45 Tabel 3.3 Stakeholders dan Kebutuhannya
Stakeholders Kebutuhan
Petani •
Pendapatan usahatani meningkat •
Input produksi tersedia dengan harga terjangkau •
Tersedia pinjaman modal dengan bunga rendah •
Kesejahteraan meningkat •
Usahatani berkelanjutan PenjualPedagang antara
• Kualitas produksi bagus
• Produk tersedia sepanjang waktu
• Harga pasar tinggi
• Tidak ada tambahan pungutanbiaya
KonsumenIbu rumah tangga •
Harga terjangkau •
Mudah diperoleh di pasar terdekat •
Berkualitas Petugas Penyuluh Lapangan
PPL •
Diseminasi informasi terbaru •
Target produksi •
Perhatian pemerintah daerah •
Pertanian berkelanjutan Masyarakat pemuda, tokoh
masyarakat •
Kualitas lingkungan terjaga •
Kesejahteraan meningkat •
Pangan murah dan mudah diperoleh Pemerintah Desa, Kecamatan
• Target program daerahwilayah tercapai
• Kepentingan pencapaian program pangan nasional
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM
• Mudah untuk melakukan kontrol lingkungan
• Keterbukaan akses kerjasama dengan pemerintah
dan masyarakat
Untuk menetapkan variabel dominan, dilakukan analisis sistem usahatani lahan dataran tinggi yang terdapat di Kecamatan Lembang dan Kecamatan Dongko
dipisahkan berdasarkan 5 sub sistem yaitu : analisis sub sistem LEISA, analisis sub sistem pengelolaan lahan berkelanjutan, analisis agribisnis-pemasaran, analisis
kekuatan modal sosial dan analisis kebijakan publik yang mendukung ecofarming.
3.5.1. Sub Model LEISA Low External Input for Sustainable Agriculture
Sub model LEISA dibuat dengan tujuan untuk menemukan kombinasi input produksi yang memenuhi kriteria ramah lingkungan, efektif meningkatkan produksi
minimal mempertahankan produktivitas dan didominasi oleh input yang berasal dari ekosistem setempat. Model ini juga menjadi solusi untuk mencegah terjadinya
kontaminasi senyawa kimia dari pupuk dan pestisida pada produk, tanah dan air. Selanjutnya akan dibangun model dinamisnya dengan Powersim dan Visual Basic..
Sumber data dan informasi yang digunakan adalah data yang terkait dengan input produksi yang digunakan oleh petani seperti:
1. Jumlah, jenis dan waktu aplikasi pupuk kimia yang digunakan. 2. Jumlah, jenis dan waktu aplikasi pestisida, herbisida.
3. Sumber bahan organik yang tersedia di lokasi.
46 4. Tingkat residukontaminasi di produk, tanah dan air.
5. Biaya input produksi 6. Kemudahan dan kepraktisan
7. Tenaga kerja yang perlu disediakan 8. Pendapat pakar
3.5.2. Sub Model Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan
Sub model pemanfaatan lahan berkelanjutan dibuat dengan tujuan untuk menetapkan teknik pengelolaan lahan berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh
petani untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya sekaligus mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Terdapat dua keluaran dari sub model ini,
pertama : teknik konservasi berbasis local ecological knowledge LEK yang dapat meminimalkan erosi dan meningkatkan ketersediaan air dan kedua : kombinasi jenis
komoditas unggulan dalam satu kawasan berdasarkan karakteristik lahan dan agroklimatnya. Dengan demikian, pemanfaatan lahan kering dataran tinggi tidak
menimbulkan kerusakan yang melebihi kapasitas daya dukung lingkungannya. Metode Perbandingan Eksponensial MPE digunakan untuk menetapkan alternatif
teknikperlakuan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan tersebut. Sumber data berasal dari data dan informasi mengenai LEK petani dalam
mengelola lahannya selama beberapa tahun dilengkapi dengan pendapat pakar yang terkait dengan:
1. Informasi usahatani secara umum seperti luas kepemilikan lahan, lokasi lahan, jenis usahatani, status kepemilikan lahan, kemiringan lereng, sistem
pergiliranrotasi tanaman dalam satu tahun, serta sistem pertanaman menerapkan konservasi tanah atau tidak.
2. Local ecological knowledge LEK dalam menerapkan teknik budidaya dan pengelolaan lahan, pemanfaatan sumber dan antisipasi terhadap anomali iklim
serta pengetahuan dan pengalaman petani dalam melaksanakan konservasi tanah dan air.
3. Jenis komoditas berdasarkan persyaratan hiduphabitatnya dan persyaratan pengelolaannya tanaman semusim, tanaman tahunan dan peternakan.
3.5.3. Sub Model Agribisnis - Pemasaran