BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan sebelumnya maka diperoleh kerangka pemikiran untuk menganalisis Efektivitas Pemungutan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Jumlah Penduduk sebagai Variabel Moderating di
Kabupaten Aceh Barat Daya, maka kerangka konsep dari penelitian ini digambarkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN BPHTB
X1 PENDAPATAN ASLI
DAERAH Y
KONTRIBUSI PENERIMAAN BPHTB
X2
JUMLAH PENDUDUK Z
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas menyebutkan, perpajakan merupakan salah satu perwujudan kenegaraan, melalui proses pemungutan kepada
masyarakat yang bersifat memaksa dan harus diatur dalam bentuk undang-undang yang mengatur, sebagai dasar pengenaan. Pemerintah telah mengeluarkan
beberapa peraturan baik dalam bentuk undang-undang, maupun peraturan pelaksana lainnya yang berhubungan dibidang perpajakan dan retribusi.
Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang berkaitan dengan tugasnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan demi menjaga
proses pembangunan, pemerintah menetapkan pajak dan retribusi sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Bila melihat perkembangan penerimaan pajak
pada APBN maka tampak bahwa pajak telah menjadi primadona yang mendominasi penerimaan negara saat ini.
Dalam rangka peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak, pemerintah berupaya menggali potensi pajak seluas mungkin. Baik dengan cara
mencari dan menerapkan jenis pajak sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini. Berbagai jenis pajak diterapkan, mungkin pada waktu berikutnya
dihilangkan atau dihapus dengan berbagai pertimbangan, dan kemudian dipungut dan diberlakukan kembali. Salah satunya yang menjadi pembicaraan masyarakat,
yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengganti dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997. Perihal pengalihan wewenang pungutan BPHTB dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah sebagai mana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Bahwa, tujuan terbesar pengalihan BPHTB tidak lain untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan local taxing power Kabupaten dan Kota yang selama ini belum berjalan secara maksimal, walaupun lokalitas BPHTB berlokasi di daerah
Kabupaten dan Kota. Pengalihan BPHTB dari Pusat ke Daerah tidak hanya sebatas pemungutanpenagihan, melainkan juga pada pendataan, penilaian,
penetapan, pelayanan yang menyeluruh disamping pengadministrasian yang harus dilaksanakan daerah.
Dalam pengelolaan perpajakan dan penyelenggaraan pemerintahan dituntut adanya akuntabilitas dan transparansi terhadap publik. Mardiasmo 2006
menyatakan bahwa value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen utama yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi, merupakan perolehan masukan input dengan kualitas dan
kuantitas dengan harga tertentu. Ekonomi dapat diukur dengan membandingkan antara masukan yang terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Jika
dikaitakan dengan sektor publik, ekonomi dikaitkan dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir sumber daya yang digunakan,
dengan menghindari pegeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi, merupakan pencapaian keluaran output yang maksimum
dengan masukan tertentu dengan penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan keluaranmasukan
outputinput yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome
dengan output. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 perihal
mengenai pegalihan pungutan BPHTB dari pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah ini akan meningkatkan PAD atau malah sebaliknya.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi. Hal ini selanjutnya dapat mendorong
peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah
angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan perkapita masyarakat akan cenderung meningkat. Dengan adanya kecenderungan pertambahan penduduk
pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sukirno, 2003
3.2. Hipotesis Penelitian