Perbedaan Gender LANDASAN TEORI

Setelah itu, auditor membuat hasil audit yang nantinya akan ditulis dalam laporan tertulis, dimana sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.

2.1.5 Perbedaan Gender

Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggunbg jawab laki-laki dan perempuan, sehingga gender belum tentu sama di tempat berbeda dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sementara sekskodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang telah ditentukan oleh Tuhan oleh karena itu tidak dapat ditukardiubah, ketentuan ini berlaaku sejak dahulu kala, sekarang, dan berlaku selamanya Nobelius, 2012. Sebenarnya istilah gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin. Istilah seks atau jenis kelamin lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan secara umum bahwa gender memiliki dua karakteristik, yaitu maskulin dan feminin dan mempunyai cara yang berbeda dalam menunjukkan minat, kepedulian, atau dukungan. Dan juga mempunyai cara pandang berbeda dalam menangkap pesan. Bagi seorang feminin, komunikasi menjadi faktor utama untuk menjalin hubungan, kedekatan, dan keakraban, sedangkan Universitas Sumatera Utara seorang maskulin, komunikasi sangat penting dalam mencapai suatu tujuan. Dalam mengaplikasikan kepeduliannya, orang maskulin menunjukkannya dengan cara melakukan sesuatu yang konkret terhadap orang lain. Sedangkan orang feminin selalu menjaga perasaan orang lain agar tidak terluka. Dari karakteristik tersebut diproyeksikan ke dalam jenis seks yang ada, dimana sebagian besar laki – laki mempunyai karakter maskulin, dan feminism diproyeksikan kepada perempuan. Pada mulanya, teori perbedaan gender hanya ada dua, yakni teori nurture dan nature. Namun teori – teori tersebut dikembangkan sehingga muncullah teori lain, seperti teori keseimbangan atau teori equilibrium. Teori yang berhubungan terhadap perbedaan gender adalah sebagai berikut: 1. Teori Nurture Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki kaum feminis yang cenderung mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas perfect equality. Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik dari Universitas Sumatera Utara nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, DPR, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus affirmatif action demi memberikan peluang untuk pemberdayaan perempuan yang kadang berakibat timbulnya reaksi negatif dari kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut. 2. Teori Nature Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas division of labour. Dalam keluarga juga terdapat pembagian tugas. Keluarga sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran antara suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu dengan yang lain. Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan komitmen antara suami-isteri dalam Universitas Sumatera Utara keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat. 3. Teori Equilibrium Disamping kedua teori tersebut, yakni teori nurture dan nature, terdapat paham yang dikenal dengan keseimbangan equilibrium yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini mengutarakan bahwa keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual yang ada pada tempat dan waktu tertentu dan situasional sesuai situasikeadaan, bukan berdasarkan perhitungan secara matematis jumlahquota dan tidak bersifat universal. Teori psikologi keperilakuan menjelaskan perbedaan antara laki- laki dan perempuan berdasarkan risk aversion dan selectivity hypothesis. Dimana, perempuan dikatakan lebih menghindari risiko risk averse dan memproses informasi secara lebih komprehensif selectivity hypothesis dibandingkan dengan laki-laki. Risk aversion dan selectivity hypothesis seringkali digunakan untuk menjadi landasan teori riset-riset di bidang akuntansi yang menguji gender sebagai variabel independen

2.1.6 Performance Incentives

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 28 91

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 4

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 26

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2