Pengaruh persepsi tentang fungsi iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) di Televisi terhadap intensi membeli pada remaja majlis dzikir dan tawasulan forum silaturrahmi remaja Bogoro
PENGARUH PERSEPSI TENTANG FUNGSI IKLAN
FAST FOOD KENTUCKY FRIED CHICKEN (KFC)
Di TELEVISI TERHADAP INTENSI MEMBELI PADA
REMAJA MAJLIS DZIKIR DAN TAWASULAN
FORUM SILATURAHMI REMAJA BOGOR
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : ABDUL LATIF NIM : 105070002265
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
PENGARUH PERSEPSI TENTANG FUNGSI IKLAN
FAST FOOD KENTUCKY FRIED CHICKEN (KFC)
Di TELEVISI TERHADAP INTENSI MEMBELI PADA
REMAJA MAJLIS DZIKIR DAN TAWASULAN
FORUM SILATURAHMI REMAJA BOGOR
Skrispi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : ABDUL LATIF NIM : 105070002265 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. Liany Luzvinda, S.Psi. M.Si. Nip. 150 411 152
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Persepsi Tentang Fungsi Iklan Fast Food Kentucky Fried Chicken (KFC) Di Televisi Terhadap Intensi Membeli Pada Remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 17 Maret 2010 Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Nip. 130 885 552 Nip. 19561223 198303 2001
Anggota
Penguji I Penguji II
Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. Nip. 19770608 200501 2003
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. Liany Luzvinda, S.Psi. M.Si. Nip. 150 411 152
(4)
MOTTO
Berawal dari perbuatan baik adalah Dari cara berpikir yang baik,
Berpikir sukses, berpikir kaya
Maka akan kaya karena Tuhan senantiasa Mengikuti perasangka hamba-Nya kepada-Nya (Eddy Faisal)
“Allahu Muqallibal Qulub”
Hanya Tuhanlah yang mampu
Membolak balikan hati seseorang manusia. Oleh karena itu bila engkau dihadapkan Kepada suatu masalah, bersegeralah untuk Mengingat-Nya dan kembali kepada jalan-Nya.
Karya ini ku persembahkan teruntuk Kedua orang tuaku, keluargaku, Kuberharap semoga bisa merubah Segalanya …
Dimanapun ada kesedihan, Disitu keluargaku harus datang Membawa kebahagiaan.
(5)
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Februari 2010
(C) Abdul Latif
(D) Pengaruh Persepsi Tentang Fungsi Iklan Fast Food Kentucky Fried Chicken (KFC) Di Televisi Terhadap Intensi Membeli Pada Remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor
(E) 100 Halaman + Lampiran
(F) Intensi merupakan pandangan subjektif seseorang mengenai
kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku, termasuk tingkah laku membeli, perilaku membeli memang perilaku yang beralasan tetapi seringkali intensi membeli itu dipengaruhi oleh tindakan kemauan yang emosional. Iklan yang ditampilkan di televisi bertujuan membujuk
konsumen untuk membeli, sebelum membeli konsumen biasanya terlebih dahulu mengolah dan mengadakan pengidentifikasian yang disebut dengan persepsi. Oleh sebab itu konsumen perlu mempersepsikan fungsi iklan itu sendiri diantara fungsinya tersebut ialah untuk menginformasikan, meyakinkan serta megingatkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh persepsi tentang fungsi iklan terhadapintensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
Intensi membeli adalah setiap perilaku membeli seseorang yang bebas yang ditentukan oleh kemampuan sendiri yang selalu didahului oleh niat. Persepsi tentang fungsi iklan yaitu adalah suatu pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tentang sesuatu, dengan menampilkan fungsi iklan itu sendiri seperti untuk menginformasikan, meyakinkan serta megingatkan.
(6)
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode analisis regresi untuk mengetahui apakah ada pengaruh persepsi tentang fungsi iklan terhadap intensi membeli pada remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
Sampel penelitian terdiri dari 45 responden yang masing-masing responden diberikan angket dengan jumlah sebanyak 50 item skala intensi membeli dan 24 item sakala persepsi tentang fungsi iklan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh.
Hipotesis nol (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fungsi iklan terhadap intensi membeli pada remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Remaja Bogor dan hipotesis alternatif (Ha) adalah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang fungsi iklan terhadap intensi membeli pada remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor. Data yang diperoleh penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis regresi. Data statistik menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar = 0.290 dan F tabel = 4.06 (F hitung < F tabel) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak dengan pengertian bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang fungsi iklan fast food KFC terhadap intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Remaja Bogor.
Selanjutnya, gambaran persepsi tentang fungsi iklan dan intensi membeli dalam kategori sedang.
Hasil Penelitian ini menunjukan gambaran persepsi tentang fungsi iklan dalam kategori sedang atau cukup tinggi sedangkan intensi membeli juga berada dalam kategori sedang, hasil regresi menunjukan tidak ada
pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fungsi iklan fast food
KFC terhadap intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Remaja Bogor.
Untuk saran, sebaiknya iklan sebelum dirancang telebih dahulu harus mengetahui segment penontonnya, sehingga apa yang menjadi target iklan tersebut dapat terpenuhi, dan iklan tersebut harus efektif salah satunya iklan tersebut harus dapat menarik perhatian konsumen, kemudian konsumen diharapkan dapat mau menonton iklan tersebut, setelah itu diharapkan konsumen timbul rasa ingin membeli apa yang diiklankan produk tersebut, sedangkan untuk instansi agar dapat memberikan seminar-seminar atau pelatihan tentang intensi membeli,
(7)
dimana hal tersebut juga akan memberikan pengaruh terhadap diri kedepannya, dan juga agar mereka memiliki pandangan yang positif. Daftar bacaan : 31 Buku (1975-2008) , 2 Jurnal (1990-2007), 2 Skripsi (2007-2008).
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pemilik jiwa dan raga ini, yang senantiasa mencurahkan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya serta Hidayah-Nya yang tak terhingga nilainya, karena Dia-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW , keluarganya, para sahabat dan pengikutnya.
Akhirnya berakhir juga langkah-langkah yang penih dengan tetes air mata dari sebuah perjuangan panjang serta penuh dengan kerja kerasa dan do’a. Meskipun penulis menemui banayk hambatan da rintanagn dalam proses penyususnan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi dengan judul “Pengaruh Persepsi Tentang Fungsi Iklan Fast Food Kentucky Friend Chicken (KFC) Di Televisi Terhadap Intensi Membeli Pada Remaja Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor ”.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Jahja Umar Ph.D Dekan Fakultas Psikologi UIN dan Para Wakil Dekan, besarta seluruh Dosen terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. Staff akademik Fakultas Psikologi UIN, terimakasih atas pelayanannya selama penulis menempuh pendidikan di UIN.
(9)
2. Bapak. Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi dan Ibu. Liany Luzvinda, S.Psi. M.Si sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu ku tersayang dan tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya baik dari segi moril maupun materil, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi ini selesai juga. Bapakku tercinta dan tersayang terima kasih sebesar-besarnya atas do’amu atas apa yang diberikan kepada anakmu ini.
4. Buat kakakku tecinta Sefudin Zuhri, S.Pdi, beserta istri, Daman Huri, SE, beserta isteri, jamalullail, SHI, Husnul Khotimah, terima kasih atas
perhatian dan semangat kalian sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Buat keponakanku Khilda Asyifa Aulia Zuhri, Muhammad Rafi Nashuri, dan si kecil Nasywa Paradisha Zuhri.
5. Terima kasih banyak kepada Aba hasan Bin Husein “Cihideung” berserta keluarga yang telah membantu penulis dengan do’a dan semangat kepada diri ini agar tidak pantang menyerah.
6. Seluruh staff akademik, dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih tak terhingga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
7. Seluruh teman dan sahabat diberbagai organisasi khususnya Forum Pengkajian Psikologi Islam (FP2I), Trainer Community (TC), Star Action,
(10)
Majlis Dzikir dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor, Mzi Exclucive Community, D2 KAHFI Bintaro, Team Tester Lembaga Bina Kreatif Mandiri (BKM), Team KKL DEPSOS RI, yang selama ini telah membagi suka maupun duka selama perjalanan hidup penulius, dan terimakasih untuk tawa, canda, dan persahabatan yang sangat dalam yang membuatku terus ingin maju bersama kalian
8. Semua teman-teman angkatan 2005 khususnya Syifa, Lia, Afifah, Hana, Widad, Rizal, Lutfi, Krisna, Agung, yanto, Panji, Nala, Iha, Maria,Tary, pokoknya etc dech, dan umumnya kepada teman-teman kelas B atas segala keceriaan, dukungan, semangat, do’a dan kerjasamanya selama studi dan penulisan skripsi ini, semoga persahabatan kita tidak lekang oleh waktu.
9. Terakhir untuk kekasih-kekasih hatiku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena terlalu banyak hehehe... yang selalu setia
menemaniku disaat susah dan senang, yang selalu memberikan dorongan motivasi sampai selesainya skripsi ini.
Selain itu, terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas semua bantuan, saran dan
motivasi. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Seluruh isi skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak Amien.
Jakarta, Februari 2010 Penulis
(11)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1- 18 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 13
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 14
1.3.1 Batasan Masalah ... 14
1.3.2 Rumusan Masalah... 15
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
1.4.1. Tujuan Penelitian... 16
1.4.2. Manfaat Penelitian... 16
1.4.2.1 Manfaat Praktis... 16
1.4.2.2 Manfaat Praktis... 16
(12)
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19-52
2.1 Intensi Membeli ... 19
2.1.1 Pengertian Intensi Membeli ... 19
2.1.2 Teori Intensi ... 21
2.2 Persepsi Tentang Fungsi Iklan Di Televisi... 28
2.2.1 Pengertian Persepsi... 28
2.2.2 Persepsi Tentang Fungsi Iklan ... 32
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi... 34
2.2.4 Pengertian Iklan... 35
2.2.5 Keputusan-Keputusan Utama Dalam Iklan ... 38
2.2.6 Evektivitas Iklan ... 43
2.2.7 Kelebihan dan Kekurangan Iklan Televisi ... 44
2.3 Kerangka Berpikir ... 47
2.4 Pengajuan Hipotesis ... 52
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 53-67 3.1 Jenis Penelitian ... 53
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 53
3.1.2 Variabel Penelitian... 53
3.1.3 Definisi Konseptual ... 54
3.1.4 Definisi Operasional... 54
3.2 Pengambilan Sampel ... 56
3.2.1 Populasi dan Sampel ... 56
3.2.2 Tehnik pengambilan Sampel ... 57
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.3.1 Metode dan Instrumen Penelitian ... 58
3.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 61
(13)
3.3.4 Teknik Analisis Data ... 65
3.3.5 Prosedur Penelitian... 65
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA ... 68-87 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 68
4.1.1 Gambaran Intensi Membeli... 73
4.1.2 Gambaran Persepsi Fungsi Iklan... 75
4.2 Analisi Data ... 78
4.2.1 Uji Regresi ... 78
4.2.2 Gambaran Intensi Membeli Berdasarkan Data Responden ... 79
4.2.3 Gambaran Persepsi Fungsi Iklan Berdasarkan Data Responden ... 83
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 88-96 5.1 Kesimpulan... 88
5.2 Diskusi ... 89
5.3 Saran... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
1... Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban ... 59 2... Tabel
3.2 Blue Print Skala Intensi Membeli ... 59 3... Tabel
3.3 Blue Print Skala Perspesi Fungsi iklan ... 61 4... Tabel
3.4 Kaidah Klasifikasi Uji reliabiitas... 62 5... Tabel
3.5 Koefesien Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 65 6... Tabel
4.1 Kategori Sampel berdasarkan Usia ... 69 7... Tabel
4.2 Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70 8... Tabel
4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 71 9... Tabel
4.4 Kategori Sampel Berdasarkan Pendapatan Perbulan... 72 10... Tabel
4.5 Nilai Min, Mak, Sum, Mean, Standar Deviasi, Intensi Membeli .. 73 11... Tabel 4.6 Norma Kategorisasi ... 74 12... Tabel
(15)
13... Tabel 4.8 Nilai Min, Mak, Sum, Mean, Standar Deviasi, Persepsi Fungsi Iklan ... 76 14... Tabel
4.9 Norma Kategorisasi ... 76 15... T
abel 4.10 Kategorisasi Persepsi Fungsi Iklan ... 77 16... T
abel 4.11 Anova ... 78 17... T
abel 4.12 Model Summary ... 79 18... Tabel
4.13 Kategori Intensi Membeli Berdasarkan Usia ... 80 19... T
abel 4.14 Kategorisasi Intensi Membeli Berdasarkan Jenis Kelamin 80 20... T
abel 4.15 Kategorisasi Intensi Membeli Berdasarkan Pendidikan
Terakhir... 81 21... Tabel
4.16 Kategori Intensi Membeli Berdasarkan Pendapatan Per bulan ... 82 22... Tabel
4.17 Kategori Persepsi Fungsi Iklan Berdasarkan Usia ... 83 23... T
abel 4.18 Kategorisasi Persepsi Fungsi Iklan Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 84 24... T
abel 4.19 Kategorisasi Persepsi Fungsi Iklan Berdasarkan
(16)
25... Tabel 4.20 Kategori Persepsi Fungsi Iklan Berdasarkan Pendapatan Per bulan ... 86
(17)
DAFTAR GAMBAR
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan dan gaya hidup masyarakat pun semakin meningkat pada saat ini, maka beragam kebutuhan masyarakat ikut bervariasi, mulai dari kebutuhan yang paling dasar seperti makan, minum, serta pakaian. Untuk makanan maka dewasa ini banyak sekali gerai-gerai yang menyediakan makanan seperti restaurant, cafe, warung-warung hingga restaurant fast food. Tujuan didirikannya pusat perbelanjaan tersebut untuk memudahkan konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya akan barang atau jasa yang ditawarkan, sehingga dapat efektif dan efesien dari segi waktu dan biaya.
Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant
meningkat seiring dengan keinginan yang serba cepat dan praktis dalam penyajian makanan. Seiring dengan serbuan budaya asing, maka jenis makanan dari negeri asing seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc
Donald’s (McD), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC),
Popeye's, A&W, dan American Hamburger (AH) telah banyak masuk ke Indonesia yang dibawa oleh pengusaha-pengusaha bermodal besar dalam
(19)
bentuk restaurant fast food waralaba. Keberadaan restaurant fast food asing waralaba mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini menunjukkan bahwa minat pasar di Indonesia untuk restaurant sejenis ini cukup besar. Di kota Bogor banyak penduduk yang sebagian merupakan pendatang yang terdiri dari para pelajar yang datang dari berbagai daerah dari segala macam latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, serta budaya yang turut
mengalami perubahan dibeberapa bidang tertentu. Munculnya pusat perbelanjaan tersebut sengaja didesain khusus untuk anak muda yang sebagian besar tinggal sementara bahkan sudah menetap di kota Bogor. Hal ini menyebabkan anak-anak muda khususnya remaja terkondisikan
melakukan aktivitas untuk pergi berjalan-jalan ke mall, berkunjung ke
restaurant-restaurant siap saji dan lain-lain. Semakin bertambahnya pusat perbelanjaan di kota Bogor membuat perubahan pada pola konsumsi masyarakat khususnya bagi remaja.
Remaja yang semula mengunjungi tempat perbelanjaan, food court dengan berbagai macam pilihan cepat saji, dengan tujuan ingin jalan-jalan pada akhirnya ada keinginan untuk membelanjakan dan tergoda untuk
mengkonsumsi fast food. Remaja pada umumnya mempunyai kepekaan terhadap sesuatu yang sedang menjadi “in” artinya remaja mempunyai kecendrungan untuk ikut-ikutan, remaja biasanya akan termotivasi karena
(20)
takut dianggap ketinggalan zaman. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, pada masa ini banyak terjadi perubahan-perubahan dalam diri sehubungan dengan pencarian jati dirinya. Hurlock (1980) mengatakan, ciri-ciri masa remaja adalah masa sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja sabagai masa mencari identitas. Zulkifli (1986) mengemukakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari anak berusia empat belas sampai dua puluh satu tahun.
Dengan zaman seperti saat sekarang ini konsumen remaja merupakan target pasar yang potensial dalam era ekonomi yang cendrung kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar yang sangat penting. Karena menurut Safira (2007), kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial, alasannya karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja.
Majlis Dzikir Dan Tawasul Forum Silaturahmi Remaja Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa nara sumber yang terdiri dari siswa atau santri, alumni, pengurus sampai kepada masyarakat sekitar yayasan menyatakan bahwa murid atau santri tersebut merupakan murid yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, hal ini terlihat dari gaya dan penampilan serta
(21)
banyaknya murid yang membawa kendaraan pribadi roda dua maupun roda empat kelokasi kegiatan belajar.
Pendapat masyarakat tersebut diperkuat dengan pendapat alumni Majlis Dzikir yaitu Sumarna yang sekarang menjabat sebagai supervisor di
perusahaan swasta di Kota Bogor yang menyatakan bahwa para siswa atau santri terbiasa mengkonsumsi fast food agar dianggap lebih modern dengan remaja yang lain, dan disetiap kegiatan seperti temu alumni, rapat, bahkan acara api unggun yang diadakan di lokasi Puncak-Bogor atau Gunung Salak Endah-Bogor panitia acara biasanya selalu membeli dan menyiapkan fast food untuk mereka konsumsi karena mereka menilai fast food sangat praktis dan menunya pun tergolong mewah.
Begitu juga pendapat remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor yang bernama Nur (19 tahun), walaupun mereka santri akan tetapi untuk hal demikian mereka bersyukur dengan adanya produk-produk
fast food tersebut dapat membantu mereka dalam hal mengkonsumsi
makanan dan rasanyapun cukup lezat. Hal tersebut diperkuat oleh pimpinan Majlis Dzikir Al-Ustadz “Abuya” Dede Jamalullail, SHI. Bahwa beliau tidak mengharamkan produk-produk fast food seperti Kentucky Fried Chicken
(KFC) dan yang lainnya yang penting makanan tersebut diproses serta
(22)
para siswa dapat berfikir positif dan mau terus mencari kebenaran di dalam islam.
Berdasarkan beberapa karakteristik konsumen remaja, diantaranya adalah : 1) Sangat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, 2) Mudah terbujuk iklan terutama pada penampilan produk, 3) Tidak berfikir hemat, dan 4) Kurang realistik, romantis, dan mudah terbujuk atau impulsif (Munandar, 2001). Karakteristik inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
Fast food sendiri dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disiapkan untuk dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat serta dapat dimakan dengan cepat, dan inilah yang menjadi salah satu simbol kehidupan modern karena orang sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak sempat memasak dan hampir tidak memiliki waktu untuk makan.
Pada saat ini bisnis fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) merupakan salah satu bisnis yang dari sekian banyak bisnis fast food yang tidak terlalu terkena imbas krisis. Hal ini diperkuat dengan hasil survey iklan ”Top 100 Megabrand” bahwa merek KFC menduduki ranking 46 dari 100 pengiklan terbesar tahun 1997 (Terence, 2003). Hal ini disebabkan karena semua orang butuh
(23)
dicari khalayak ramai. Akan tetapi faktor yang mendasar adalah rasa yang disuguhkan, serta srategi yang diterapkan dan komitmen penuh.
Produk fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) sebagaimana telah diketahui adalah salah satu produk makanan instant atau cepat saji yang semakin lama semakin banyak digemari masyarakat karena kemudahan dalam hal
penyajiannya, demikian juga bagi kalangan remaja yang sebagian besar berdomisili dekat dari pusat produk fast food tersebut, maka ini merupakan makanan cepat saji yang biasa dikonsumsi karena harganya yang
terjangkau, mudah di dapatkan, dan sifatnya tahan lama, dan dengan semakin banyaknya fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) yang ada di pasaran berarti memberikan keluasan bagi konsumen terutama para remaja untuk memilih menu-menu yang sesuai dengan keinginannya.
Oleh karena itu dengan keanekaragaman konsumen dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari maka dapat dipengaruhi juga oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari diri konsumen maupun luar konsumen itu sendiri, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku membeli diantaranya adalah : 1) Faktor-faktor kebudayaan yang terdiri dari ; a) kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar, b) sub budaya adalah kelompok-kelompok yang lebih kecil dari budaya seperti kelompok-kelompok kebangsaan, kelompok-kelompok keagamaan,
(24)
kelompok-kelompok ras, dan wilayah-wilayah geografis, c) kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusuan dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki niat, minat, dan tingkah laku yang sama. 2) Faktor-faktor sosial yang terdiri dari ; a) kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang, b) keluarga adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan, c) peranan dan status. 3) Faktor pribadi yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, serta keperibadian dan konsep diri. 4) Serta faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, belajar, serta kepercayaan dan sikap (Kotler, 1990).
Berkaiatan dengan hal-hal lain yang turut mempengaruhi intensi membeli, Belleau, Summers, Xu dan Pilen (2007) yang mengadakan penelitian mengenai intensi membeli (purchasing intention) remaja di Amerika Serikat juga menyebutkan beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi intensi, antara lain yaitu tindakan dan pengalaman masa lampau, penggunaan media sebagai sumber informasi (media usage) sehingga keterlibatan individu
(involvement) individu dalam tingkah laku target, atau dalam konteks ini
(25)
Kesediaan konsumen mempengaruhi faktor pengalaman nyata ataupun harapan kepuasan dalam mengkonsumsi barang dan jasa tersebut, konsumen yang potensial menilai barang dan jasa tidak hanya dari aspek fungsional saja seperti kualitas produk, kemasan dari suatu produk,
kepraktisan tempat produk tersebut, harga yang terjangkau, serta faktor yang menambah kepraktisan seperti produk siap antar dan lain-lain, faktor lain yang mempengaruhi keputusan membeli seseorang salah satunya adalah iklan.
Iklan yang ditampilkan di televisi bertujuan membujuk konsumen untuk membeli, sebelum membeli konsumen biasanya terlebih dahulu mengolah dan mengadakan pengidentifikasian yang disebut dengan persepsi.
Perception berarti proses pengenalan atau pengidentifikasian sesuatu (Sitanggang, 1994). Dalam proses persepsi didefinisikan sebagai
pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan yang masuk melalui alat-alat inderanya (Sabri, 1993).
Sebelum mengambil keputusan, pembeli melakukan pengidentifikasian atau pengamatan terlebih dahulu terhadap iklan produk yang akan dibeli, apakah produk tersebut sesuai dengan informasi yang ia terima, sebagai contoh apakah cukup baik dari segi manfaat, kualitas, serta kemasan dan
(26)
sebagainya. Sehingga apakah iklan itu memang dapat meyakinkan serta dapat mengingatkan pembeli akan produk tersebut.
Pada iklan Kentucky Fried Chicken (KFC) di dalamnya menampilkan
beberapa efek yang sangat menarik perhatian konsumen dan tentunya agar konsumen lebih tertarik untuk mengkonsumsinya seperti pada warna yang ditampilkan lebih fresh dan mencolok, dan pada ayam goreng terdapat cryspy yang terlihat sangat renyah dengan daging-daging ayam yang lezat serta daging yang menumpuk disertai asap-asap sehingga tentunya membuat konsumen tergugah seleranya dan konsumen mempersepsikan bahwa memang fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) layak untuk dikonsumsi.
Selain itu, dalam iklan KFC konsumen bisa langsung memesan melalui nomor telepon yang ditayangkan dalam iklan tersebut, dan pesanan itu dicatat oleh komputer, selanjutnya perusahaan KFC akan menerima print-out
pemesanan dalam tempo 24 jam (Jefkins, 1996). Dengan adanya persepsi maka konsumen dapat memberikan pendapat atau penilaian tentang suatu objek (KFC) yang menjadi perhatiannya, dan dengan adanya persepsi maka baik dan buruknya suatu objek dapat diketahui dengan jelas sesuai dengan kenyataan yang ada.
(27)
Fatimah Riswati (2004), mengatakan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diperoleh bahwa keputusan dalam memutuskan barang-barang yang akan dibeli sering dipengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan di berbagai media. Hal ini disebabkan karena iklan televisi menawarkan produk-produk untuk memenuhi kebutuhan dari calon konsumennya. Adapun pengertian iklan sendiri adalahadveretentie yaitu reklame yang artinya
memberitahu (Munandar, 2001).
Perilaku membeli pada masyarakat tidak muncul begitu saja bila tidak didukung oleh peran media yang selalu menarik perhatian untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Hasil survei Consumer International, asosiasi organisasi konsumen yang beranggotakan 220 organisasi dari 115 negara pada tahun 2004, menunjukkan sebagian besar anak menyukai iklan dan mempercayai informasi yang dimuat di dalamnya. Dan pada tahun 2002 YLKI (Yayasan Lembaga Konsuman Indonesia) menemukan keputusan bahwa membeli produk pada orang tua lebih dari 50 persen dipengaruhi oleh iklan, dan di kalangan anak-anak keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh iklan.
(28)
Berdasarkan hasil penelitian di atas, produk-produk yang ditayangkan melalui iklan itu lebih dikenal konsumen dibandingkan dengan produk-produk yang tidak dipublikasikan melalui iklan, dengan iklan maka produk tersebut bisa lebih dikenali baik dari kemasan, merek, maupun harganya dan lain-lain, dan tidak hanya itu saja produk yang diiklankan pun bisa lebih diingat sehingga memudahkan konsumen dalam keputusan pembeliannya ketika dihadapkan dengan produk-produk lain yang belum konsumen kenal sebelumnya.
Dalam proses mengingatkan, fungsi iklan ini merupakan salah satu unsur penting yang perlu mendapat perhatian khusus, bila diamati iklan yang ditayangkan televisi saat ini, banyak diantaranya menggunakan tehnik yang terkait dalam slogannya. Dalam meyakinkan konsumen, presenter iklan jika selebriti yang terkenal maka memiliki pengaruh yang berarti terhadap sikap konsumen pada merek produk yang diiklankan. Kepercayaan dan
keterkenalan selebriti dapat dimanfaatkan oleh para pengiklan untuk memasarkan produk mereka dengan menjadikan mereka selebriti tersebut sebagai celebrity endorser. Menurut Mc Cracken (1989), celebrity endorser
adalah setiap orang yang dikenal secara umum dan menggunkan
keterkenalannya sebagai bagian dari suatu produk dengan tampil dalam produk iklan tersebut.
(29)
Selain slogan dan model iklan tersebut, cara lain yang hampir semua
pemasar melakukannya adalah dengan menampilkan fungsi informasi, fungsi informasi dalam iklan seperti dengan menampilkan kualitas dan harga
dianggap merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk melekatkan pesan di benak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa slogan, model, dan pemberian informasi dalam iklan merupakan daya tarik utama iklan untuk menarik perhatian pemirsa dalam menyaksikan iklan, sehingga pemirsa dapat mempersepsikan bahwa iklan Kentucky Fried Chicken (KFC) cukup bagus dan selalu hadir dibenak pemirsa.
Ketika pemirsa selesai dalam menyaksikan iklan tersebut maka dapat memunculkan niat atau intensi dalam dirinya yang menggambarkan aspek motivasional yang berdampak pada tingkah lakunya, dan intensi ini
menunjukan seberapa jauh seseorang bersedia untuk melakukannya atau dalam kata lain membeli produk fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) tersebut.
Pengertian intensi itu sendiri adalah a persons subjective prtobability that he will perform some behavior, maksudnya adalah intensi merupakan
pandangan subjektif seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku, termasuk tingkah laku membeli (Fishbein & Ajzen, 1975). Jika perilaku ini berada dibawah kendali kemauan seseorang maka orang
(30)
tersebut akan terwujud sebagai aksi. Perilaku membeli memang perilaku yang beralasan tetapi seringkali intensi membeli itu dipengaruhi oleh tindakan kemauan yang emosional.
Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan diatas, Seberapa besarkah pengaruh intensi membeli Kentucky Fried Chicken (KFC) pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor dengan persepsi tentang fungsi iklan di televisi. Peneliti menganggap penting untuk melakukan kajian dan mengetahui lebih jauh hal tersebut melalui penelitian yang berjudul
Pengaruh Persepsi Tentang Fungsi Iklan Fast FoodKentucky Fried Chicken (KFC) Di Televisi Terhadap Intensi Membeli Pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
1.2 . Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah intensi membeli dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor kebudayaan, sosial, pribadi, serta faktor psikologis ?
2. Seberapa besar fungsi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) mempengaruhi intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor ?
(31)
3. Apakah ada pengaruh antara persepsi tentang fungsi iklan di televisi terhadap intensi membeli fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor?
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah pengaruh persepsi tentang fungsi iklan (X) dengan intensi membeli (Y) di televisi. Sedangkan batasan mengenai masing-masing variabel adalah :
1. Intensi membeli adalah setiap perilaku membeli seseorang yang bebas yang ditentukan oleh kemampuan sendiri yang selalu didahului oleh niat. 2. Persepsi tentang fungsi iklan yaitu adalah suatu pengalaman tentang
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tentang sesuatu, dengan menampilkan fungsi iklan itu sendiri seperti untuk menginformasikan, meyakinkan serta mengingatkan. Adapun yang menjadi sumber utama dalam iklan ini adalah fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) yang diiklankan di televisi.
(32)
1.3.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Gambaran intensi membeli berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pendapatan per bulan?
2. Gambaran persepsi fungsi iklan berdasarka jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pendapatan per bulan?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fungsi iklan di televisi terhadap intensi membeli fast foodKentucky Fried Chicken
(KFC) pada remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan persepsi tentang fungsi iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) pada remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum
Silaturahmi Remaja Bogor.
2. Menggambarkan tentang intensi membeli fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) pada remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
(33)
3. Mengetahui pengaruh persepsi tentang fungsi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) di televisi terhadap intensi membeli pada remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian suatu masalah tentu diharapkan ada manfaat dan kegunaannya :
1.4.2.1. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai informasi dalam upaya perusahaan
menyempurnakan program periklanan fast food Kentucky Fried Chicken
(KFC) di televisi terutama fungsi iklan itu sendiri dalam pengaruhnya terhadap intensi membeli.
1.4.2.2. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang pengaruh antara persepsi tentang fungsi iklan di televisi terhadap intensi membeli pada remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
2. Agar dapat dijadikan sebagai satu sumber data tentang permasalahan yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi para konsumen terutama konsumen yang mempunyai masalah dalam intensi membeli.
(34)
3. Memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi konsumen dalam mengikuti perkembangan iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) agar selektif sesuai dengan kebutuhan.
4. Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian keilmuan pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya kajian tentang intensi membeli.
5. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan masalah fungsi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) dengan intensi membeli.
6. Serta dapat membantu bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam menentukan arah dan mencapai tujuan, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
a. BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan dan Batatasan Masalah, serta Tujuan dan Manfaat Penelitian.
b. BAB II : Kajian Pustaka, yang terdiri dari : Bagian pertama adalah Intensi Membeli, yang meliputi Pengertian Intensi, Teori- Teori Intensi. Bagian kedua adalah Persepsi Fungsi
(35)
Persepsi, Pengertian Iklan Fast Food, Aspek-Aspek Iklan Fast Food, Efektivitas Iklan Fast Food. Bagian ketiga adalah
Kerangka berpikir. Bagiankeempat adalah Hipotesis. c. BAB III : Metodologi Penelitian, Yang terdiri dari : Jenis Penelitian
yang meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian, Definisi Operasional Variabel. Pengambilan Sampel yang meliputi Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengmbilan Sampel. Pengambilan Data yang meliputi Metode dan Instrumen Penelitian, Hasil Uji Instrumen Penelitian. Tekhnik Analisis Data. Prosedur Penelitian.
d. Bab IV : Presentasi dan Analisis Data, yang terdiri dari : Gambaran Umum Subyek Penelitian, Hasil penelitian serta Analisis dan Interpretasi Hasil penelitian
(36)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Intensi Membeli
2.1.1. Pengertian Intensi Membeli
Perilaku konsumen merupakan perilaku yang merujuk pada proses
pengambilam keputusan dan kegiatan yang terlibat dalam menilai, mencari, membeli dan memakai suatu barang dan jasa (Loudon & Bitta, 1993). Dalam proses membeli tentunya tidak terlepas dari pengambilan keputusan,
pengertian pengambilan keputusan (decision making) adalah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti (Suharnan, 2005).
Terry menjelaskan pengambilan keputusan sebagai pemilihan perilaku (kelakukan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada (Hasan, 2002). Pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk belum tentu terlaksana karena banyak faktor baik dari dalam maupun dari luar diri konsumen, oleh karena itu intensi membantu mengidentifikasi beberapa atribut penting yang menyebabkan konsumen menampilkan sikap positif atau negatif terhadap pembelian suatu produk.
(37)
Adapun pengertian intensi itu sendiri dalam kamus psikologi adalah ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi atau kaitannya dengan satu objek (Chaplin, 2003). Menurut Fishbein & Ajzen menyatakan intensi adalah sebagai niat, dan juga dapat dikatakan setiap perilaku yang bebas yang ditentukan oleh kemampuan sendiri yang selalu didahului oleh niat (Sarwono, 1999). Buku lain mendefinisikanintensi sebagai :
A person subjective probability that he will perform some behavior.
yang artinya adalah bahwa intensi merupakan pandangan subyektif individu mengenai kemungkinan dirinya akan menampilkan suatu tingkah laku (Fishbein & Ajzen 1975).
Sedangkan Eagly dan Chicken (1993) merangkum intensi sebagai berikut :
Intension a psychological construct distinct from attitude, represents the person’s motivation in the sense of his or her conscious plan to exert effort to carry out a behaviour.
Penjelasan ini menerangkan bahwa intensi merupakan suatu konstruk yang berbeda dengan sikap, mewakili motivasi seseorang dalam berusaha
(38)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan suatu niat yang mengacu pada pandangan seseorang yang subyektif mengenai kemungkin tentang menampilkan tingkah laku dirinya.
2.1.2. Teori Intensi
A. Theory of reasoned action (teori tindakan beralasan)
Theory reasoned action ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya betindak atau bertingkah laku secara umum dan rasional (masuk akal), mereka memperhitungkan berbagai informasi yang tersedia dan mempertimbangkan konsekuensi dari tingkah laku yang akan ditampilkan baik secara eksplisit maupun implisit (Ajzen, 1988). Teori ini mengasumsikan bahwa intensi seseorang untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu tingkah laku adalah penentu langsung dari tingkah laku tersebut.
Tujuan dari teori ini adalah untuk memahami dan meramalkan tingkah laku yang didasarkan atas kemauan sendiri, dalam konteks tersebut teori ini telah terbukti sukses untuk mencapai tujuannya, akan tetapi masalah akan muncul jika konteks tingkah lakunya tidak sepenuhnya didasarkan atas kemauan sendiri. Ajzen memberikan ilustrasi perokok yang mempunyai intensi untuk menghentikan kebiasaannya dalam merokok (Ajzen, 1988).
(39)
Para perokok telah mencoba menghentikan kebiasaannya dalam merokok akan tetapi gagal, menurut theory of reasoned action, intensi merupakan kekuatan utama yang menjadi sumber motivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Maka semakin kuat intensi seseorang untuk melakukan tingkah laku tersebut maka semakin besar kemungkinannya untuk melakukan hal tersebut, akan tetapi tingkah laku tidak ditentukan oleh intensi saja sebagai faktor motivasional, faktor lain yang non-motivasional seperti tersedianya sumber-sumber lain juga dibutuhkan untuk mempengaruhi derajat tingkah laku tersebut.
B. Theory planed behavior (teori tindakan terencana)
Untuk mengatasi masalah tingkah laku yang tidak sepenuhya berbeda dalam kontrol individu maka muncullah theory planed behavior, faktor utama dari teori ini adalah intensi individu untuk menampilkan tingkah laku yang dikehendaki (Ajzen, 1988).
Intensi individu untuk melakukan tingkah laku tertentu merupakan fungsi dari 2 (dua) bauh determinan, yaitu determinan sikap (attitude) dan norma
subyektif. Faktor sikap merupakan faktor pribadi sedangkan norma subyektif merupakan faktor yang mencerminkan pengaruh sosial terhadap individu. Sikap (attitude) merujuk pada sikap individu terhadap melakukan tingkah laku terkait, sementara itu komponen normatif terkait dengan keyakinan individu
(40)
(A) bahwa individu lain yang dijadikan rujukanatau relevant referent (B) menganggap bahwa A hendaknya melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tersebut dan motivasi A untuk mengikuti atau mematuhi B.
Dalam teori ini intensi bukan hanya dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif saja, akan tetapi dipengaruhi juga oleh persepsi kendala perilaku PBC (Perceived Behavior Control). Kontrol perilaku ditentukan oleh
pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit dan mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah (Azwar, 2003).
Ada 3 (tiga) faktor yang menentukan intensi : 1. Sikap (attitude)
Keinginan membeli dapat dijelaskan lewat teori tentang sikap. Sikap didefinisikan sebagai
... Attitude can be described as a learned predisposition to respond in a consistently favorable manner with respect to a given object (Fishbein & Ajzen,1975).
(41)
Maksudnya adalah sikap merupakan predisposisi yang dapat dipelajari dari respon yang konsisten terhadap objek tertentu. Mereka juga mengungkapkan bahwa sikap menunjukan posisi seseorang pada suatu dimensi evaluasi yang sifatnya bipolar yang berkaitan dengan suatu objek, tindakan atau kejadian. Sikap ini juga dapat menyatakan perasaan individu yang bersifat positif maupun negatif terhadap objek.
Sikap terhadap tingkah laku merupakan hasil interaksi antara :
a. Behavioral belief (tingkah laku yang diyakini), bahwa tingkah laku akan menghasilkan akibat atau konsekuensi tertentu
b. Outcome evaluation (evaliasi hasil), evaluasi individu terhadap akibat atau konsekuensi tingkah laku tersebut.
Sikap merupakan fungsi dari sekumpulan belief (Fishbein & Ajzen,1980). Jadi, belief yang mendasari sikap seseorang terhadap tingkah laku disebut sebagai behavioral belief. Behavioral belief berkaitan dengan tingkah laku yang menghasilkan kepuasan atau pada beberapa atribut lain seperti
konsekuensi yang didapatkan dari tingkah laku tersebut. Contoh, Seseorang mengkonsumsi fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) untuk menghemat waktu (tingkah laku). Hal ini dapat menghemat waktu karena praktis dan membuatnya mengubah gaya hidup dengan membatasi diri mengkonsumsi beberapa makanan.
(42)
Jadi, individu yakin bahwa menampilkan suatu tingkah laku tertentu akan membawa konsekuensi positif bagi dirinya, maka menampilkan tingkah laku tersebut akan menjadi suatu hal yang menyenangkan atau positif bagi individu tersebut, demikian pula sebaliknya.
2. Norma subyektif
Norma subjektif didefinisikan sebagai
The person’s perception’s about social pressure to perform or not to perform under consideration (Ajzen, 1988).
Norma subyektif merupakan persepsi seseorang mengenai tingkah laku yang diterima masyarakat atau sebaliknya. Norma ini berhubungan dengan
pengaruh lingkungan sosial terhadap intensi untuk memunculkan perilaku tertentu. Jadi, norma ini merupakan persepsi seseorang terhadap pengaruh sosial untuk melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tertentu.
Norma subyektif terdiri dari 2 (dua) komponen :
a. Normative belief (kelompok rujukan yang diyakini) b. Motivation to comply (motivasi untuk mengikuti)
Norma ini didasari belief normatif (normative belief), yaitu belief- belief yang berhubungan dengan harapan dan keinginan orang lain tentang tingkah laku yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan (Ajzen,
(43)
1988). Jika seseorang yakin kebanyakan orang yang menjadi acuan
mengaharapkannya untuk melakukan suatu tingkah laku tertentu maka orang itu cenderung terdorong untuk melakukan tingkah laku itu, dan sebaliknya. Contohnya adalah orang-orang terdekatnya bepikir bahwa ia seharusnya membeli fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) maka ia akan semakin mungkin mengkonsumsi fast food Kentucky Fried Chicken (KFC).
Kenyataannya bisa saja seseorang tidak memenuhi harapan orang lain tersebut. Motivation to comply merupakan motivasi seseorang untuk
mengikuti harapan individu atau kelompok acuan. Belief-belief normatif dan
motivation to comply akan membentuk norma subyektif (subyektive norms) (Fishbein & Ajzen, 1975).
3. PBC (Perceived Behavior Control)
Dalam pengukuran intensi, Ajzen menambahkan faktor ketiga yaitu PBC, PBC didefinisikan sebagai derajat kemudahan atau kesulitan yang
dipersepsikan untuk melakukan suatu tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lampau (Ajzen,1988),
Ajzen juga menerangkan bahwa perceived behavior control terbentuk dari
belief yang disebut control belief, dan belief ini sangat mempengaruhi intensi bahkan langsung mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sebagian aturan
(44)
umum, semakin favorable sikap dan norma subyektif terhadap suatu tingkah laku dan semakin besar perceived behavior control akan semakin besar pula intensi individu untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen,1988),
Sedangkan hubungan langsung perceived behavior control dengan tingkah laku diasumsikan mencerminkan kontrol nyata yang dimiliki individu untuk melakukan tingkah laku. Hubungan tersebut akan signifikan jika :
a. Tingkah laku tersebut mempunyai aspek-aspek yang tidak sepenuhnya berada dalam kontrol seseorang.
b. Persepsi terhadap kontrol tingkah laku akurat.
Dalam perceived behavior control bahwa perceived behavior control
terbentuk dari belief yang disebut sebagai control belief, dan belief jenis ini sangat mempengaruhi intensi dan tingkah laku seseorang (Ajzen,1988), Sarwono (1999) memberikan contoh orang yang berniat menonton bioskop bisa tidak jadi menonton karena hujan, tidak ada kendaraan, dan letak bioskop jauh dari rumah.
(45)
2.2. Persepsi Tentang Fungsi Iklan Di Televisi 2.2.1. Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception yang berarti
pengamatan. Dalam kamus psikologi perception berarti proses pengenalan atau pengidentifikasian sesuatu (Sitanggang, 1994). Menurut pendapat lain persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, memfokuskan objek-objek yang disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan (Sarwono, 2003).
Suharnan (2005) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasikan stimulus
(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung. Dalam buku psikologi umum dan perkembangannya, mendefinisikan persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia
mengenali rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya (Sabri, 1993).
Persepsi yang dikemukakan oleh Desiderato (dalam Rahmat, 2005) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dari pendapat Jalaludin dapat dipahami bahwa persepsi itu merupakan sesuatu
(46)
yang ada dilingkungannya yang kemudian ditafsirkan sesuai dengan
pengetahuannya. Dalam buku psikologi sosial mendefinisikan persepsi sosial adalah kecenderungan untuk cepat melihat dan memahami
perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan anggota kelompok (Gerungan, 1996).
Sedangkan menurut Robbins (2003),
Perception is a process by which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their
environment.
Persepsi adalah proses menghimpun dan menginterpretasikan kesan sensori, sehingga dapat memberi arti pada lingkungannya. Sedangkan menurut Davidoff (1981), persepsi merupakan proses yang mengorganisir dan menggabungkan alat-alat indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.
Jadi, persepsi tentang fungsi iklan dalam penelitian ini adalah penilaian atau pandangan remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor terhadap pandangan mereka tentang fungsi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) di televisi, dintara fungsi-fungsinya adalah sebagai pemberian informasi, meyakinkan, serta mengingatkan tentang produk itu
(47)
sendiri terhadap intensi membeli mereka, baik pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan dalam hal ini adalah produk fast food Kentucky Fried Chicken (KFC). Dengan adanya persepsi maka seseorang dapat memberikan pendapat atau penilaian tentang suatu objek (KFC) yang menjadi perhatiannya, dan dengan adanya persepsi maka baik dan buruknya suatu objek dapat diketahui dengan jelas sesuai dengan kenyataan yang ada.
Versi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) di televisi yang menjadi objek dalam penelitian adalah versi “KFC siap antar” yang diiklankan oleh artist Cut Tary bersama dengan keluarganya, dalam versi siap antar ini Tary datang untuk menghampiri keluarganya yang terdiri dari suami, dua orang anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka sedang duduk asyik di ruang keluarga sambil menikmati ayam goreng KFC, Tary datang sambil berkata “soal rasa hanya KFC pilihan saya, untuk kemudahan KFC pesan antar andalannya, cukup telpon 14022.”
Setelah itu ketika Tary sampai dan duduk ditengah-tengah anaknya Tary mengatakan “semua kenikmatan siap diantar, praktis kan.” Kemudian ditampilkan satu piring daging ayam yang dengan penampilannya memancing selera makan, dan pada ayam goreng terdapat cryspy yang
(48)
terlihat sangat renyah dengan daging-daging ayam yang lezat serta daging yang menumpuk disertai asap-asap sehingga tentunya membuat konsumen tergugah seleranya. Dipiring tersebut terdapat gambar kebanggaan KFC yaitu gambar kepala orang tua yang sudah terkenal, sedangkan dari awal hingga akhir dibagian pojok atas kiri iklan tersebut terdapat logo KFC.
Jadi versi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) ini adalah versi siap antar, hanya dengan menelpon Call Center 14022 kenikmatan dan
kehangatan menu-menu KFC kini dapat dirasakan dimanapun dan kapanpun anda berada. Menu KFC yang lebih variatif dengan harga terjangkau dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen.
Pemeran dalam iklan ini adalah seorang artist kelahiran aceh yang
mempunyai multitalent ia adalah Cut Tary, selain model, pemain sinetron, ia pun merupakan salah satu presenter terkenal di televisi swasta. Tagline
dalam iklan ini adalah “semua kenikmatan siap diantar, praktis kan.” Ciri lain yang paling menonjol adalah logo KFC itu sendiri yang di dalamnya terdapat kepala orang tua yang berjenggot yang muncul dari awal hingga akhir dilayar kaca televisi pojok atas sebelah kiri.
(49)
Gambar 1.1 Logo KFC 2.2.2. Persepsi Tentang Fungsi Iklan
Persepsi fungsi iklan disusun berdasarkan teori Desiderato (dalam Rahmat, 2005) dan secara umum periklanan dihargai karena dikenal sebagai
pelaksanaan beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya. Kotler (1987) membagi fungsi iklan menjadi 3 (tiga) : (1) informing (memberi informasi), (2) persuading (mempersuasi), (3)
reminding (mengingatkan). persepsi fungsi iklan KFC di televisi disusun berdasarkan teori Desiderato (dalam Rahmat, 2005)
1) Periklanan informatif (informing)
Tujuan dari periklanan informatif adalah untuk membentuk permintaan pertama, serta iklan itu tersebut dapat memberikan informasi untuk
(50)
obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, yang isinya lebih
ditekankan mengenai informasi produk atau jasa yang diiklankan, misalnya kegunaan, kualitas, harga, serta tentang citra perusahan itu sendiri.
2) Iklan persuasif (persuading atau meyakinkan)
Tujuan dari periklanan persuasif adalah untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merek tertentu, sehingga iklan itu dapat meyakinkan konsumen baik dari segi pengalaman konsumen tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, periklanan jenis ini menggunakan komunikasi persuasif yang bernuansa membujuk atau merayu, dan juga lebih mengarahkan timbulnya dorongan-dorongan atau motivasi konsumen.
3) Iklan pengingat (reminding)
Tujuannya adalah untuk meyakinkan pembeli bahwa mereka telah
melakukan pilihan yang benar, iklan ini menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen, dan konsumen selalu ingat baik dari pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, dimana iklan lebih mengingatkan pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar yaitu dengan adanya selogan atau jargon.
(51)
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi, Robbins (2003) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Perceiver (orang yang mempersepsi). Interpretasi seseorang terhadap hal-hal yang terjadi dilingkungannya dipengaruhi oleh karakteristik tersebut, antara lain adalah sikap, motif, minat, pengalaman, serta harapan-harapannya.
2. Target (obyek persepsi). Karakteristik obyek persepsi akan
mempengaruhi persepsi. Obyek yang dipersepsikan tidak dipersepsi sendiri, namun dilihat dari keterkaitan yang ada antara objek persepsi dan lingkungan sekitarnya, seperti hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan.
3. Situation (situasi pada saat persepsi dilakukan). Situasi pada saat individu mempersepsi objek persepsi juga berpengaruh, seperti waktu, keadaan atau tempat kerja, dan keadaan sosial.
Ketika individu memandang ke obyek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu sendiri. Di antara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau
(52)
minat, pengalaman masa lalu, serta harapan. Sebagai contoh jika Anda berfikir perwira polisi harus berwibawa, atau individu yang mengaku jabatan publik pasti tidak jujur, maka mungkin anda akan mempersepsikan mereka dalam cara ini tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
Karakteristik-karakteristik target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Orang yang banyak berbicara kemungkinan akan
mendapatkan perhatian lebih dari kelompok tertentu dari pada mereka yang pendiam.
Demikian pula individu-individu yang luar biasa menarik atau luar biasa tidak menarik. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan target tertentu dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecendrungan untuk mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.
2.2.4. Pengertian Iklan
Institut praktisi periklanan Inggris mendefinisikan sebagai berikut : Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1996).
(53)
Periklanan adalah komunikasi komersial dan non personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah,
direct mail (pengeksposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee & Carla Jhonson, 2007).
Iklan sering juga dikenal dengan sebutan advertensi yang merupakan
penyesuaian kata dari kata dalam bahasa belanda adveretentie ialah reklame
yang artinya memberitahu (Munandar, 2001). Dalam buku “American Business” iklan adalah
Advertising is any form of paid impersonal presentation of goods, services, or ideas for the purpose of inducing people to buy or to act favorebl you what is called to their attention.
Meningkatkan produk adalah satu bentuk pembayaran, presentasi non personal atas barang-barang jasa atau ide-ide dengan tujuan membujuk konsumen untuk membeli atau berperilaku menguntungkan untuk menarik perhatian konsumen (Ferdinant & Mauser, 1982).
(54)
Advertisting is defined as an paid form of nonpersonal communitation about on organization , product, service, or idea by an identified sponsor.
Iklan adalah sesuatu yang penting dari komunikasi yang bukan bersifat personal yang menyangkut organisasi, prediksi, pelayanan atau ide-ide yang berasal dari apa-apa yang dirancang oleh sponsor (Belch & Michel A. Blech, 2004).
Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tentang sesuatu misalkan seperti produk fast food KFC, agar konsumen senantiasa membeli atau mengkonsumsi produk yang sedang dipasarkan. Iklan ditelevisi mampu mengganggu emosi konsumen dengan menyuguhkan tayangan-tayangan yang menarik, penonton seakan dibuat tak berdaya dengan tampilan audio visual tersebut karena benar-benar di suguhkan dengan kemasan dan trik yang menarik sehingga terjadi ledakan besar yang membombardir konsumen yang menonton tayangan tersebut yang
berdampak konsumen selalu memikirkan tayangan tersebut.
Karena sifat iklan itu adalah konsumsi satu arah maka artinya perusahaan sebagai produsen tidak dapat reaksi dari konsumen yang dituju oleh iklan itu. Tiap kelompok konsumen dalam masyarakat memiliki kemampuan
(55)
kebijakan periklanan ini harus disusun secara cermat agar pesan iklan yang dikonsumsi dapat mencapai konsumen yang menjadi target periklanan tersebut. Dalam membuat program iklan manajer perusahaan harus selalu memulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli.
Selanjutnya Kotler dan kawan-kawan membuat lima keputusan yang disebut 5 (lima) M dalam pembuatan program periklanan :
1. Mission (Misi) : Apakah tujuan periklanan?
2. Money (Uang) : Berapa banyak yang dapat dibelanjakan? 3. Message (Pesan) : Pesan apa yang harus disampaikan? 4. Media (Media): Media apa yang digunakan?
5. Mesuarment (Pengukuran) : Bagaimana mengevaluasi hasilnya? (Kotler. Dkk, 2000).
2.2.5. Keputusan-Keputusan Utama Dalam Iklan
Dalam periklanan tentunya ada 5 (lima) keputusan penting dalam mengembangkan suatu program periklanan yang harus diambil oleh manajemen pemasar (Kotler, 1987). Keputusan-keputusan tersebut yaitu :
1. Penetapan Sasaran
Dalam membuat program periklanan adalah menetapkan sasaran periklanan. Sasaran periklanan dapat diklasifikasikan menurut 3 (tiga) fungsinya : apakah untuk menginformasikan, membujuk atau mengingatkan.
(56)
a) Periklanan informatif (informing)
Tujuan dari periklanan informatif adalah untuk membentuk permintaan pertama. Isinya lebih ditekankan mengenai informasi produk atau jasa yang di iklankan, misalnya kegunaan, kualitas, harga, ukuran atau tentang citra perusahan itu sendiri. Untuk mengkomunikasikan pesan-pesan itu, kalangan pengiklan bisa menggunakan daya tarik emosional yaitu dengan menyentuh rasa senang, gembira, kasihan, gengsi, takut sedih dll, atau daya tarik
rasional dengan memberi informasi tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk.
b) Iklan persuasif (persuading atau meyakinkan)
Tujuan dari periklanan persuasif adalah untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merek tertentu. Periklanan jenis ini menggunakan komunikasi persuasif yang bernunsa membujuk atau merayu, dan juga lebih
mengarahkan timbulnya dorongan-dorongan atau motivasi konsumen.
c) Iklan pengingat (reminding)
Tujuannya adalah untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar, ini sangat penting dalam tahap produksi yang telah mapan untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk
tersebut dimana iklan lebih meyakinkan pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar yaitu dengan adanya selogan atau jargon.
(57)
Akan tetapi pada saat sekarang ini tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat sehingga cara berfikir masyarakat juga semakin maju dan semakin kritis. Masyarakat yang pendidikannya maju akan menyadari pola hidup pragmatis, menyukai produk yang mudah dikonsumsi dan menyehatkan yang diproduksi oleh produsen yang mempunyai tanggung jawab kepada
konsumen dan masyarakat. Oleh sebab itu keberhasilan iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) dapat dilihat dari kemampuan iklan dalam meningkatkan dan mendidik masyarakat mengenai pola hidup yang sehat, yang disesuaikan dengan norma yang berlaku yang ada di Indonesia.
2. Keputusan Mengenai Anggaran
Setelah menentukan tujuan dalam iklan, kemudian suatu perusahaan dapat membuat anggaran periklanan untuk tiap produk. Peran periklanan adalah meningkatkan permintaan atas produk tersebut.
Ada 5 (lima) faktor yang perlu dipertimbangkan saat menetapkan anggaran periklanan. Tahap dalam siklus produk pada umumnya produk yang baru mendapat anggaran iklan yang besar, agar pelanggan mencoba produk tersebut dan juga supaya membangun kesadaran pelanggan :
a) Tahap dalam siklus hidup produk b) Pangsa pasar dan basis konsumen c) Persaingan dan gangguan
(58)
d) Frekuensi periklanan
e) Kemungkinan substitusi produk
3. Keputusan Mengenai Pesan
Berdasarkan sasaran dan anggaran periklanan yang sudah ditetapkan produsen harus mengembangkan suatu strategi yang kreatif. Ada 3 (tiga) tahapan yang harus ditempuh oleh pengiklan :
a) Pembangkitan pesan
Orang yang kreatif harus meggunakan berbagai metode untuk
membangkitkan pesan gagasan iklan guna mencapai sasaran periklanannya. Orang yang kreatif banyak memperoleh secara induktif dengan bercakap-cakap dengan konsumen, para ahli, dan pesaing, dan ada juga dari orang kreatif lainnya.
b) Evaluasi dan pemilihan pesan
Pengiklan harus mengevaluasi pesan-pesan yang mungkin bisa digunakan, Twedt menganjurkan agar pesan dinilai dan di evaluasi atas keteringinan, ke ekslusifan, dan keterpercayaan.
(59)
c) Penyampaian pesan
Penyampaian pesan dapat sangat menentukan bagi produk-produk yang sangat serupa seperti fast food KFC. Pengiklan harus menempatkan pesan dengan cara sedemikian rupa sehingga mampu merebut minat dan perhatian
audiens sasaran.
4. Keputusan Mengenai Media
Tugas pengiklan berikutnya adalah memilih media periklanan untuk menyampaikan pesan periklanan. Langkah-langkah yang diperlukan mencakup :
1) Keputusan mengenai jangkauan, frekuensi, dan dampak.
2) Pemilihan diantara jenis-jenis media utama, seperti surat kabar, TV, pos langsung, radio, dan majalah.
3) Pemilihan sarana media spesifik.
4) Keputusan mengenai jadual waktu media.
5. Evaluasi periklanan
Program periklanan harus di evaluasi secara terus menerus. Para peneliti menggunakan beberapa tehnik untuk mengukur pengaruh periklanan terhadap komunikasi dan penjualan.
1) Riset pengaruh komunikasi : Riset ini berusaha menentukan apakah sebuah iklan berkomunikasi secara efektif. Disebut pengujian naskah, hal
(60)
ini dapat dilakukan sebelum iklan ditempatkan pada media sesungguhnya dan setelah iklan tersebut dicetak atau di siarkan.
2) Riset pengaruh penjualan : Riset ini membantu para pengiklan menilai efek komunikasi dari sebuah iklan namun sedikit sekali mengungkapakan tentang dampak penjualannya.
2.2.6. Efektivitas Iklan
Tinggi rendahnya tingkat efektivitas iklan ditentukan oleh cara-cara yang digunakan oleh produsen dalam mengiklankan produknya. Menurut Burt sumbangan psikolog dalam bidang periklanan terutama berkaitan dengan daya tarik yang digunakan untuk membujuk calon konsumen untuk membeli, dengan mengendalikan perhatiannya dan memberi kesan yang disimpan dalam ingatannya sehingga bila dibutuhkan produk tersebut muncullah merek produk tersebut dari ingatannya (Munandar, 2001).
Faktor yang ikut menentukan tingkat evektivitas iklan ialah yang diakronimkan sebagai AIDA, yang artinya :
1) Attention, pertama-tama iklan harus dapat menarik perhatian calon konsumen.
2) Interest, setelah calon konsumen mulai tertarik pada iklan diharapkan ia mau membaca iklannya.
(61)
3) Desire, setelah membaca diharapka konsumen mau atau akan timbul keinginannya untuk membeli produk yang ditawarkan. Iklan hendaknya memberi keyakinan bahwa produk yang ditawarkan akan memenuhi kebutuhan dan harapannya.
4) Action, dengan timbulnya keinginan para calon konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan, telah terbentuk pula sikap yang positif terhadap produk tersebut (Munandar, 2001).
2.2.7. Kelebihan dan Kekurangan Iklan Televisi
Televisi merupakan media utama, melalui TV mereka dapat memamerkan keindahan suara dan peragaan penyanyi yang tampil (Jefkins, 1997). Televisi juga adalah sesuatu yang terbaik dalam citra dan simbol komunikasi karena mampu meragakan penggunaan produk dan reaksi konsumen, TV juga
memiliki jangkauan yang sangat luas. Selama lebih dari 40 tahun, TV menjadi media paling berpengaruh di dunia meskipun ukuran khalayak TV jaringan telah menurun dalam dekade terakhir.
Sebuah jajak pendapat tahun 1997 menunjukkan pengurangan bertahap cengkraman televisi di atas waktu luang Amerika, penonton TV sebagai pilihan waktu luang turun 6% dari tahun 1995 dibanding dengan tiadanya perubahan pada mereka mengenai hobi membaca, berjalan-jalan, dan berkumpul bersama keluarga sebagai pilihan-pilihan waktu luang (Lee &
(62)
Jhonson, 2007). Akan tetapi meskipun demikian TV tetap menjadi periklanan dengan jangkauan terluas. Uraian kelebihan-kelebihan televisi sebagai media ini berlaku dimana saja, tidak hanya itu iklan televisi begitu berpengaruh sehingga terkesan sebagai media iklan yang paling efektif, selain memiliki kelebihan-kelebihan iklan televisi juga diliputi oleh berbagai kelemahan dan keterbatasan. Dibawah ini akan diuraikan kelebihan dan kekurangan televisi.
Kelebihan Iklan Televisi Secara Umum (Jefkins, 1996) :
a. Kesan realistik. Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata.
b. Masyarakat lebih tanggap. Karena iklan di televisi disiarkan di rumah-rumah disuasana yang serba santai atau kreatif maka masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian.
c. Repetisi atau pengulangan. Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.
d. Adanya pemilihan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking)
(63)
e. Ideal bagi para pedagang eceran. Iklan televisi dapat menjangkau
kalangan pedagang eceran sebaik ia menjangkau konsumen, iklan televisi merupakan sesuatu yang membuat dagangan mereka laku.
f. Terkait erat dengan media lain. Iklan televisi mungkin saja terlupakan begitu cepat akan tetapi kelemahan ini bisa diatasi dengan
memadukannya pada wahana iklan lain.
Kelemahan Iklan Televisi (Jefkins, 1996) :
a. Televisi cendrung menjangkau pemirsa secra massal, sehingga pemilihan (untuk kepentingan pembidikan pangsa pasar tertentu) sering sulit
dilakukan.
b. Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data yang lengkap mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatnya, maka lagi-lagi televisi tidak akan bisa menandingi media pers.
c. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil menonton televisi, sama seperti ketika mereka mendengarkan siaran radio.
d. Karena pemirsanya yang sulit di pilih-pilih itu, maka iklan televisi justru terbilang mahal.
e. Karena pembutan iklan televisi butuh waktu yang cukup lama, mak ia tidak cocok untuk iklan-iklan khusus atau bahkan yang bersifat darurat yang harus segera mungkin disiarkan.
(64)
f. Di negara-negara yang memiliki cukup banyak stasiun televisi, atau yang jumlah total pemirsanya relatif sedikit, biaya mungkin cukup rendah sehingga memungkinkan di tayangkannya iklan yang panjang atau yang berulang-ulang, sehingga mungkin membuat pemirsa merasa bosan. g. Kesalahan khusus yang dibuat oleh produser iklan televisi, menurut
Virginia Matthews yang menulis tentang masalah ini di Mareketing Week
(06 Agustus 1993), adalah menggunakan penyajian atau model yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain.
2.3. Kerangka Berpikir
Kebiasaanmengkonsumsi fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) pada akhir-akhir ini meningkat drastis dari waktu kewaktu. Masyarakat khususnya Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor, termasuk mereka yang mengkonsumsinya. Ada banyak faktor yang memicu masyarakat untuk memutuskan membeli produk fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) tersebut, salah satunya adalah adanya sistem informasi dalam bentuk iklan yang mengandung unsur informatif, persuasif, serta meningatkan yang dapat mempengaruhi dan juga lebih mengarahkan timbulnya dorongan-dorongan dan motivasi sehingga konsumen tergugah dan tertarik untuk memutuskan membeli serta mengkonsumsi fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) tersebut.
(65)
Cara iklan ini merupakan cara memanfaatkan kredibilitas suatu produk melalui tokoh, artis atau figur yang dianggap mempunyai sugesti kuat yang bisa mempengaruhi dan menarik konsumen untuk membentuk atau
mengubah sikap netral menjadi sikap positif terhadap produk yang ditawarkan.
Versi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) di televisi yang menjadi objek dalam penelitian adalah versi “KFC siap antar” yang diiklankan oleh artist Cut Tary bersama dengan keluarganya, dalam versi siap antar ini Tary datang untuk menghampiri keluarganya yang terdiri dari suami, dua orang anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka sedang duduk asyik di ruang keluarga sambil menikmati ayam goreng KFC, Tary datang sambil berbicara “soal rasa hanya KFC pilihan saya, untuk kemudahan KFC pesan antar andalannya, cukup telpon 14022”.
Setelah itu ketika Tary sampai dan duduk di tengah-tengah anaknya, Tary mengatakan “semua kenikmatan siap diantar, praktis kan.” Kemudian ditampilkan satu piring daging ayam yang dengan penampilannya memancing selera makan, dan pada ayam goreng terdapat cryspy yang terlihat sangat renyah dengan daging-daging ayam yang lezat serta daging yang menumpuk disertai asap-asap sehingga tentunya membuat konsumen tergugah seleranya. Pada wadah tempat daging tersebut terdapat gambar
(66)
kebanggaan KFC yaitu gambar kepala orang tua yang sudah terkenal, sedangkan dari awal hingga akhir dibagian pojok atas kiri iklan tersebut terdapat logo KFC.
Persepsi tentang fungsi Iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) secara tidak langsung mendorong konsumen seperti Remaja Majlis Dzikir Dan
Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor untuk bereksperimen dengan rasa, dan kenikmatan serta kelezatan bahkan kemasan atau bentuk makanan yang berbeda-beda dengan cara mencoba fast food Kentucky Fried Chicken
(KFC) itu sendiri.
Oleh karena itu jika iklan fast foodKentucky Fried Chicken yang ditampilkan dapat mengetahui aspek mana yang dapat membuat seseorang remaja memiliki intensi untuk membeli maka Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor pasti akan mengambil sikap untuk membeli produk fast foodKentucky Fried Chicken tersebut.
Kemampuan iklan untuk menciptakan perubahan sikap yang menyokong terhadap suatu produk mungkin sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) itu sendiri. Iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) yang ditawarkan kemudian disukai dapat menghasilkan sikap yang positif sehingga pada akhirnya konsumen tertarik
(67)
untuk mengkonsumsi fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) tersebut, sedangkan iklan fast food yang tidak menarik akan menimbulkan dampak negatif bagi konsumen sehingga konsumen malas dan enggan untuk mengkonsumsinya.
Akan tetapi sebenarnya pengiklanan membuat iklan efek persuasif dari
pengulangan pesan yang memiliki hubungan yang positif sehingga konsumen terus mengkonsumsi produk tersebut. Memang jelas bahwa perilaku membeli ini adalah perilaku yang beralasan tetapi sering kali intensi membeli fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) itu dipengaruhi oleh tindakan kemauan yang emosional. Dalam hal konsumsi misalkan, intensi membeli fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) pada remaja ini didasarkan pada norma subjektif, norma ini berhubungan dengan lingkungan sosial terhadap tingkah laku. Jika
berbagai pihak seperti keluarga, masyarakat, idola atau rujukan mereka dianggap sebagai pihak-pihak yang berpengaruh dalam intensi seseoarang dan pihak-pihak tersebut memiliki harapan atas intensinya yaitu untuk
mengkonsumsi produk fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) maka remaja tersebut akan mengkonsumsi produk fast food Kentucky Fried Chicken
(KFC). Hal ini dipengaruhi oleh iklan yang menampilkan figur atau idola mereka yang kemungkinan besar dapat berpengaruh pula dalam hal untuk melakukan tindakan membeli.
(68)
Dalam hal ini faktor sosial yang lebih berperan dari pada faktor pribadi dalam mewujudkan intensi membeli tersebut, akan tetapi bisa juga seorang remaja memiliki intensi membeli fast food karena sesuai dengan pengalaman serta gaya hidup atau kebutuhannya. Misalkan remaja tersebut memang suka dengan makanan tersebut karena praktis dan remaja ini memang pada tempat tinggalnya tidak pernah memasak atau dia memang tinggal sendiri dan bisa juga remaja tersebut kost, maka ia cendrung tidak akan memiliki intensi yang kuat untuk tidak membeli fast food tersebut, walaupun ia memiliki sikap yang positif terhadap produk tersebut dan percaya bahwa orang-orang yang penting bagi dirinya tidak menghalangi dia untuk membeli fast food Kentucky Fried Chicken (KFC). Hal ini menunjukan adanya hubungan antara PBC dengan intensi tanpa diperantarai oleh sikap terhadap tingkah laku dan norma subjektif.
maka dapat dilihat pengaruh antara persepsi tentang fungsi iklan di televisi terhadap intensi membeli fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor sebagai berikut.
(69)
Dari bagan di atas maka dapat dijelaskan bahwa persepsi tentang fungsi iklan Kentucky Fried Chicken (KFC) di televisi dapat menjelaskan intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
2.4. Pengajuan Hipotesis
Untuk pengujian apakah ada pengaruh antar independen variabel dan dependen variabel dilakukan pengujian, yaitu :
Ha : Ada pengaruh persepsi tentang fungsi iklan fast foodKentucky Fried Chicken (KFC) di televisi terhadap intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
Ho : Tidak ada pengaruh persepsi tentang fungsi iklan fast food Kentucky Fried Chicken (KFC) di televisi terhadap intensi membeli pada Remaja Majlis Dzikir Dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor.
Y
Intensi Membeli : - Sikap
- Norma Subjektif - PBC
X
Persepsi Tentang Fungsi Iklan :
- Menginformasikan - Meyakinkan - Mengingatkan Remaja Majlis Dzikir
dan Tawasulan Forum Silaturahmi Remaja Bogor
(70)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuntitatif. Penelitian dengan kuntitatif dan metode yang digunakan menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika, menurut Umar pendekatan kuantitatif salah satu pendekatan dengan penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan
penafsiran kuantitatif yang kokoh (Salam & Aripin, 2006).
3.1.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang dapat diukur dan diamati yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai-nilai (Hasan, 2002). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu : Variabel 1 : Persepsi tentang fungsi iklan
(71)
3.1.3. Definisi Konseptual
a. Persepsi tentang fungsi iklan adalah suatu pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tentang sesuatu, dengan menampilkan fungsi iklan itu sendiri seperti untuk menginformasikan, meyakinkan serta megingatkan.
b. Intensi membeli adalah setiap perilaku membeli seseorang yang bebas yang ditentukan oleh kemampuan sendiri yang selalu didahului oleh niat.
3.1.4. Definisi Operasional
Definisi operasioanal adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur (Kountur, 2005).
a. Persepsi tentang fungsi iklan
Dalam penelitian ini, persepsi tentang fungsi iklan dilihat dalam 3 (tiga) fungsi. Fungsi-fungsi iklan diambil dari Kotler (1987). Sementara Persepsi diambil dari Desiderato (dalam Rahmat, 2005).
1) Periklanan informatif (informing) adalah untuk membentuk permintaan pertama, serta iklan itu tersebut dapat memberikan informasi untuk konsumen dalam mengambil keputusan baik itu dari pengalaman
(72)
tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, yang Isinya lebih ditekankan mengenai informasi produk atau jasa yang di
iklankan, seperti kualitas, harga dan citra perusahaan.
2) Iklan persuasif (persuading) adalah untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merek tertentu, sehingga iklan itu dapat
meyakinkan konsumen baik dari segi pengalaman konsumen tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, seperti rayuan dan motivasi konsumen.
3) Iklan pengingat (reminding) adalah untuk meyakinkan pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar, iklan ini menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen, dan konsumen selalu ingat baik dari pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, dimana iklan lebih mengingatkan pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar, seperti selogan atau jargon.
(73)
b. Intensi membeli
Dalam penelitian ini, variabel intensi membeli dilihat dari 3 (tiga) aspek. 1) Sikap (attitude) merupakan predisposisi yang dapat dipelajari dari
respon yang konsisten terhadap objek tertentu (Fishbein & Ajzen,1975).
i. Behaviour belief (tingkah laku yang diyakini) ii. Outcome evaluation (evaluasi hasil)
2) Norma subyektif merupakan persepsi seseorang mengenai tingkah laku yang diterima masyarakat atau sebaliknya (Ajzen, 1988).
i. Normative belief (kelompok rujukan yang diyakini) ii. Motivation to comply (motivasi untuk mngikuti)
3) Percaived Behaviour Control (PBC) merupakan derajat kemudahan atau kesulitan yang dipersepsikan untuk melakukan suatu tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman masa
lampau (Ajzen,1988).
i. Perceived Behavior Control Belief (PBCB)
3.2. Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Remaja Majlis Dzikir Dan
(1)
VAR00005 53.2222 39.859 .152 .588 .792
VAR00006 53.1556 36.180 .459 .599 .769
VAR00007 53.3778 39.240 .296 .357 .780
VAR00008 53.2000 35.982 .506 .558 .765
VAR00009 53.5778 36.113 .533 .586 .763
VAR00010 53.1556 37.089 .477 .498 .768
VAR00011 53.3333 36.864 .383 .473 .775
VAR00012 53.2222 38.949 .309 .535 .780
VAR00013 53.4222 39.613 .253 .425 .783
VAR00014 53.2000 37.255 .397 .651 .774
VAR00015 53.3778 39.695 .212 .563 .786
VAR00016 53.0444 37.771 .495 .697 .769
VAR00017 52.8000 38.391 .488 .681 .770
VAR00018 53.1778 36.831 .451 .467 .770
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(2)
Lampiran 15
RELIABILITAS DAN VALIDITAS INTENSI MEMBELI (FIELD TEST)
Case Processing Summary
N %
Valid 45 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 45 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.668 .671 29
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.0889 .82082 45
(3)
VAR00003 3.2444 .88306 45
VAR00004 2.9111 .79264 45
VAR00005 3.2000 .91949 45
VAR00006 2.7778 .76541 45
VAR00007 2.8000 .78625 45
VAR00008 2.9111 .66818 45
VAR00009 2.9111 .87444 45
VAR00010 3.1111 .64745 45
VAR00011 3.0222 .78303 45
VAR00012 2.7333 .83666 45
VAR00013 2.6667 .82572 45
VAR00014 2.6222 .80591 45
VAR00015 2.9778 .86573 45
VAR00016 2.6889 .84805 45
VAR00017 3.1333 .75679 45
VAR00018 2.9778 .75344 45
VAR00019 2.5333 .86865 45
VAR00020 3.2444 .67942 45
VAR00021 2.9556 .85162 45
VAR00022 2.6222 .83364 45
VAR00023 2.8444 .82450 45
VAR00024 3.0667 .78044 45
VAR00025 3.2667 .61791 45
VAR00026 3.1333 .72614 45
VAR00027 3.3111 .82082 45
VAR00028 3.1556 .85162 45
VAR00029 3.2889 .66134 45
(4)
Mean Minimum Maximum Range
Maximum /
Minimum Variance N of Items
Item Means 2.980 2.533 3.311 .778 1.307 .052 29
Inter-Item Correlations .066 -.396 .645 1.041 -1.629 .035 29
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 83.3333 48.818 .189 . .662
VAR00002 83.2000 47.482 .324 . .651
VAR00003 83.1778 44.968 .499 . .633
VAR00004 83.5111 50.392 .057 . .673
VAR00005 83.2222 47.631 .251 . .657
VAR00006 83.6444 49.007 .193 . .662
VAR00007 83.6222 50.468 .051 . .673
VAR00008 83.5111 50.756 .048 . .672
VAR00009 83.5111 47.301 .299 . .652
VAR00010 83.3111 49.401 .202 . .661
VAR00011 83.4000 45.927 .482 . .637
VAR00012 83.6889 46.946 .350 . .648
VAR00013 83.7556 48.553 .211 . .660
VAR00014 83.8000 48.391 .234 . .658
VAR00015 83.4444 45.480 .465 . .636
VAR00016 83.7333 46.973 .341 . .649
VAR00017 83.2889 44.119 .693 . .620
VAR00018 83.4444 47.616 .334 . .650
VAR00019 83.8889 52.601 -.135 . .691
VAR00020 83.1778 49.331 .195 . .662
VAR00021 83.4667 47.118 .326 . .650
(5)
VAR00023 83.5778 52.249 -.107 . .687
VAR00024 83.3556 51.598 -.049 . .681
VAR00025 83.1556 48.362 .339 . .652
VAR00026 83.2889 48.710 .239 . .658
VAR00027 83.1111 54.101 -.258 . .699
VAR00028 83.2667 48.427 .211 . .660
VAR00029 83.1333 49.209 .217 . .660
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(6)