49
a b
Gambar 4.2
Tipe emulsiminyak kelapa murniadenganmenggunakan xanthan gum,bdengan menggunakan xanthan gum dan Tween 80
Tabel 4.5 Pengaruh lama penyimpanan terhadap perubahan tipe emulsi dari
berbagai formula emulsi minyak kelapa murni
Waktu minggu
Tipe emulsi F1
F2 F3
F4 F5
F6 F7
F8 F9
F10
0 Awal ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
ma 1
ma ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
2 ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
ma 3
ma ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
4 ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
ma 5
ma ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
6 ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
ma 7
ma ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
8 ma ma ma ma ma ma ma
ma ma
ma Keterangan:
ma : minyak dalam air
F1 : Xanthan gum 0,05
F2 : Xanthan gum 0,25
F3 : Xanthan gum 0,5
F4 :Xanthan gum 0,75
F5 :Xanthan gum 1
F6 :Tween 80 1 dan xanthan gum 0,05
F7 :Tween 80 1 dan xanthan gum 0,25
F8 :Tween 80 1 dan xanthan gum 0,5
F9 :Tween 80 1 dan xanthan gum 0,075
F10 :Tween 80 1 dan xanthan gum 1
4.3.4 Pengamatan creaming
Jika fase terdispers kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinu pada emulsi ma, kecepatan sendimentasinya menjadi negatif, artinya dihasilkan
creaming yang mengarah ke atas. Makin besar perbedaan antara kerapatan dari
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7 F8
F9 F10
Universitas Sumatera Utara
50 kedua fase tersebut, makin besar bola-bola minyak dan mengakibatkan
menurunnya viskositas, sehingga laju creaming semakin besar Martin, et al., 1993. Pengaruh lama penyimpanan terhadap pembentukan creaming yang terjadi
pada berbagai formula emulsi minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Pengaruh lama penyimpanan terhadap pembentukancreamingyang
terjadi pada berbagai formula emulsi minyak kelapa murni
Waktu minggu
Rasio F1
F2 F3
F4 F5
F6 F7
F8 F9
F10
0 Awal -
- -
- -
- -
- -
- 1
1.3 -
- -
- -
- -
- -
2 1.3
- -
- -
1.3 -
- -
- 3
1.3 1.3
- -
- 1.3
- -
- -
4 1.3
1.3 -
- -
1.3 -
- -
- 5
1.3 1.3
- -
- 1.3
- -
- -
6 1.3
1.3 -
- -
1.3 0.6
- -
- 7
1.3 1.3
- -
- 1.3
0.6 -
- -
8 1.3
1.3 -
- -
1.3 0.6
- -
- Keterangan:
F1 : Formula xanthan gum 0,05
F2 : Formula xanthan gum 0,25
F3 :Formula xanthan gum 0,50
F4 :Formula xanthan gum 0,75
F5 :Formula xanthan gum 1
F6 :Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1
F7 :Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1
F8 :Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1
F9 :Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1
F10 :Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1
- : Tidak terjadi pemisahan fase
R : Perbandingan volume fase air terhadap volume total emulsi
Hasil pengamatan pada Tabel 4.6 terlihat bahwa formula dengan emulgator xanthan gum pada konsentrasi 0,05 dan 0,25 mengalami
pembentukan creaming yang menunjukkan bahwa sediaan emulsi ini tidak stabil. Sedangkan formula emulsi dengan emulgator xanthan gum 0,50, 0,75 dan 1
merupakan sediaan emulsi yang tidak menunjukkan adanya creaming.
Universitas Sumatera Utara
51
4.3.5 Pengukuran viskositas
Semakin tinggi konsentrasi xanthan gum maka viskositas yang diperoleh semakin tinggi. Dalam hal ini, xanthan gum memiliki viskositas yang optimum
hingga 1. Viskositas formula mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai viskositas dari berbagai
formula emulsi minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.7.Pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik nilai viskositas dari berbagai formula emulsi dengan
menggunakan xanthan gum dan pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik nilai viskositas dari berbagai formula emulsi dengan menggunakan xanthan gum dan
Tween 80dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.7 Pengaruh lama penyimpananterhadapnilaiviskositasdari berbagai
formula emulsi minyak kelapa murni
Keterangan: F1
: Formula xanthan gum 0,05 F2
: Formula xanthan gum 0,25 F3
:Formula xanthan gum 0,50 F4
:Formula xanthan gum 0,75 F5
:Formula xanthan gum 1 F6
:Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1 F7
:Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1 F8
:Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1 F9
:Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1 F10
:Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1 Waktu
minggu Viskositas cps
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7 F8
F9 F10
0 Awal 117,2 122 119,6 124,4 141,8 137 134 151,2 158 182
1 114,8 118,6 118,2
123 139,8 135,5 132 149,2 157,3 180
2 112,4 115,1 116,7 121,6 138,3 132,8 130 146,7 155,8 178
3 110 111,7 115,3 120,2 136,9 130,4 128 144,3 154,4 176
4 107,6 108,3 113,9 118,8 135,5 128 126 141,9 153
174 5
105,2 104,9 112,5 117,4 134,1 125,6 124 139,5 151,6 172 6
102,8 101,1 111,1 116
132,7 123,2 122 137,1 150,2 170 7
100,4 98 109,6 114,5 131,3 120 120 134,7 148
168 8
98 96
107,6 112,5 129,8 118 118 132,2 146 166
Universitas Sumatera Utara
52 Gambar 4.3
Pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik nilai
viskositas dari berbagai formula emulsi dengan menggunakan xanthan gum
Gambar 4.4 Pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik nilai viskositas dari
berbagai formula emulsi dengan menggunakan xanthan gum dan Tween 80
Keterangan: F1
: Formula xanthan gum 0,05 F2
: Formula xanthan gum 0,25 F3
:Formula xanthan gum 0,50 F4
:Formula xanthan gum 0,75 F5
:Formula xanthan gum 1 F6
:Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1 F7
:Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1 F8
:Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1 F9
:Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1 F10
:Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
1 2
3 4
5 6
7 8
V isk
os it
as C
p s
Waktu minggu
F6 F7
F8 F9
F10 20
40 60
80 100
120 140
160
1 2
3 4
5 6
7 8
V isk
os it
as C
p s
Waktu minggu
F1 F2
F3 F4
F5
Universitas Sumatera Utara
53 Makin besar perbedaan antara kerapatan dari kedua fase tersebut fase
terdispers dan fase kontinu, maka makin besar bola-bola minyak dan mengakibatkan menurunnya viskositas, laju creaming juga semakin besar.
Viskositas hanya memainkan peran yang kecil dalam kestabilan emulsi ma secara keseluruhan. Kemungkinan besar yang diperlukan untuk mendorong terjadinya
kestabilan adalah viskositas yang optimum bukan viskositas yang tinggi Martin, et al., 1993.
4.3.6Redispersibilitas
Creaming adalah proses yang berisifat reversibel, pada saat dilakukan pengocokan dapat kembali lagi seperti sediaan awal yang homogen, berbeda
dengan proses pecahnya emulsi yang bersifat irreversibleAnsel, 1989. Flokul cream dapat mudah didispersi kembali, dan terjadi campuran homogen bila kita
kocok perlahan-lahan karena butir-butir tetesan tetap dilingkupi dengan film pelindung. Sedang pada cracking pemisahan fase dalam dari emulsi,
pengocokan sederhana akan gagal untuk mensuspensi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil, karena film yang meliputi partikel sudah rusak.
Suatu sediaan emulsi yang sudah mengendap harus mempunyai kemampuan untuk terdispersi kembali menjadi sediaan yang homogen
redispersibilitas. Waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau
tangan. Sediaan emulsi didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing emulsi dikocok homogenAnief, 1996.Pengaruh lama penyimpanan terhadap
redispersibilitas dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.8 Pengaruh lamapenyimpananterhadap redispersibilitasdari berbagai
formula emulsi minyak kelapa murni Waktu
minggu Redispersibilitas pengocokan kembali
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7 F8
F9 F10
0 Awal -
- -
- -
- -
- -
- 1
5 -
- -
- -
- -
- -
2 5
- -
- -
5 -
- -
- 3
5 5
- -
- 5
- -
- -
4 5
5 -
- -
5 -
- -
- 5
5 5
- -
- 5
- -
- -
6 5
5 -
- -
5 5
- -
- 7
5 5
- -
- 5
5 -
- -
8 5
5 -
- -
5 5
- -
- Keterangan:
F1 : Formula xanthan gum 0,05
F2 : Formula xanthan gum 0,25
F3 :Formula xanthan gum 0,50
F4 :Formula xanthan gum 0,75
F5 :Formula xanthan gum 1
F6 :Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1
F7 :Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1
F8 :Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1
F9 :Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1
F10 :Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1
- : Tanpa pengocokan
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator dengan konsentrasi paling rendah yaitu pada konsentrasi 0,05 dan
0,25 mengalami pembentukan creaming. Hal inimenyebabkan suatu sediaan emulsimemerlukan pengocokan untuk menjadi homogen kembali karenasebagian
fase minyak mengalami penggabungan membentuk lapisan yang lebihpekat di permukaan. Namun demikian, semuasediaan tetap mudah didispersikan kembali
dengan 5 - 15 kali pengocokan.
4.3.7Ukuran partikel dan distribusi partikel terdispersi 4.3.7.1 Ukuran partikel terdispersi
Hasil pengamatan mikroskopik dapat dilihat bahwa ukuran partikel terdispersi semakin kecil dengan bertambahnya konsentrasi xanthan gum.
Universitas Sumatera Utara
55 Pengukuran partikel emulsi bertujuan untuk mengevaluasi adanya koalesensi atau
penggabungan globul-globul minyak menjadi lebih besar pada sediaan emulsi selama delapan minggu penyimpanan.Seperti pada Tabel 4.8, Gambar 4.5 dan
Gambar 4.6dapat dilihat bahwa nilai terkecil pada ukuran partikel ada pada formula dengan konsentrasi tertinggi. Ukuran partikel emulsi yang lebih kecil
membuat emulsi menjadi lebih stabil Doddy, et al., 2010. Pengaruh lama penyimpanan terhadap ukuran rata–rata partikel terdispersi
dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.8.Pengaruhlama
penyimpanan terhadap grafik
ukuran rata-rata partikel terdispersi dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murni dengan menggunakan Tween
80 dan formula emulsi minyak kelapa murni dengan menggunakan xanthan gum dan Tween 80 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.8 Pengaruhlama penyimpanan terhadap ukuran rata-rata partikel
terdispersi dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murni
Waktu minggu
Ukuran rata-rata partikel terdispersi µm F1
F2 F3
F4 F5
F6 F7
F8 F9
F10
0 Awal 37,3 22,3 21,7 22,6 16,1 35,4 28,3 22,9 20,6 15,5 2
39,3 24,4 22,1 22,8 16,7 40,1 29,9 24,9 21,3 16,6 4
46,5 28,4 23,8 26,4 18,6 42,2 30
24,7 21,9 18,5 6
48,2 31,7 25
26,7 20,4 42,4 30,5 25,3 22
20 8
57,2 40
29,1 32,3 25,6 42,9 31,3 26,3 22,5 20,5 Keterangan
: F1
: Formula xanthan gum 0,05 F2
: Formula xanthan gum 0,25 F3
: Formula xanthan gum 0,50 F4
: Formula xanthan gum 0,75 F5
: Formula xanthan gum 1 F6
: Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1 F7
: Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1 F8
: Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1 F9
: Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1 F10
: Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar 4.5 Pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik
ukuran rata-rata partikel terdispersi dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murnidengan
menggunakan xanthan gum
Gambar 4.6 Pengaruh lama penyimpanan terhadap grafik
ukuran rata-rata partikel terdispersi dari berbagai formula emulsi minyak kelapa murni
dengan menggunakan xanthan gum dan Tween 80 Keterangan
: F1
: Formula xanthan gum 0,05 F2
: Formula xanthan gum 0,25 F3
: Formula xanthan gum 0,50 F4
: Formula xanthan gum 0,75 F5
: Formula xanthan gum 1 F6
: Formula xanthan gum 0,05 dan Tween 80 1 F7
: Formula xanthan gum 0,25 dan Tween 80 1 F8
: Formula xanthan gum 0,50 dan Tween 80 1 F9
: Formula xanthan gum 0,75 dan Tween 80 1 F10
: Formula xanthan gum 1 dan Tween 80 1
10 20
30 40
50 60
70
2 4
6 8
U kur
an r
at a
-rat a
par ti
ke l
µ m
Waktu minggu
F1 F2
F3 F4
F5
10 20
30 40
50
2 4
6 8
U kur
an r
at a
-rat a
par ti
ke l
µ m
Waktu minggu
F6 F7
F8 F9
F10
Universitas Sumatera Utara
57
4.3.7.2Distribusi partikel terdispersi
Pada keseluruhan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa formula dengan konsentrasi tertinggi xanthan gum 1 danTween 80 1 lebih stabil dimana
jumlah partikel terdispersi paling banyak 300 per lapangan pandang. Distribusi partikel terdispersi masing–masing formula selama penyimpanan delapan minggu
mengalami penurunan dan ukuran partikel terdispersi semakin besar.Grafik distribusi partikel terdispersi semua formula sediaan emulsi minyak kelapa murni
dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7a Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum0,05
sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7b
Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum0,25
sediaan emulsi minyak kelapa murni
10 20
30 40
50 60
70 80
90
10 20
30 40
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu 10
20 30
40 50
60
5 10
15 20
25 30
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 Minggu 6 minggu
8 minggu
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 4.7c Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum0,5
sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7d Grafik distribusi partikel terdispersiformulaxanthan gum0,75
sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7e Grafik distribusi partikel terdispersiformula xanthan gum1
sediaan emulsi minyak kelapa murni
50 100
150 200
2 4
6 8
10 12
14
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu 20
40 60
80 100
120
2 4
6 8
10 12
14
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
50 100
150 200
250 300
350 400
5 10
15 20
25 30
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
Universitas Sumatera Utara
59
Gambar 4.7f Grafik distribusi partikel terdispersi formula xanthan gum 0,05
dan Tween 80 1 terhadap sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7g Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum0,25
danTween 80 1 terhadap sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7h Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum 0,5
danTween 80 1 terhadap sediaan emulsi minyak kelapa murni
50 100
150 200
250 300
350
5 10
15 20
25 30
35
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
50 100
150 200
250 300
350 400
5 10
15 20
25 30
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu 10
20 30
40 50
60 70
80
5 10
15 20
25 30
35
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
Universitas Sumatera Utara
60
Gambar 4.7i Grafikdistribusi partikel terdispersiformula xanthan gum 0,75
danTween 80 1 sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7j Grafik distribusi partikel terdispersiformula xanthan gum1
dan Tween 80 1 sediaan emulsi minyak kelapa murni
Gambar 4.7k Grafik distribusi partikel terdispersi seluruh formula dengan
emulgator xanthan gum
50 100
150 200
250 300
350
2 4
6 8
10 12
14
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
50 100
150 200
250 300
350
2 4
6 8
10
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
0 awal 2 minggu
4 minggu 6 minggu
8 minggu
50 100
150 200
250 300
350
5 10
15 20
25 30
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
Formula 6 Formula 7
Formula 8 Formula 9
Formula 10
Universitas Sumatera Utara
61 Gambar 4.7l
Grafik distribusi partikel terdispersi terhadap seluruhformula dengan emulgator xanthan gum dan Tween 80
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
5 10
15 20
25 30
J um
la h
pa rt
ik el
pe r l
a pa
ng a
n
pa nda
ng
Ukuran rata-rata partikel µm
Formula 1 Formula 2
Formula 3 Formula 4
Formula 5
Universitas Sumatera Utara
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Minyak kelapa murni yang dihasilkan dengan menggunakan fermentasi
melalui ragi tempe memiliki kualitas kadar air dan bilangan asam yang memenuhi SNI 2008 yaitu kadar air yang diperoleh sebesar 0,08 dan
bilangan asam 0,1368mg KOHg minyak. Juga diperoleh bobot jenis yang memenuhi standart APCC Asian Pacific Coconut Communityyaitubobot
jenis yang diperoleh sebesar 0,917 gmL. b.
Xanthan gum dan Tween 80 dapat digunakan sebagai emulgator untuk membuat formula sediaan emulsi minyak kelapa murni. Semakin tinggi
konsentrasi xanthan gum emulsi minyak kelapa murni semakin stabil. Konsentrasi xanthan gum dari 0,5 hingga 1 memiliki kestabilan emulsi
yang paling baik dengan kombinasi Tween 80 1. Hasil kestabilan atas setiap uji yang dilakukan formula 10 dengan konsentrasi xanthan gum
tertinggi yaitu 1 dan Tween 80 1 memiliki hasil yang terbaik.
5.2 Saran
a. Dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pemakaian alat untuk
membuat emulsi misal dengan ultrasonic atau mixer sehingga ukuran partikelnya lebih seragam.
b. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan absorpsi emulsi
minyak kelapa murni dengan minyak kelapa murni pada hewan uji.
Universitas Sumatera Utara