18 Rumus molekul :C
35
H
49
O
29 n
Pemerian : Berupa bubuk berwarna krem atau putih, tidak berbau, memiliki sifat aliran yang baik dan merupakan serbuk halus
Kelarutan : Larut dalam air panas atau air dinginRowe, et al., 2009.
2.1.8 Sistem kesimbangan hidrofil-lipofil hydrophile-lipophile balance, HLB
Surfaktan atau amfifil, menurunkan tegangan antarmuka minyak-air dan membentuk film monomolekuler. Sifat-sifat aktif dari molekul surfaktan disebut
kesimbangan hidrofil-lipofil hydrophile-lipophile balance, HLB. Keseimbangan dari sifat hidrofilik dan sifat lipofilik dari suatu pengemulsi menentukan apakah
akan dihasilkan suatu emulsi ma atau am. Umumnya emulsi ma terbentuk jika kesimbangan hidrofil-lipofil dari pengemulsi berkisar antara 9-12, dan terbentuk
emulsi am jika jaraknya berkisar antara 3-6.. Fase dimana zat aktif permukaan itu lebih larut adalah fase kontinu. Jenis zat pengemulsi dengan harga kesimbangan
hidrofil-lipofil yang tinggi lebih suka larut di dalam air dan menghasilkan terbentuknya suatu emulsi ma. Keadaan sebaliknya terjadi dengan surfaktan yang
memiliki kesimbangan hidrofil-lipofil
rendah, yang cenderung untuk membentukemulsi am Martin, et al., 1993.Aktivitas dan harga kesimbangan
hidrofil-lipofilpada surfaktan terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aktivitas dan harga keseimbangan hidrofil-lipofil pada surfaktan
Aktivitas Kesimbangan Hidrofil-Lipofil
Pengemulsi am 3 sampai 6
Zat pembasah wetting agent 7 sampai 9
Pengemulsi ma 8 sampai 18
Detergen zat pembersih 13 sampai 15
Pelarut solubilizer 15 sampai 18
Sumber: Anief, 1996
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.9 Ketidakstabilan emulsi
Kemungkinan besar pertimbangan yang terpenting bagi emulsi di bidang farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari hasil jadi sediaan emulsi tersebut.
Kestabilan dari sediaan emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak terjadi creaming, dan memiliki penampilan, bau, warna dan sifat-
sifat fisik lainnya yang baik Martin, et al., 1993.Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu flokulasi dan creaming,
penggabungan dan pemecahan, dan inversi. a. Flokulasi dan creaming
Pengkriman creaming mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat dan tanpa pengocokan yang sempurna sebelum digunakan, berakibat terjadinya
pemberian dosis yang berbeda. Tentunya bentuk penampilan dari suatu emulsi dipengaruhi oleh creaming, dan ini benar-benar merupakan suatu masalah bagi
pembuatannya jika terjadi pemisahan dari fase dalamMartin, et al., 1993. b. Penggabungan dan Pemecahan
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses cracking pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Pada
creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok perlahan-lahan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi
oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsiAnief, 1994. Sedang pada cracking, pengocokan sederhana akan gagal untuk membentuk kembali butir-butir
tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung
Martin, et al., 1993.
Universitas Sumatera Utara
20 c. Inversi
Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah inversi fase yang meliputi perubahan tipe emulsi dari ma menjadi am atau
sebaliknya Martin, et al., 1993.
2.2 Minyak Kelapa
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak jenuhmemiliki kandungan asam laurat yang paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak
lainnya. Sedangkan pada asam lemak tidak jenuh minyak kelapa memiliki asam oleat yang paling besar. Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak kelapa
Asam Lemak Rumus Kimia
Jumlah
Asam lemak jenuh: Asam kaproat
C
5
H
11
COOH 0,0-0,8
Asam kaprilat C
7
H
17
COOH 5,5-9,5
Asam kaprat C
9
H
19
COOH 4,5-9,5
Asam laurat C
11
H
23
COOH 44-52
Asam miristat C
13
H
27
COOH 13-19
Asam palmitat C
15
H
31
COOH 7,5-10,5
Asam stearat C
17
H
35
COOH 1-3
Asam lemak tidak jenuh: Asam palmitoleat
C
15
H
29
COOH 0,0-1,3
Asam oleat C
17
H
33
COOH 5-8
Asam linoleat C
17
H
31
COOH 1,5-2,5
Sumber: Ketaren, 2005 Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa kandungan asam lemak jenuh minyak
kelapa lebih kurang 90 dan asam lemak tidak jenuhlebih kurang 10. Kandungan asam laurat dalam minyak kelapa sangat tinggi, yaitu mencapai 52,
asam miristat mencapai 19 dan asam palmitat mencapai 10. Pada asam lemak tidak jenuh kandungan asam oleat mencapai 8 lebih tinggi dibandingkan asam
lemak tidak jenuh lainnya Ketaren, 2005.
Universitas Sumatera Utara