Keberlanjutan Dimensi Ekologi Keberlanjutan Masing-Masing Dimensi

95 Dengan demikian berarti seluruh atribut yang digunakan sudah cukup baik menerangkan kondisi sistem yang sebenarnya.

5.2. Keberlanjutan Masing-Masing Dimensi

Untuk mengetahui nilai indeks setiap dimensi yang digunakan sebagai indikator keberlanjutan sistem usahatani saat ini serta atribut apa saja yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan di masing-masing dimensi dan wilayah, maka dilakukan analisis Rapfarm dan analisis Leverage. Tabel 5.1 berikut ini menunjukkan hasil analisis ordinasi untuk seluruh dimensi. Penjelasan untuk setiap dimensi dapat dilihat pada Sub Bab 5.2.1 – 5.2.5. Tabel 5.1. Hasil Analisis Ordinasi Untuk Lima Dimensi Dimensi Parameter Statistik Titik ordinasi Stress R 2 SC Jml Iterasi Ekologi 1. Lembang 2. Dongko 35,47;-9,48 24,16;8,15 0,135 0,934 2 Ekonomi 1. Lembang 2. Dongko 38,14;-2,70 47,13;-9,02 0,140 0,951 2 Sosial 1. Lembang 2. Dongko 56,42;17,99 63,78;-3,19 0,132 0,944 2 Kelembagaan 1. Lembang 2. Dongko 34,49;-7,44 64,78;6,97 0,137 0,951 2 Teknologi 1. Lembang 2. Dongko 17,30;4,16 41,55;3,20 0,144 0,950 2

5.2.1. Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Hasil analisis Rapfarm menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi Kecamatan Lembang sebesar 35,471 sedangkan untuk Kecamatan Dongko sebesar 24,155 dalam skala keberlanjutan 0 – 100. Nilai indeks yang diperoleh membuat status keberlanjutan ekologi wilayah penelitian termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan. Hasil analisis keberlanjutan dimensi ekologi, diperoleh nilai stress sebesar 0,135 dan koefisien determinasi sebesar 0,934. Kedua nilai ini menunjukkan bahwa seluruh atribut berjumlah 10 yang digunakan dalam analisis keberlanjutan ekologi cukup baik menerangkan sistem yang dievaluasi. Gambar 5.2. berikut ini menunjukkan hasil analisis keberlanjutan ekologi dan atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekologi. 96 Gambar 5.2. Hasil Analisis Keberlanjutan Ekologi dan Atribut Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Ekologi Memperhatikan hasil analisis terhadap dimensi ekologi, menunjukkan status keberlanjutan sistem usahatani di Kecamatan Lembang sedikit lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Dongko. Hal ini dipengaruhi oleh nilai skor atribut ketersediaan sumber bahan organik di Kecamatan Lembang yang lebih besar dibandingkan Kecamatan Dongko. Namun demikian, posisi relatif keduanya lebih dekat ke bad score. Hasil analisis Leverage terhadap atribut yang digunakan dalam dimensi ekologi, menunjukkan bahwa dari 10 atribut yang dianalisis, terdapat 5 atribut yang dominan atau sensitif mempengaruhi keberlanjutan sistem usahatani saat ini yaitu: 1 ketersediaan sumber bahan organik, 2 proporsi tanaman semusim, 3 curah hujan per tahun, 4 kedalaman solum tanah dan 5 konversi lahan konservasi. Kelima atribut tersebut perlu mendapat perhatian dan seharusnya dikelola lebih baik, agar status keberlanjutan dimensi ekologi dalam sistem usahatani di Kecamatan Lembang dan Kecamatan Dongko dapat ditingkatkan. Atribut ketersediaan sumber bahan organik ditetapkan sebagai atribut yang paling sensitif, karena hasil analisis Leverage memberikan skor tertinggi terhadap atribut ini. Bahan organik dibutuhkan petani untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menahan laju erosi yang menyebabkan lapisan tanah permukaan semakin menipis. Ordinasi Dimensi Ekologi LEMBANG DONGKO DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sustainability Ecological Dimension O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Real Condition References Anchors Leverage of Attributes 1,29 3,80 5,80 6,37 9,03 6,13 6,06 4,11 3,34 1,87 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase Luas Hutan Penggunaan Pupuk Kimia per hektar Kelas kemampuan lahan Kedalaman Volume tanah Curah hujan per tahun Sumber Bahan organik Proporsi Tanaman Semusim Konversi lahan konservasi Produktivitas lahan Tindakan Konservasi A tt ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 97 Mikro dan makro organisme yang terdapat di dalam tanah, menjalankan fungsinya masing-masing dalam pembentukan agregat tanah dan penyediaan hara. Jika lapisan permukaan yang ”kaya” tersebut hilang terbawa erosi maka pupuk organik pupuk kandang adalah bahan pembenah tanah yang paling baik untuk menggantikannya. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik akan membantu mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik juga meningkatkan kelembaban tanah dan memperbaiki sistem drainase internal drainage. Penggunaan secara berkesinambungan dalam jumlah yang mencukupi akan banyak membantu dalam pemulihan kesuburan tanah di lahan miring yang terdapat di dataran tinggi.

5.2.2. Keberlanjutan Dimensi Ekonomi