Wilayah Kecamatan Dongko Sub Model Pengelolaan Lahan Berkelanjutan

125 akan kurang baik pada daerah dengan musim kemarau panjang. Pohon kayu manis dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 mdpl, akan tetapi akan tumbuh baik pada ketinggian 500 m - 1500 mdpl. Selain menghasilkan kulit kayu yang bernilai ekonomi tinggi, perakaran tanaman kayu manis yang dalam dapat menahan tanah dari erosi sekaligus dapat meresapkan air hujan untuk mengisi akuifer air di dalam tanah. Menurut petani, jenis empon-empon yang mudah pemasarannya adalah kunyit dan lengkuas. Kedua bahan tersebut selalu digunakan sebagai bumbu utama masakan khas Jawa Barat. Informasi dari responden sangat bermanfaat sebagai dasar dalam penetapan alternatif yang akan ditetapkan prioritas urutannya. Selanjutnya, penetapan prioritas alternatif dilakukan berdasarkan penilaian oleh pakar.

6.2.2. Wilayah Kecamatan Dongko

Masyarakat di wilayah penelitian percaya bahwa hutan yang terdapat di bagian atas pegunungan mampu mengendalikan daur air, artinya hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau. Kepercayaan ini berdasarkan bukti bahwa terdapat banyak sumber air di hutan yang tetap mengalir pada musim kemarau. Sementara itu di bagian yang lebih rendah, masyarakat di wilayah penelitian lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan yaitu berlebihan air pada musim hujan banjir dan kekurangan air di musim kemarau. Penutupan lahan di dataran tinggi menentukan besarnya limpasan air permukaan dan jumlah yang diresapkan dalam tanah. Memperhatikan penutupan lahan di Kecamatan Dongko, pada umumnya jenis tanaman yang ditanam masyarakat relatif lebih beragam dibandingkan Kecamatan Lembang. Di pekarangan dan kebun miliknya, petani menanam tanaman pangan seperti jagung dan ubi kayu untuk kebutuhan pangan keluarga. Selain itu terdapat pula nilam dan berbagai jenis tanaman tahunan yang sengaja ditanam untuk dijual. Seperti halnya wilayah Lembang, maka seluruh lahan pertanian milik masyarakat juga terletak di lahan yang miring. Untuk mencegah erosi, petani membuat teras bangku dan menanam tanaman pakan ternak pada lahan yang kemiringan lerengnya besar. Berdasarkan alternatif jenis konservasi yang telah dipahami oleh petani, kemudian ditetapkan jenis konservasi yang tepat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penilaian pakar yang kemudian dihitung menggunakan 126 teknik MPE diperoleh hasil bahwa prioritas konservasi mekanis yang tepat untuk wilayah Dongko adalah teras yang dilengkapi dengan gulud, saluran air dan lubang-lubang penampungan air rorak mendapatkan skor tertinggi yaitu 393,47. Hasil selengkapnya terdapat pada Tabel 6.12 berikut ini. Tabel 6.12. Penilaian Alternatif Konservasi Mekanis di Kecamatan Dongko Kriteria Bobot Nilai Alternatif A1 A2 A3 Kedalaman solum tanah 7 6 5 3 Kemiringan lereng 9 9 7 6 Kemudahan pembuatan 6 4 5 6 Biaya pembuatan 5 5 7 6 Kemampuan menahan erosi 8 7 8 6 Curah hujan 4 6 7 5 Skor 393,47 57,24 11,8 Rangking 1 2 3 Keterangan : A1 = Teras + gulud + saluran air + rorak A2 = Teras + gulud A3 = Teras + saluran air Teras bangku ternyata tidak sesuai untuk tanah bersolum dangkal seperti di Kecamatan Dongko. Berdasarkan kriteria kemiringan lereng, kemampuan menahan erosi dan kedalaman solum tanah sebagai kriteria utama yang memperoleh bobot tertinggi, maka pembuatan teras + gulud yang dilengkapi dengan saluran air dan rorak lebih tepat untuk wilayah Dongko. Kedalaman solum tanah yang dangkal 60cm perlu mendapatkan perhatian dari petani pada saat pembuatan teras. Teras bangku tidak cocok dilakukan pada tanah dangkal, karena perlakuan pemotongan panjang lereng dan kemudian meratakan tanah di bagian bawahnya akan menyebabkan lapisan tanah bagian bawah menjadi terbuka. Selain memperbaiki pembuatan teras, petani juga perlu melakukan konservasi vegetasi di lahan pertanian mereka mengingat sulitnya mendapatkan air bersih setiap musim kemarau tiba. Tanaman tahunan penghasil kayu ditetapkan sebagai jenis tanaman yang tepat untuk konservasi tanah dan air. Penanaman jenis tanaman ini sangat penting dilakukan karena selain berfungsi untuk menahan erosi tanah, juga akan mengembalikan sumber-sumber air yang mulai berkurang debit airnya di wilayah penelitian. Sistem perakaran perakaran 127 tunggang yang kuat dan dalam serta menjalar ke area di sekitarnya akan menjaga tanah dari sifat erosivitas air hujan. Selain itu, masyarakat setempat sudah terbiasa menanam beberapa jenis tanaman kayu seperti mahoni, mindi dan suren terutama di lahan mereka yang berbatasan dengan hutan. Hasil perhitungan menggunakan teknik MPE menetapkan alternatif jenis tanaman tersebut sebagai bentuk konservasi vegetasi yang mendapatkan skor tertinggi yaitu sebesar 397,99, kemudian diikuti oleh alternatif tanaman buah-buahan seperti yang terdapat pada Tabel 6.13. Tabel 6.13. Penilaian Alternatif Konservasi Vegetasi di Kecamatan Dongko Kriteria Bobot Nilai Alternatif A1 A2 A3 A4 A5 Kemudahan bibitbenih 6 3 5 6 7 4 Kemiringan lereng 9 9 8 3 7 6 Tambahan penghasilan 6 5 6 7 4 3 Kemudahan perawatan 4 8 7 3 9 5 Kemampuan menahan erosi 8 7 6 3 5 8 Kemampuan meresapkan air 7 9 8 4 5 6 Curah hujan 3 7 6 3 4 8 Skor 397,99 138,06 0,21 40,95 27,14 Rangking 1 2 5 4 3 Keterangan : A1 = Tanaman tahunan penghasil kayu A4 = HMT penguat teras A2 = Tanaman buah A5 = Tanaman penutup tanah A3 = Tumpangsari tanaman pangan Selain bermanfaat untuk konservasi tanah dan air, tanaman kayupohon juga memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesuburan tanah, antara lain melalui: 1 penambahan masukan bahan organik b peningkatan ketersediaan N dalam tanah bila pohon yang ditanam dari keluarga leguminose, c mengurangi kehilangan bahan organik tanah dan hara melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan permukaan dan pencucian, d memperbaiki sifat fisik tanah seperti perbaikan struktur tanah, kemampuan menyimpan air water holding capacity dan e meningkatkan kehidupan biota tanah. Alternatif tanaman buah menjadi alternatif kedua setelah tanaman penghasil kayu. Tanaman buah juga merupakan tanaman tahunan yang dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi sekaligus memberikan pendapatan bagi 128 petani untuk jangka yang relatif lebih cepat dibandingkan tanaman kayu. Dari hasil rekapitulasi kuesioner diketahui bahwa tanaman kakao merupakan jenis tanaman buah yang paling diminati oleh petani di Kecamatan Dongko. Faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah harga biji kakao mencapai Rp. 20.000kg di tingkat petani. Hasil penilaian secara keseluruhan terdapat pada Tabel 6.14 berikut ini. Tabel 6.14. Penilaian Alternatif Tanaman Buah di Kecamatan Dongko Kriteria Bobot Nilai Alternatif A1 A2 A3 A4 A5 A6 Kesesuaian agroklimat 5 7 8 6 9 4 5 Kemampuan menahan erosi 9 5 9 7 6 4 8 Bobotmassa tumbuhan 8 6 3 5 7 4 2 Manfaat ekonomi 7 7 3 6 9 6 8 Kemudahan pemeliharaan 6 5 9 4 6 8 7 Ketersediaan bibit 4 6 7 3 9 8 4 Skor 4,49 388,00 41,04 20,74 0,87 136,44 Rangking 5 1 3 4 6 2 Keterangan : A1 = Kopi A4 = Kakao A2 = KluwakPucung A5 = Kelapa A3 = Kelengkeng A6 = Durian Memperhatikan beberapa kritera yang yang harus dipenuhi dalam menetapkan tanaman konservasi, penilaian pakar terhadap kluwakpucung ternyata lebih tinggi dibandingkan kelengkeng ataupun kakao. Kluwak memiliki perakaran yang dalam dan kuat oleh karena itu sangat sesuai untuk wilayah Dongko yang telah mengalami erosi lanjut dan kekurangan air yang cukup parah. Kluwak Pangium edule termasuk jenis tanaman pohon, tingginya mencapai 40 meter dengan diameter batang 2,5 meter. Daerah penyebarannya hampir mencakup seluruh Nusantara, terutama di daerah pada ketinggian 1.000 m dpl. Sejak dulu tanaman kluwak digunakan sebagai tanaman indikator untuk menemukan sumber air. Petani di Kecamatan Dongko tetap diperbolehkan menanam berbagai jenis tanaman semusim untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sumber pendapatan mereka. Pemerintah telah menyusun daftar tanaman serealia dan umbi-umbian yang direkomendasikan untuk lahan dataran tinggi yang tipe 129 agroekologinya relatif kering. Setelah dikonfirmasikan kepada responden petani, maka ditetapkan 6 jenis tanaman yang paling diminati yaitu: ubi kayu, jagung, nilam, kacang hijau, ubi jalar dan iles-iles. Keenam jenis tanaman tersebut selanjutnya menjadi alternatif yang ditetapkan nilainya oleh pakar dan dihitung skornya menggunakan teknik MPE. Hasil penilaian alternatif tanaman semusim untuk Kecamatan Dongko dapat dilihat pada Tabel 6.15 berikut ini. Tabel 6.15. Penilaian Alternatif Tanaman Semusim di Kecamatan Dongko Kriteria Bobot Kriteria A1 A2 A3 A4 A5 A6 Kesesuaian agroklimat 8 9 4 8 7 5 6 Peluang pasar 9 8 6 9 4 5 7 Teknik budidaya 4 9 5 6 4 7 8 Kesesuaian lahan 5 8 4 9 6 5 7 Biaya perawatan 7 9 6 4 5 8 7 Ketersediaan benihbibit 6 9 7 8 4 6 5 Penanganan pasca panen 3 9 5 6 4 7 8 Skor 182,62 10,54 404,54 6,12 4,49 42,89 Rangking 2 4 1 5 6 3 Keterangan : A1 = Ubi kayu A4 = Kacang hijau A2 = Jagung A5 = Ubi Jalar A3 = Nilam A6 = Iles-iles Seperti yang telah dituliskan pada bab sebelumnya bahwa tanaman nilam sedang disukai oleh masyarakat setempat. Hasil perhitungan menggunakan teknik MPE juga menetapkan nilai tertinggi untuk tanaman nilam yang kemudian diikuti oleh ubi kayu. Nilam Pogostemon cablin adalah tanaman semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama minyak nilam. Aroma minyak nilam dikenal ”berat” dan ”kuat” dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian parfum dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak nilam dapat mencapai Rp 1,3 jutakg, lebih mahal jika dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Meskipun nilam memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi bagi petani, namun pada umumnya kehidupan masyarakat Dongko tidak dapat dipisahkan dari ubi kayu. Ubi kayu adalah sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, usahatani masyarakat di wilayah ini selalu memasukkan unsur tanaman ubi kayu di dalamnya. Badan Pusat Statistik 2006 mencatat bahwa produksi ubi kayu Kabupaten Trenggalek menempati posisi ketiga, setelah Pacitan dan Ponorogo yaitu sebesar 327.186 130 ton pada tahun 2006. Meskipun menjadi tanaman pangan utama, pemerintah daerah dan petani perlu membatasi praktek budidaya ubi kayu secara monokultur. Hal ini perlu segera dilakukan agar kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kesalahan penerapan teknik budidaya tidak semakin meluas. Tanaman rempah dan obat juga juga dapat menjadi tanaman konservasi sekaligus memberikan keuntungan ekonomi bagi petani. Dari 4 alternatif tanaman rempah dan obat yang sesuai untuk kondisi wilayah ini, alternatif tanaman kemiri mendapatkan skor yang paling tinggi. Menurut Suharto 2003, karakteristik kemiri sangat sesuai untuk tanaman rehabilitasi. Perakaran kemiri yang tunggang mampu mencegah tanah longsor, sedangkan kanopinya yang rapat dan lebar mampu menahan tetesan air hujan jatuh langsung ke permukaan tanah, sehingga mampu mengurangi erosi sekaligus meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Daun kemiri yang lebat mencapai puluhan ribu helai daunpohon, mampu mengikat karbondioksida dan menghasilkan oksigen dalam jumlah banyak. Hasil perhitungan menggunakan teknik MPE selengkapnya dijelaskan pada Tabel 6.16. Tabel 6.16. Penilaian Alternatif Tanaman Obat dan Rempah di Kecamatan Dongko Kriteria Bobot Nilai Alternatif A1 A2 A3 A4 Kesesuaian agroklimat 7 7 9 8 6 Kemampuan menahan erosi 9 6 8 9 5 Manfaat ekonomi 8 5 9 7 8 Kemudahan pemeliharaan 5 7 6 8 5 Ketersediaan bibit 6 6 8 7 4 Skor 11,36 182,32 395,43 19,02 Rangking 4 2 1 3 Keterangan : A1 = Rosela A3 = Kemiri A2 = Cengkeh A4 = Wijen Perlakuan konservasi yang tepat di lahan pertanian Kecamatan Dongko tidak dapat ditunda lagi pelaksanaannya. Petani dapat saja memilih beberapa jenis tanaman tahunan dari yang telah disebutkan di atas, agar manfaat ekonomi yang diperoleh lebih besar. untuk Kombinasi berbagai jenis tanaman yang telah disebutkan sebelumnya, diharapkan juga dapat menjadi solusi atas penolakan 131 masyarakat yang tergabung dalam LMDH atas penanaman tanaman pinus sebagai tanaman utama di lahan LMDH. Masyarakat setempat menolak tanaman pinus sebagai tanaman utama karena untuk pertumbuhannya, pinus muda membutuhkan air yang banyak sekaligus menguapkan air dalam jumlah yang tinggi, pada saat yang bersamaan daun pinus yang gugur ke tanah sangat sulit mengalami pembusukan. Semua hal yang telah disebutkan di atas menyebabkan permukaan tanah yang terdapat di sekitar tanaman pinus muda menjadi kering. Menurut Soedjoko et al., 1998, peran hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari peran tajuk menyimpan air intersepsi. Di hutan klimaks intersepsi bisa mencapai angka 25 – 35 dari hujan tahunan yang jatuh, tetapi di hutan Pinus hanya sekitar 16 - 20 dari hujan tahunan yang diintersepsi. Peran penting hutan yang ke dua dan sering menjadi sumber penyebab kekhawatiran masyarakat adalah tingginya laju evapotranspirasi. Evapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah. Sehubungan dengan hal tersebut maka evapotranspirasi yang terjadi dari suatu kawasan, sudah mulai banyak mendapat perhatian dari para peneliti terutama untuk kawasan dengan vegetasi tertentu. Ditegaskan kembali bahwa yang paling banyak mendapat perhatian terkait dengan besarnya evapotranspirasi adalah kawasan hutan Pinus. Untuk menjawab kekawatiran tersebut Perum Perhutani kemudian bekerja sama dengan UGM, IPB dan Unibraw dalam penelitian tentang neraca air kawasan hutan Pinus. Selama 5 tahun penelitian yang dilakukan oleh UGM Soedjoko et al., 1998 diperoleh informasi bahwa evapotranspirasi yang terjadi di hutan Pinus dalam kisaran sebesar 1.002 mmth – 1.253 mmth atau 29 - 69 dari hujan tahunan yang jatuh. Angka tersebut memunculkan suatu keputusan untuk merekomendasikan bahwa pinus dapat dikembangkan pada suatu daerah yang mempunyai curah hujan minimal 2.000 mmth. Oleh tim peneliti dari PPLH Unibraw dikemukakan bahwa Pinus disarankan tidak ditanam di daerah yang curah hujannya 1500 mmth, sedang oleh tim peneliti dari Fak. Kehutanan IPB Manan et al., 1998 pinus disarankan ditanam di daerah dengan curah hujan minimal 2000 mmth, supaya tidak mempengaruhi tata air kawasan.

6.3. Sub Model Kekuatan Modal Sosial