Tujuan pembuatan emulsi Teori emulsifikasi

9

2.1.3 Tujuan pembuatan emulsi

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling bisa bercampur. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi ma memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi Ansel, 1989.

2.1.4 Teori emulsifikasi

Tidak ada teori emulsifikasi yang umum, karena emulsi dapat dibuat dengan menggunakan beberapa tipe zat pengemulsi yang masing-masing berbeda tergantung pada cara kerjanya dengan prinsip yang berbeda untuk mencapai suatu produk yang stabil. Adanya kegagalan dari dua cairan yang tidak dapat bercampur untuk tetap bercampur diterangkan dengan kenyataan bahwa gaya kohesif antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar daripada gaya adhesif antara kedua cairan.Gaya kohesif dari tiap-tiap fase dinyatakan sebagai suatu energi antarmuka atau tegangan pada batas antara cairan-cairan tersebut. Faktor yang umum untuk zat pengemulsi adalah pembentukan suatu lapisan, apakah itu monomolekular, multimolekular atau partikelMartin, et al., 1993. Ada beberapa teori emulsifikasi yang menjelaskan bagaimana zat pengemulsi bekerja dalam menjaga stabilitas dari dua zat yang tidak saling bercampur, yaitu adsorpsi monomolekuler,adsorpsi multimolekuler, dan adsorpsi partikel padat. Universitas Sumatera Utara 10 a. Adsorpsi Monomolekuler Zat yang aktif pada permukaan dapat mengurangi tegangan antarmuka karena adsorpsinya pada batas ma membentuk lapisan-lapisan monomolekulerMartin, et al., 1993.Hal ini dianggap bahwa lapisan monomolekular dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi.Teori tersebut berdasarkan anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentuAnsel, 1989. Penggunaan emulsi kombinasi dalam pembuatan emulsi saat ini lebih sering dibandingkan penggunaan zat tunggal. Kemampuan campuran pengemulsi untuk mengemas lebih kuat menambah kekuatan lapisan itu, dan karenanya menambah kestabilan emulsi tersebut. Umumnya pengemulsi mungkin membentuk struktur gel yang agak rapat pada antarmuka, dan menghasilkan suatu lapisan antarmuka yang stabil. Kombinasi dari natrium setil sulfat dan kolesterol mengakibatkan suatu lapisan yang kompleks yang menghasilkan emulsi yang sangat baik. Natrium setil sulfat dan oleil alkohol tidak membentuk lapisan yang tersusun dekat atau lapisan yang kompak dan akibatnya kombinasi tersebut menghasilkan suatu emulsi yang jelek. Pada setil alkohol dan natrium oleat menghasilkan lapisan yang tertutup erat, tetapi kekompleksan diabaikan sehingga menghasilkan suatu emulsi yang jelek. Pengertian dari suatu lapisan tipis monomolekular yang terarah dari zat pengemulsi tersebut pada permukaan fase dalam dari suatu emulsi, adalah dasar paling penting untuk mengerti sebagian besar teori emulsifikasi Martin, et al., 1993. Gambaran kombinasi zat pengemulsi pada batas minyak-air suatu emulsi digambarkan pada Gambar 2.2. Dan gambaran tetesan air dalam suatu emulsi Universitas Sumatera Utara 11 minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan sebuah molekul Span pada batas antarmuka suatu emulsi minyak-air dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.2 Gambaran kombinasi dari zat pengemulsi pada batas minyak-air dari suatu emulsi Schulman dan Cockbain 1940 diambil dari Martin, et al., 1993. Gambar 2.3 Gambaran tetesan air dalam suatu emulsi minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan sebuah molekul Span pada batas antarmukasuatu emulsi minyak-air Boyd dan Colloid 1972 diambil dari Martin, et al., 1993. air air minyak minyak minyak natrium setil sulfat kolesterol natrium setil sulfat oleil alkohol setil alkohololeil natrium oleat minyak minyak air rantai polioksietilen Cincin sorbitan Universitas Sumatera Utara 12 Gambar 2.3 diatas menunjukkangambaran skematis dari tetesan air dalam suatu emulsi minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan sebuah molekul Span pada batas antarmuka suatu emulsi minyak-air. Pengemulsi campuran seringkali lebih efektif daripada pengemulsi tunggal. Kemampuan campuran pengemulsi untuk mengemas lebih kuat menambah kekuatan lapisan itu, dan karenanya menambah kestabilan emulsi tersebut. Umumnya pengemulsi mungkin membentuk struktur gel yang rapat pada antarmuka, dan menghasilkan suatu lapisan antarmuka yang stabil. Atlas–ICI 1976merekomendasikanbahwa Tween hidrofilik dikombinasi dengan Span lipofilik menghasilkan emulsi ma atau am yang diinginkan. Pada bagian hidrokarbon dari molekul Span 80 Sorbitan mono-oleat berada dalam air dan radikal sorbitan berada dalam bola minyak. Bila Tween 40 polioksietilen sorbitan monopalmitat ditambahkan, ia mengarah pada batas sedemikian rupasehingga sebagian dari ekor Tween 40 ada dalam fase minyak, dan dari rantai tersebut, bersama-sama dengan cincin sorbitan dan rantai polioksietilen, berada dalam fase air. Diselidiki bahwa rantai hidrokarbon dari molekul Tween 40 berada dalam bola minyak antara rantai- rantai Span 80, dan penyusunan ini menghasilkan atraksi gaya tarik-menarikVan Der Waals yang efektif. Dalam cara ini, lapisan antarmuka diperkuat dan kestabilan dari emulsi ma ditingkatkan melawanpengelompokkan partikel Martin, et al., 1993. Tipe emulsi yang dihasilkan, ma atau am, terutama bergantung pada sifat zat pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai kesimbangan hidrofil-lipofil hydrophile-lipophile balance, HLB, yakni sifat polar-nonpolar dari pengemulsi. Kenyataannya, apakah suatu surfaktan adalah suatu pengemulsi, zat pembasah, Universitas Sumatera Utara 13 detergen, atau zat penstabil dapat diperkirakan dari harga kesimbangan hidrofil- lipofil Martin, et al., 1993. b. Adsorpsi Multimolekuler Koloid lipofilik ini dapat dianggap seperti zat aktif permukaan karena tampak pada batas antarmuka minyak-air. Tetapi zat ini berbeda dari zat aktif permukaan sintetis dalam dua hal, yaitu tidak menyebabkan penurunan tegangan antarmuka dan membentuk suatu lapisan multimolekuler pada antarmuka dan bukan suatu lapisan monomolekuler. Zat ini bekerja sebagai bahan pengemulsi terutama karena efek yang kedua, karena lapisan-lapisan yang terbentuk tersebut kuat dan mencegah terjadinya penggabungan. Efek tambahan yang mendorong emulsi tersebut menjadi stabil adalah meningkatnya viskositas dari medium dispers. Karena zat pengemulsi yang terbentuk akan membentuk lapisan-lapisan multilayer di sekeliling tetesan yang bersifat hidrofilik, maka zat pengemulsi ini cenderung untuk membentuk emulsi ma Martin, et al., 1993. c. Adsorpsi Partikel Padat Partikel-partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi sampai derajat tertentu oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai zat pengemulsi. Ini diakibatkan oleh keadaannya yang pekat antarmuka dimana dihasilkan suatu lapisan berpartikel sekitar tetesan dispers sehingga dapat mencegah terjadinya penggabungan. Serbuk yang mudah dibasahi oleh air akan membentuk emulsi tipema, sedangkan serbuk yang mudah dibasahi dengan minyak membentuk emulsi am Martin, et al., 1993.

2.1.5 Penggunaan emulsi