Perbandingan Nilai Gizi Makro Susu Bubuk Beraroma Vanila

51 Hasil analisa kadar karbohidrat pada reformulasi satu lebih tinggi daripada formula awal karena pada reformulasi satu memakai whey yang mengandung karbohidrat 5.2 dan maltodekstrin yang merupakan turunan dari karbohidrat. Hal ini menyebabkan kadar karbohidrat pada reformula satu lebih tinggi dibandingkan dengan formula awal yang memakai campuran dari susu bubuk skim yang mengandung karbohidrat sebanyak 54.1 dan susu bubuk full krim yang mengandung karbohidrat sebanyak 38. Hasil analisis kadar air menunjukkan perbedaan antara formula awal dan reformulasi satu. Kadar air pada susu bubuk yang telah disimpan seharusnya tidak meningkat secara signifikan dibandingkan pada saat diproduksi. Hal ini dapat dicegah oleh konsumen dengan cara menutup rapat kaleng atau kemasan setelah membukanya. Kemasan sachet ada bermacam-macam, maka harus dilakukan pemilihan kemasan yang tepat dengan sifat barier yang cukup agar tidak terjadi perpindahan kadar air moisture. Water acitivity pada susu bubuk merupakan fungsi dari kadar air dan suhu. Kenaikan water activity dapat menyebabkan peningkatan sifat tidak larut, menggumpal dan pencoklatan susu bubuk. Hasil analisis kadar abu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kadar abu antara formula awal dan reformulasi satu seperti ditunjukkan pada Tabel 11. Hasil analisis terhadap sifat fisiko-kimia baik pH, kadar air maupun densitas kamba menunjukkan perbedaan nyata p0.05 antara formula awal maupun reformulasi satu, seperti ditunjukkan pada Tabel 12. Walaupun demikian kenaikan hasil analisis pH, kadar air dan densitas kamba masih masuk dalam kisaran standar internal perusahaan. Perbedaan komposisi bahan antara formula awal dan reformulasi satu dapat mempengaruhi pH, densitas kamba dan kadar air. Nilai pH mengalami peningkatan karena komponen ingridien dari reformulasi satu merupakan campuran dari formula awal dengan protein whey pH 6.8 dan glucidex 19 pH 5.67. 52 Tabel 12 Hasil analisis sifat fisiko-kimia Hasil analisis rata-rata Parameter Satuan Formula awal Reformulasi satu Standar internal pH - 6.69 a 6.72 b 6.5 – 7.0 Densitas kamba gml 0.58 a 0.61 b 0.55 – 0.59 Kadar air 3.42 a 3.88 b Maksimum 4.0 Dengan peningkatan densitas kamba maka jumlah produk yang dimasukkan di dalam kemasan sachet tampak lebih padat. Pada reformulasi satu ditambahkan konsentrat protein whey dimana densitas kambanya 0.40 – 0.50 gml dan maltodekstrin dengan densitas kamba pour bulk density 0.50 gml. Densitas kamba dari susu bubuk merupakan hasil dari beberapa sifat yang kompleks dan salah satu faktor yang menentukan densitas kamba antara lain densitas padat yang merupakan komposisi produk. Pada susu bubuk yang baru diproduksi seringkali menunjukkan densitas kamba yang rendah yang akan naik beberapa hari setelah diproduksi. Hal ini disebabkan muatan elektrostatik dari susu bubuk yang akan menyebabkan partikel saling melekat satu sama lain dan membentuk aglomerasi. Dengan berjalannya waktu maka susu bubuk akan kehilangan muatannya dan kembali normal Westergaard 1994 Peningkatan kadar air dapat menyebabkan peningkatan resiko masa kadaluarsanya.Kadar air meningkat karena pada waktu pencampuran ingridien untuk reformulasi ada uap air dari udara yang masuk, dan juga konsentrat protein whey serta maltodektrin bersifat higroskopis. Kadar air dari konsentrat protein whey adalah 4 dan kadar air dari maltodektin adalah 5. Hasil analisis mikrobiologi yang ditunjukkan pada Tabel 13 masih di dalam standard dari SNI Susu Bubuk yaitu Total Plate Count maksimum 5 x 10 5 cfug dan Coliform maksimum 20 BSN 1999. Menurut standard internal perusahaan, batas standard untuk khamir dan kapang adalah 50 cfug. Jadi masih dalam kisaran standar internal perusahaan. 53 Tabel 13 Hasil analisis mikrobiologi Hasil analisis rata-rata Standar Parameter Satuan Formula awal Reformulasi satu internal Total Plate Count cfug 225 175 Maks 10 000 Coliform cfug 3 3 3 Khamir dan kapang cfug 10 10 Maks 50

D. Perbandingan Biaya Produk

Perhitungan reformulasi satu dengan sukralosa 0.027 dan maltodekstrin glucidex 19, maka diperoleh penghematan harga produk sebesar = 3300.00-3176.623300.00x100 = 3.74 Tabel 14. Bila produk diproduksi dalam satu bulan sebanyak 100 ton, maka ada penghematan harga produk sebesar 100 x 3300.00-3176.62 = 12 338 USD Tabel 14 Perbandingan harga produk Harga USDton Ingridien Komposisi ton Harga USDton Formulasi awal Reformulasi satu Susu bubuk awal 1 100 3 300.00 3 300.00 Susu bubuk 0.82 82 dari tahap satu 3 300.00 2 705.27 Sukralosa 0.022 82 dari tahap satu 2 626.67 58.15 Konsentrat protein whey 0.065 6.50 4 800.00 - 312.00 Maltodektrin glucidex 19 0.115 11.50 880.00 - 101.20 TOTAL 3 300.00 3 176.62 55 DAFTAR PUSTAKA 1. [ADA] American Dietetic Association. 2007. Use of Nutritive and Nonnutritive Sweeteners. 2007 http:www.eatrightorgcpsredxchgSID-5303F 2. [Anonim]. 2001. Sucralose - Technological Justification. [24 Januari 2001] http:www.food.gov.ukmultimediapdfssucraconsult2.pdf 3. [Anonim]. 2006. Carbohydrates and Sugars. [November 2006] http:ific.orgnutritionsugarsindex.cfm 4. [Anomim]. 2007. Sucralose.D-et. http:www.d-et.comengsukralose.asp [27 Februari 2007]. 5. Astawan M. 2006. Sorbitol Pemanis Yang Aman. Gaya Hidup Sehat 354: 14-15. 6. Baldwin A. 2006. Important Physical, Chemical and Functional Properties of Milk Powder. Di dalam Milk Powder Packing and Blending Handbook. Desember 2005. New Zealand. 7. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Peraturan Tehnis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Jakarta. BPOM RI. 8. Brandt L. 1996. The Creation and Use of Vanilla. Virgo Publishing 2007 http:www.vpico.comarticlemanager 9. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1999. Susu Bubuk. SNI 01-2970-1999 10. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2004. Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan - Persyaratan Penggunaan Dalam Produk Pangan. SNI 01-6993-2004. 11. Bylund G et al. 2003. Dairy Processing Handbook. Sweeden: Tetra Pak Processing System AB. 12. Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 13. [CCC] Calorie Control Council. 2006a. Sweet Choices.Question Answers about Sweeteners in Low-Calorie Foods and Beverages. 2006 http:www.caloriecontrol.org. [1 Februari 2007]. 14. [CCC] Calorie Control Council. 2006b. Sucralose. http:www.sucralose.orgresearch.html. [Februari 2007].