78
Tabel 4.15 Uji Signifikansi Simultan F Moderating
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.171 9
.019 214.715
.000
a
Residual .003
35 .000
Total .174
44 a. Predictors: Constant, DBH_BM, PAD, DAK_BM, DAU_BM, DAU, PAD_BM, DBH, DAK, BM
b. Dependent Variable: TKKD
Sumber : Diolah dari SPSS, 2016. Dari tabel 4.15 di atas didapatkan nilai uji F = 214,715 nilai kritis F
2,46. Dengan demikian, H0 ditolah H2 diterima. Ini artinya, secara simultan, PAD, DAU, DAK, DBH, Belanja Modal dan interaksi masing-masing variabel
independen berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera. Dengan kata dikatakan bahwa, secara simultan, Belanja
Modal mampu memoderasi hubungan PAD, DAU, DAK dan DBH terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
c. Hasil Uji Siginifikansi Parsial t Moderating
Selayaknya uji simultan F, uji signifikansi t juga berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen dalam hal ini
termasuk Belanja Modal beserta interaksinya secara individual parsial dalam menerangkan variabel dependennya. Dalam hal ini, apabila nilai uji t lebih besar
dari nilai kritis t dapat disimpulkan bahwa secara parsial masing-masing variabel dapat mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil pengolahan data melalui SPSS
didapatkan hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
79
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Parsial t Moderating
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .016
.125 .131
.896 PAD
1.419 .263
1.077 5.397
.000 DAU
-.039 .155
-.060 -.254
.801 DAK
-.301 .413
-.096 -.728
.472 DBH
.015 .137
.017 .106
.916 BM
-.121 .593
-.117 -.205
.839 PAD_BM
-.511 1.229
-.077 -.416
.680 DAU_BM
.249 .740
.158 .336
.739 DAK_BM
.993 1.629
.105 .609
.546 DBH_BM
-.270 .628
-.071 -.430
.670 a. Dependent Variable: TKKD
Sumber : Diolah dari SPSS, 2016. Dari tabel 4.16 di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut :
1. Nilai Konstanta sebesar 0,016, yang berarati bahwa apabila PAD, DAU, DAK, DBH, Belanja Modal dan interaksinya masing-masing bernilai nol, maka
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah tetap sebesar 0,016. 2. Nilai konstanta positif terlihat oada variabel PAD, DBH, interaksi DAU dengan
Belanja Modal dan interaksi DAK dengan Belanja Modal. Ini artinya, Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah akan meningkat seiring dengan meningkatnya
PAD, DBH, interaksi DAU dengan Belanja Modal dan interaksi DAK dengan Belanja Modal. Namun, Konstanta untuk DAU, DAK, Belanja Modal, interaksi
PAD dengan Belanja Modal dan interaksi DBH dengan Belanja Modal.
Universitas Sumatera Utara
80
Konstanta yang bernilai negative menandakan bahwa DAU, DAK, Belanja Modal, interaksi PAD dengan Belanja Modal dan interaksi DBH dengan
Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
3. Interaksi PAD dengan Belanja Modal memiliki nilai uji t = -416 nilai kritis t 2,023. Dengan demikian, H0 diterima H2 ditolak. Ini artinya, secara parsial,
Belanja Modal tidak mampu memoderasi hubungan PAD dengan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
4. Interaksi DAU dengan Belanja Modal memiliki nilai uji t = 0,336 nilai kritis t 2,023. Dengan demikian H0 diterima H2 ditolak. Ini artinya, secara parsial,
Belanja Modal tidak mampu memoderasi hubungan DAU dengan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
5. Interaksi DAK dengan Belanja Modal memiliki nilai uji t = 0,609 nilai kritis t 2,023. Dengan demikian H0 diterima H2 ditolak. Ini artinya, secara parsial,
Belanja Modal tidak mampu memoderasi hubungan DAK dengan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
6. Interaksi DBH dengan Belanja Modal memiliki nilai uji t = -430 nilai kritis t 2,023. Dengan demikian H0 ditolak H2 diterima. Ini artinya, secara parsial,
Belanja Modal tidak mampu memoderasi hubungan DBH dengan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada kota di Pulau Sumatera.
Universitas Sumatera Utara
81
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian