PengaruhObedience Pressure terhadap Audit Judgement

maisng perusahaan. Kondisi berlebihan yang diberikan kepada auditor bisa jadi berdampak kepada kepercayaan diri yang terlalu berlebih sehingga nantinya akan menurunkan kualitas audit judgement. Oleh karena itu dalam memberikan insentif kinerja dan dorongan atau motivasi kerja perlu adanya porsi atau takaran yang sewajarnya saja.

4.2.3 PengaruhObedience Pressure terhadap Audit Judgement

Tekanan Ketaatan adalah tekanan yang diterima auditor dari atasan maupun klien auditor dengan maksud agar auditor menjalankan perintah atau keinginan atasan atau klien. Pandangan ketaatan pada suatu kekuasaan dimana dalam teorinya dikatakan bahwa bawahan yang memiliki tekanan ketaatan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang memiliki perilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku tersebut terjadi karena bawahan merasa menjadi agen dari suatu sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh obedience pressure tekanan ketaatan terhadap audit judgement. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Jamilah et al. 2007, Chitra 2009, Rahmawati Hanny Yustrianthe 2012, dan Pritta Amina Putri dan Herry Laksito 2013 semakin besar tekanan ketaatan yang dihadapi oleh seorang auditor, maka logis jika semakin besar juga dilema yang dihadapi dan pada akhirnya kesalahan judgement yang dibuat auditor dapat terjadi, baik yang disengaja ataupun tidak, Universitas Sumatera Utara Kondisi ini menunjukkan bahwa auditor yang menerima perintah dari atasan dan tekanan dari yang diterima dari atasan atau klien mempengaruhi perubahan pengambilan keputusan dari pertimbangan- pertimbangan yang dilakukan oleh para auditor. Adanya perasaan tertekan untuk mengikuti perintah dari atasan dan akan berperilaku menyimpang dari standar professional. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada kenyataannya auditor tidak memiliki keberanian dan bersikap independen untuk tidak menaati perintah atasan dan keinginan klien apabla instruksi yang mereka berikan tidak tepat. Tekanan ketaatan yang diterima oleh auditor saat menjalankan tugas auditnya baik dari klien maupun dari atasan seringkali mempengaruhi profesionalisme seorang auditor, apakah harus menuruti perintah klien atau atasan demi menjaga hubungan yang baik dan melanggar standar etika profesi, atau harus melawan instruksi dari klien atau atasan dan tetap berpegang teguh pada standar etika profesi dengan risiko hubungan yang semakin memburuk. Oleh karena itu adanya obedience pressure tekanan ketaatan akan mempengaruhi hasil kualitas dari audit judgement dalam menghasilkan informasi. Kondisi ini yang menjadikan auditor secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. 4.2.4 PengaruhPerbedaan Gender terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating Universitas Sumatera Utara Pemahaman mengenai kompleksitas tugas audit yang berbeda dapat membantu para manajer membuat tugas lebih baik dan pelatihan pengambilan keputusan menjelaskan terdapat dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan stuktur tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur tugas terkait dengan kejelasan informasi information clarity. Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgement yang dibuat oleh auditor. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa task complexity kompleksitas tugas tidak memberikan pengaruh terhadap perbedaan gender dengan kualitas audit judgement, dimana task complexity kompleksitas tugas bukan sebagai variabel pemoderasi. Akan tetapi task complexity kompleksitas tugas memberikan pengaruh langsung terhadap kualitas audit judgement. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Chung and Monroe 2011, menjelaskan bahwa perempuan diduga lebih efektif dan efisien dalam memproses informasi-informasi disaat adanya tugas-tugas yang lebih kompleks dibandingkan laki-laki, karena perempuan memiliki kemampuan untuk mengintegritaskan dan membedakan kunci keputusan. Dalam pemrosesan informasi, laki-laki kurang mendalam saat menganalisis inti daripada suatu keputusan. Dalam penelitian ini task complexity kompleksitas tugas antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda karena memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Akan tetapi yang membedakan adalah Universitas Sumatera Utara bagaimana setiap auditor menyelesaikan audit sehingga menghasilkan kualitas Audit Judgement. Pada dasarnya tugas auditor yang dihadapinya merupakan tugas yang kompleks sehingga auditor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan tidak dapat membuat judgement profesional. Akibatnya judgement yang diambil oleh auditor tersebut menjadi tidak sesuai dengan bukti yang diperoleh. Hal ini terjadi baik auditor laki-laki maupun perempuan. 4.2.5 Pengaruh Incentive Performance terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating Kompleksitas Tugas adalah banyak dan beragamnya suatu tugas yang menjadikan tugas tersebut menjadi sulit dan membingungkan yang disertai dengan keterbatasan kemampuan atau keahlian dalam menyelesaikan tugas. Masing-masing auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda, dan saling terkait satu sama lainnya. Kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Kompleksitas tugas telah menjadi variabel penting dalam penelitian tentang penetapan tujuan, pengambilan keputusan, dan kinerja. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa performance incentivesinsentif kinerja terhadap audit judgement tidak di moderasi task complexity. Sama halnya dengan hipotesis 4 di atas dimana task complexity kompleksitas tugas bukan Universitas Sumatera Utara sebagai pemoderasi. Akan tetapi task complexity kompleksitas tugas memberikan pengaruh langsung terhadap kualitas audit judgement. Adanya performance incentivesinsentif kinerja yang diberikan kepada auditor baik dengan task complexity kompleksitas tugas yang tinggi maupun rendah sama saja. Pada dasanya performance incentivesinsentif kinerja adalah salah satu dari bentuk apresiasai yang diberkan perusahaan terhadap keseluruhan karyawan. Oleh karena itu baik dalam kondisi tinggi dan rendahnya kompleksitas tugas tidak akan mempengaruhi seberapa besar performance incentivesinsentif kinerja yang diberikan. Akan tetapi lebih kepada pemahaman dimana kompleksitas tugas yang tinggi dapat mempersulit judgement yang dibuat oleh auditor. Teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke juga menjelaskan bahwa auditor yang tidak mengetahui tujuan dan maksud dari tugasnya juga akan mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada suatu tugas yang kompleks. Auditor merasa bahwa tugas audit yang dihadapinya merupakan tugas yang kompleks sehingga auditor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan tidak dapat membuat judgement profesional. Sedangkan performance incentivesinsentif kinerja adalah sebagai wujud salah satu motivasi yang diberikan perusahaan supaya hasil kinerja yang dihasilkan akan optimal dan sesuai dengan performance incentivesinsentif kinerja yang telah diberikan. Akan tetapi performance incentivesinsentif kinerja tidak berlebihan, karena beberapa akan menurunkan tingkat kualitas kinerja. Universitas Sumatera Utara Hasil penlitian ini bertolak bertolak belakang dengan penelitian Bonner dan Sprinkle 2002 menjelaskan bahwa jika diberikan insentif maka mendorong upaya effort dan kinerja yang tinggi, jika dimoderasikan oleh kompleksitas tugas yang rendah. Dan sebaliknya, jika kompleksitas tugas yang tinggi, akan membuat kinerja auditor rendah. Sama halnya pula dengan Ashton 1990 dengan hasil penelitiannya bahwa insentif finansial meningkatkan kinerja di saat auditor tidak menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi. Sebaliknya, jika auditor dihadapkan pada kompleksitas tugas yang tinggi, maka pengaruh insentif finansial terhadap kinerja tidaklah signifikan. Dengan demikian, maka penulis mengemukakan hipotesa bahwa terdapat hubungan performance incentives terhadap audit judgement jika dimoderasi oleh task complexity.

4.2.6 PengaruhObedience Pressureterhadap Audit Judgement tidak di moderasi oleh Task Complexity

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 28 91

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 4

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 26

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2