Dana Bagi Hasil Tinjauan Pustaka .1 Keuangan Daerah

24 disinggung mengenai dana pendamping, dana tersebut wajib dianggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan. Daerah penerima DAK dapat melakukan optimalisasi penggunaan DAK dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAK dalam APBD. Optimalisasi dilakukan untuk kegiatan bidang DAK yang sama dan sesuai dengan petunjuk teknis. Dalam hal terdapat sisa DAK pada kas daerah saat tahun anggaran berakhir, daerah dapat menggunakan sisa DAK tersebut untuk mendanai kegiatan DAK pada bidang yang sama tahun anggaran berikutnya.

2.1.6 Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil diperoleh dari potensi-potensi daerah sebagai penerimaan Negara. Dana bagi hasil yang disalurkan oleh pemerintah pusat diharapkan dapat mendongkrak potensi daerah menjadi semakin meningkat dan daerah dapat merasakan bahwa hak atas pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing daerah diperhatikan oleh pemerintah pusat. Dana bagi hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam SDA. 1. Dana Bagi Hasil Pajak Prinsip dalam DBH pajak terbagi dalam tigal hal yaitu : i pengalokasian dilakukan dengan prinsip by origin daerah penghasil, ii penyaluran berdasarkan realisasi penerimaan, iii Dana Bagi Hasil PPh 21 didasarkan atas pemotong atau pemungut pajak di tempat di mana bendaharawan terdaftar Universitas Sumatera Utara 25 sebagai Wajib Pajak dan pasal 2529 WPOPDN berdasarkan domisili atau tempat usaha Wajib Pajak terdaftar. Prensentase pembagian DBH pajak dapat dlihat dalam tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Presentase Pembagian DBH Pajak NO JENIS DBH PROVINSI KABUPATEN KOTA PEMERATAAN 1 DBH PBB a.Bagi rata - 6,5 b.Insentif PBB - 3,5 c.Bagian Daerah 16,2 64,8 d.BP PBB 2 DBH PPh Pasal 21 dan Pasal 2529 8 8,4 3,6 kabkota dalam provinsi 3 DBH Cukai Hasil Tembakau 0,6 0,8 0,6 kabkota lainnya Sumber : djpk.depkeu.go.id Tahapan penetapan alokasi sementara DBH pajak adalah sebagai berikut : a. Direktorat Jenderal Pajak menetapkan rencana penerimaan PBB dan rencana penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 2529 paling lama 10 hari kerja setelah UU APBN ditetapkan dan rencan besaran insentif PBB pada akhir Bulan Maret tahun bersangkutan. b. berdasarkan rencana penerimaan PBB dan rencana penerimaan PPh, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK menghitung : • Alokasi sementara DBH PBB bagian pemerintah untuk kabupatenkota Universitas Sumatera Utara 26 • Alokasi sementara DBH PBB bagian daerah per sektor untuk provinsikabupatenkota • Alokasi sementara biaya pemungutan PBB bagian daerah per sektor untuk provinsikabupatenkota • Alokasi sementara DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 2529 untuk provinsikabupatenkota c. Jika rencana penerimaan PBB dan PPh tidak disampaikan tepat waktu, alokasi sementara dihitung berdasarkan data tahun sebelumnya d. Alokasi sementara DBH PBB dan DBH PPh ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 30 hari setelah diterimanya rencana penerimaan tersebut Tahap penetapan alokasi defenitif DBH pajak adalah sebagai berikut : a. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan prognosa realisasi penerimaan PBB, prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 2529 dan prognosa besaran insentif PBB paling lambat minggu pertama Bulan Oktober tahun anggaran bersangkutan b. Berdasarkan prognosa tersebut, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan perhitungan : • Alokasi defenitif DBH PBB bagian pemerintah terdiri dari DBH PBB bagian pemerintah yang dibagikan secara merata kepada seluruh kabupatenkota serta insentif PBB untuk kabupatenkota • Alokasi defenitif DBH PBB Migas dan Panas Bumi • Alokasi defenitif biaya pemungutan PBB Migas dan Panas Bumi Universitas Sumatera Utara 27 • Alokasi defenitif DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 2529 untuk provinsikabupatenkota c. Alokasi defenitif DBH PBB dan DBH PPh ditetapkan oleh Menteri Keuangan paling lambat Bulan Oktober tahun bersangkutan d. Dalam hal program realisasi penerimaan PBB dan PPh tidak disampaikan sesuai waktu, penyaluran tahap akhir DBH PBB dan PPh berdasarkan alokasi sementar. 2. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dalam pengalokasian Dana bagi hasil sumber daya alam dilakukan berdasarkan prinsip by origin dan penyalurannya berdasarkan realisasi penerimaan. Dasar-dasar hukum yang melandasi DBH SDA antara lain : • UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; • UU Nomor 21 Tahun 2001UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua; • UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh; • PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; • PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; • PMK Nomor 06PMK.072012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Jenis penerimaan DBH SDA bersumber dari : • Kehutanan, meliputi iuran izin usaha pemanfaatan hutan, provisi sumber daya hutan dan dana reboisasi; Universitas Sumatera Utara 28 • Pertambangan umum, meliputi iuran tetap dan iuran eksplorasi dan eksploitasi; • Perikanan, meliputi pungutan pengusahaan perikanan dan pungutan hasil perikanan; • Pertambangan minyak dan gas bumi, meliputi penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dan penerimaan negara dari pertambangan gas dan bumi setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya; dan • Pertambangan panas bumi, meliputi setoran bagian pemerintah dan iuran tetap serta iuran produksi. DBH SDA block grant , itu artinya penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, kecuali untuk DBH SDA kehutanan dana reboisasi untuk kegiatan rehabilitas hutan dan lahan serta alokasi 0,5 DBH SDA migas untuk tambahan anggaran pendidikan dasar.

2.1.7 Belanja Modal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

2 7 98

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP TINGKAT Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Mod

4 22 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Modal (Stud

0 2 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi

0 2 17

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 8

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Sumatera Utara

0 0 20