluktuatif. Tingkat pemungutan yang paling tinggi pada semester II tahun 2012 yaitu 69,36 yang termasuk dalam kategori kurang efektif, dan tingkat efektivitas yang paling rendah pada kecamatan Susoh pada semester I tahun 2011 yaitu 47,27 yang termasuk dalam kategori tidak efektif. Pada kecamatan Tangan- Tangan, menunjukkan tingkat efektivitas mulai dari semester I-II tahun 2011 sampai semester I-II tahun 2012 secara berturut-turut yaitu sebesar 18,69, 20,99, 16,87, 17,87, hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektifitas pemungutan BPHTB dari tahun 2011-2012 termasuk pada kategori tidak efektif. Dari hasil persentase efektivitaf pemungutan BPHTB dapat disimpulkan tingkat efektifitas yang paling tinggi terdapat pada kecamatan Kuala Batee dengan tingkat efektifitas 81,15 pada semester II tahun 2011 dan masuk dalam kategori cukup efektif, dan tingkat efektifitas yang paling rendah terdapat pada kecamatan Jeumpa yaitu 6,91 pada semester I tahun 2011 dan masuk dalam kategori tidak efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan BPHTB pada Kabupaten Aceh Barat Daya mengalami fluktuasi dan dari semua persentase tingkat efektivitas pemungutan BPHTB pada kabupaten Aceh Barat Daya masih dalam kategori tidak efektif. Hal ini di duga disebabkan karena belum dilaksanakannya secara keseluruhan peraturan-peraturan yang telah diterbitkan oleh Undang-Undang tentang pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Apabila peraturan tersebut telah dilaksanakan tingkat Universitas Sumatera Utara efektivitas pemungutan BPHTB akan mengalami kenaikan apalagi di barengi dengan potensi daerah yang besar. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dan Ardiyanto 2012 yang mengemukakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya tingkat efektivitas pemungutan BPHTB stetelah dilakukannya pengalihan BPHTB dari pusat ke daerah yang dimulai pada 1 januari 2011 mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 154 yang termasuk dalam kategori sangat efektif, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Semarang sudah melaksanakan pemungutan dengan sangat baik dan sudah menjalankan peraturan yang telah di buat sesuai dengan Undang-Undang tentang pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah, sehingga pemungutan BPHTB yang pertama kali dilakukan oleh Kota Semarang yaitu pada tahun 2011 dianggap sangat baik karena telah melebihi target yang sudah ditentukan. Dengan kata lain pengelolaan penerimaan BPHTB yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang memiliki prospek yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan kontribusi penerimaan BPHTB, dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar terdapat pada kecamatan Kuala Batee yaitu sebesar 5,85 pada semester I tahun 2011, dan yang terendah terdapat pada kecamatan Setia yaitu sebesar 0,37 pada semester I tahun 2012. Sedangkan rata- rata kontribusi penerimaan BPHTB adalah sebesar 1,5711 yang menurut kriteria berarti sangat kurang atau rendah. Hal ini dikarenakan BPHTB merupakan pengalihan dari pajak pusat ke daerah yang baru dilaksanakan pada 1 januari 2011, yang dulunya BPHTB merupakan pajak pusat yang masuk dalam komponen Dana Perimbangan, dimana pada saat masih menjadi pajak pusat meskipun kontribusi BPHTB terendah akan tetapi akan ada lagi dana Universitas Sumatera Utara perimbangan dari pusat yang membuat kontribusi menjadi besar sedangkan pada penelitian ini BPHTB sudah menjadi pajak daerah sehingga kontribusi penerimaan BPHTB kecil, hal ini diduga disebabkan kurangnya potensi BPHTB di Kabupaten Aceh Barat Daya dan belum dilaksanakan dengan sepenuhnya Undang-Undang tentang peraturan pengalihan BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dan Ardiyanto 2012 yang mengatakan bahwa kontribusi penerimaan BPHTB mengalami penurunan dan fluktuatif. Dengan demikian sumbangan atau manfaat yang diberikan oleh penerimaan BPHTB terhadap PAD Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011-2012 sangat kurang. Akan tetapi Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan BPHTB saja, karena masih terdapat penerimaan pendapatan lainnya yang dapat mempengaruhi PAD.

5.2.2. Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating Mampu

Dokumen yang terkait

Kajian Aspek Legal Pengenaan PPH Final Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dan BPHTB Terhadap Transaksi Leasing Tanah Dan Bangunan”

6 67 188

Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan

1 77 71

Mekanisme Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dalam Kaitannya Dengan Pendaftaran Hak Atas Tanah Atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

3 77 78

Analisis Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Serta Kontribusinya terhadap Pendapatan asli Daerah.

0 0 2

Analisis Efektivitas Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Serta Kontribusinya terhadap Pendapatan asli Daerah - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

Efektivitas Dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Di Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011

0 0 73

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah - Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating di Ka

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating di Kabupaten Aceh Barat Daya

0 0 9

Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating di Kabupaten Aceh Barat Daya

0 1 17

EFEKTIVITAS PENERIMAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013-2017 - UNS Institutional Repository

0 0 16