15 memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi  perilaku  sistem  dan  memberikan  dasar  untuk  memahami penyebab  ganda  dari  suatu  masalah  dalam  kerangka  sistem  Marimin,  2004.
Pendekatan sistem semakin diperlukan karena permasalahan yang dihadapi saat ini  tidak  lagi  sederhana  dan  dapat  menggunakan  peralatan  yang  menyangkut
satu  disiplin  saja,  tetapi  memerlukan  peralatan  yang  lebih  komprehensif,  yang dapat mengidentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan
dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh Marimin et al., 2007. Menurut  Eriyatno  dan  Sofyar  2007,  dalam  mengkaji  kompleksitas  dari
suatu  perihal  di  dunia  nyata  diperlukan  suatu  metodologi  yang  secara  filosofis dapat memberikan pedoman guna bertindak action oriented untuk menyiapkan
informasi  yang  relevan  pada  kebijakan  yang  harus  ditetapkan policy  research. Metode  yang  bersifat  reduksi,  seperti  linierisasi,  permodelan  yang  statis  dan
pengurangan faktor, sangat tidak efektif dalam menelaah sistem yang kompleks. Menurut  Sterk  et  al.,  2007,  untuk  menyusun  model  pengembangan  pertanian
berkelanjutan di suatu wilayah diperlukan 1 eksplorasi tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, 2 eksplorasi alternatif untuk perubahan atau
perbaikan yang akan dilakukan, dan 3 komunikasi dan ekstrapolasi output yang akan dihasilkan kepada masyarakatpakar.
Selanjutnya,  teknik-teknik  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  untuk menetapkan urutan prioritas alternatif berdasarkan kriteria jamak akan dijelaskan
dalam sub bab berkut ini.
2.2.1.  Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process
Sumber  kerumitan  masalah  pengambilan  keputusan  tidak  hanya disebabkan  oleh  ketidakpastian  atau  ketidaksempurnaan  informasi,  penyebab
lain  adalah  banyaknya  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  pilihan-pilihan  yang ada,  beragamnya  kriteria  pilihan  dan  pengambilan  keputusan  lebih  dari  satu.
Jika  sumber  kerumitan  tersebut  adalah  beragamnya  kriteria  maka  analytical hierarchy process AHP merupakan teknik yang tepat untuk menyelesaikannya
Mulyono, 1996. Proses  hirarki  analitik  ini  memungkinkan  untuk  mengambil  keputusan
yang  efektif  atas  persoalan  kompleks  dengan  jalan  menyederhanakan  dan mempercepat proses pengambilan keputusan.  Pada dasarnya metode ini adalah
memecahkan  situasi  yang  kompleks,  tidak  terstruktur  ke  dalam  bagian-bagian komponennya,  menata  bagian  atau  variabel  ini  dalam  suatu  susunan  hirarki,
16 memberi  nilai  numerik  pada  pertimbangan  subyektif  tentang  relatif  pentingnya
setiap  variabel  dan  mensintesis  berbagai  pertimbangan  untuk  menetapkan variabel  mana  yang  memiliki  prioritas  yang  paling  tinggi  dan  bertindak
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut Saaty, 1986. Proses  Hierarki  Analitik  AHP  dikembangkan  oleh  Saaty  1993  dan
dipergunakan  untuk  menyelesaikan  permasalahan  yang  komplek  atau  tidak berkerangka  dimana  data  dan  informasi  statistik  dari  masalah  yang  dihadapi
sangat sedikit. Secara umum hirarki dapat dibedakan menjadi dua jenis,  yaitu: a.  Hirarki  struktural,  yaitu  masalah  yang  kompleks  diuraikan  menjadi  bagian-
bagiannya  atau  elemen-elemennya  menurut  ciri  atau  besaran  tertentu. Hirarki  ini  erat  kaitannya  dengan  menganalisa  masalah  yang  kompleks
melalui  pembagian  obyek  yang  diamati  menjadi  kelompok-kelompok  yang lebih kecil.
b.  Hirarki  fungsional,  menguraikan  masalah  yang  kompleks  menjadi  bagian- bagiannya  sesuai  hubungan  esensialnya.  Hirarki  ini  membantu  mengatasi
masalah  atau  mempengaruhi  sistem  yang  kompleks  untuk  mencapai  tujuan yang  diinginkannya  seperti  penentuan  prioritas  tindakan,  alokasi  sumber
daya. AHP  mempunyai  banyak  keunggulan  dalam  menjelaskan  proses
pengambilan  keputusan,  karena  dapat  digambarkan  secara  grafis,  sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan lebih kecil yang dapat  ditangani  dengan  mudah  dengan  AHP.    Selain  itu  AHP  juga  menguji
konsistensi  penilai,  bila  terjadi  penyimpangan  yang  terlalu  jauh  dari  nilai konsistensi  sempurna,  maka  hal  ini  menunjukkan  bahwa  penilaian  perlu
diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang Marimin, 2004. Terdapat  beberapa  prinsip  yang  harus  dipahami  dalam  menyelesaikan
persoalan  AHP  yaitu:  decomposition,  comparative  judgement,  synthesis  of priority, dan logical consistency Mulyono, 1996.
1.  Decomposition  yaitu  memecahkan  persoalan  menjadi  unsur-unsurnya.    Jika ingin  mendapatkan  hasil  yang  akurat  maka  pemecahan  dilakukan  terhadap
unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut. 2.  Comparative  judgement  berarti  membuat  penilaian  tentang  kepentingan
relatif  dua  elemen  pada  suatu  tingkat  tertentu  dalam  kaitannya  tingkat  di atasnya.    Penilaian  ini  merupakan  inti  dari  AHP  karena  akan  berpengaruh
17 terhadap prioritas elemen-elemen.  Hasil dari penilaian ini akan lebih baik bila
disajikan dalam bentuk matrik yang dinamakan matrik pairwise comparison. 3.  Synthesis  of  priority,  dari  setiap matrik  pairwise  comparison  kemudian  dicari
eigenvectornya  untuk  mendapat  local  priority  harus  dilakukan  sintesa diantara local priority.
4.  Logical  consistency,  konsistensi  mempunyai  dua  makna,  yaitu  pertama: obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman
dan  relevansi  dan  yang  kedua  adalah menyangkut  tingkat  hubungan  antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.2.2.  Metode Perbandingan Eksponensial MPE