Uji Autokorelasi Uji Hipotesis Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi Tabel 4.10

69 Gambar 4.3 Residual Plot Dari gambar 4.2 di atas terlihat grafik yang menunjukkan tidak ada pola jelas yang terbentuk. Titik-titik pada grafik menyebar di atas dan dibawah angkal nol sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan lainnya. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin- Watson. Uji Durbin-Watson mendeteksi autokorelasi dengan patokan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 70 1 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2 Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif. Tabel 4.10 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .990 a .981 .979 .00915 1.657 a. Predictors: Constant, DBH, PAD, DAK, DAU b. Dependent Variable: TKKD Sumber data : Diolah dari SPSS, 2016. Dari hasil pengolahan data di atas menunjukkan nilai statistik Durbin- Watson sebesar 1,657. Ini artinya tidak terdapat autokorelasi atau kesalahan pengganggu karena hasil uji DW berada pada nilai -2 sampai +2, maka hipotesis dapat diterima.

4.3 Uji Hipotesis

Pada pengujian hipotesis akan dilakukan pengujian analisis koefisien korelasi dan determinasi, pengujian koefisien regresi parsial secara menyeluruhbersama-sama atau simultan uji F dan uji signifikansi koefisien parsial secara individu uji t. Universitas Sumatera Utara 71

a. Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi Tabel 4.10

Koefisien Korelasi dan Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .990 a .981 .979 .00915 a. Predictors: Constant, DBH, PAD, DAK, DAU Sumber : Diolah dari SPSS, 2016. Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1. Koefisien determinasi merupakan suatu nilai proporsi yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen bebas yang digunakan dalam regresi dalam hal menerangkan variabel dependen terikat. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil mendekati nol menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas amat terbatas dalam hal menerangkan atau menjelaskan variabel terikat, sedangkan nilai koefisien determinasi yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas memiliki semua informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variabel terikat. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar R= 0,990, ini berarti bahwa korelasi atau hubungan antara Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Y dengan Pendapatan Asli Daerah X1, Dana Alokasi Umum X2, Dana Alokasi Khusus X3 dan Dana Bagi Hasil X4 cukup kuat yaitu dalam presentase sebesar 99 . Dikatakan cukup kuat karena nilai tersebut Universitas Sumatera Utara 72 melebihi atau lebih besar dari 0,5 atau 50 . Untuk nilai koefisien determinasinya adalah sebesar R 2 = 0,981. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa PAD, DAU, DAK dan DBH sebagai variabel bebas mampu menjelaskan ataupun mempengaruhi Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah secara simultan atau bersama-sama sebesar 98,1 dan sisanya 1,8 dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

b. Hasil Uji Signifikansi Simultan uji-F

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

2 7 98

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP TINGKAT Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Mod

4 22 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Modal (Stud

0 2 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi

0 2 17

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 8

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 20