41 seperti  data  sensus  pemerintah  daerah,  data  dinas  pertanian,  dinas  perdagangan,
stasiun  klimatologi,  dinas  pengelola  pasar  maupun  data  kualitatif  dan  wawancara bebas.
Stakeholders  yang  menjadi  responden  dalam  penelitian  ini  dikelompokkan berdasarkan  mata  pencaharian  dan  kontribusinya  terhadap  kegiatan  pertanian.
Pembagian  kelompok  stakeholders  meliputi:  petani,  pedagangtengkulak,  tokoh masyarakat,  penyuluh  pertanian  dan  aparat  desa  dan  kecamatan,  masyarakat
mewakili konsumen dan lembaga swadaya masyarakat LSM. Jumlah  responden  dalam  tiap-tiap  kelompok  dipilih  secara  acak  sederhana
simple  random  sampling,  jumlahnya  ditetapkan  secara  proporsional  terhadap jumlah populasi dalam kelompok.  Sedangkan pemilihan pakar yang akan menjadi
responden  seluruhnya  sebanyak  10  orang  yang  terdiri  dari  pakar  agrolimat, pengelolaan  lahan  kering,  agribisnis  hortikultura,  sosiologi  kemasyarakatan,  dan
perencana kebijakan. Masing-masing pakar dipilih 2 orang. Pertimbangan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan:
a  jumlah  pengamatan  yang  mencukupi  untuk  keperluan    lebih  lanjut,  b ketersediaan  biaya,  dan  c  homogenitas  sampel.  Homogenitas  sampel  yang
dimaksudkan  dalam  penelitian  ini  adalah  kondisi  biofisik  desa-desa  dalam  relatif sama karena lokasinya  berdekatan.  Cara bertani dan komoditas yang  diusahakan
juga relatif sama. Pengelompokan  responden  dalam  populasi  akan  dilakukan  jika  ditemukan
perbedaan kondisi biofisik antar desa yang mempengaruhi cara bertani, komoditas maupun status sosial ekonomi petani.  Dalam pembahasan akan dilengkapi dengan
perbedaan  besarnya  usaha  effort  yang  harus  dikeluarkan  dari  masing-masing kelompok untuk dapat melaksanakan model yang direkomendasikan.
Penelitian  ini  tidak  dimaksudkan  untuk  melakukan    pencemaran,  dampak residu  pestisida  terhadap  kualitas  produk,  erosi  tanah  terhadap  sedimentasi  di
daerah  hilir  maupun  ekowisata.    Desain  model  yang  dihasilkan  dan  rekomendasi yang  dirumuskan  sebagai  konsekuensi  logis  dari  penelitian  memang  berguna  dan
bersifat  khusus  untuk  daerah  penelitian  namun  implementasi  model  tersebut diharapkan  dapat  digunakan  di  lokasi  lain  yang  memiliki  karakteristik  yang  mirip
tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian.
3.4. Penetapan Nilai Indeks  dan Status Keberlanjutan Usahatani Saat Ini
Untuk  mengetahui  kondisi  dan  tingkat  keberlanjutan  usahatani  yang dilakukan oleh masyarakat di lahan dataran tinggi pada saat ini, dilakukan analisis
keberlanjutan  dengan  teknik  statistik  rapid  appraisal  menggunakan  analisis  Rap-
42 Farming  Rapfarm.  Analisis  ordinasi  Rapfarm  dengan  metode  MDS  dalam
penelitian  ini  melalui  beberapa  tahapan  yaitu:  1  tahap  penentuan  atribut  sistem usahatani  lahan  dataran  tinggi  yang  mencakup  5  dimensi  yaitu  ekologi,  ekonomi,
sosial,  kelembagaan,  dan  teknologi,  2  tahap  penilaian  setiap  atribut  dalam  skala ordinal  scoring  berdasarkan  kriteria  keberlanjutan  setiap  dimensi,  3  Tahap
analisis  ordinasi  rapfarm  dengan  metode  MDS  yang  menggunakan  software rapfarm-excell  untuk  menentukan  ordinasi  dan  nilai  stress  melalui  ALSCAL
Algoritma, 4 penyusunan indeks dan status keberlanjutan sistem usahatani saat ini berdasarkan  5  dimensi  yang  menjadi  indikator  keberlanjutannya,  5  melakukan
analisis sensitivitas Leverage analysis untuk mengetahui atribut atau peubah yang sensitif  mempengaruhi  keberlanjutan  sistem  dan  6  melakukan  analisis  Monte
Carlo untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian. Pemilihan  5  dimensi  sebagai  indikator  keberlanjutan  dianggap  telah  dapat
mewakili  indikator  yang  digunakan  untuk  menilai  keberhasilan  pembangunan berkelanjutan  serta  mengikuti  konsep  yang  dikemukakan  oleh  FAO  2000  dan
Chen et al., 2000.  Pada setiap dimensi terdiri atas 10 atribut yang masing-masing diberikan  penilaianskor  yang  mencerminkan  keberlanjutan.  Skor  ini  menunjukkan
nilai  dalam  kisaran  baik  good  dan  buruk  bad.    Selanjutnya  setiap  atribut  dalam dimensi ditetapkan skornya sesuai dengan skala tersebut.  Nilai baik mencerminkan
kondisi yang paling menguntungkan bagi sistem usahatani saat ini, sedangkan nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan.  Berdasarkan skor
tersebut  kemudian  dilakukan  analisis  menggunakan  ordinasi  statistik  yang  disebut Multi  Dimentional  Scalling  MDS.    Jika  nilai  indeks  lebih  dari  50  maka  sistem
yang dikaji tersebut dapat dikategorikan berkelanjutan sustainable dan bila indeks kurang dari 50 maka sistem yang dikaji dianggap belum berkelanjutan.
Analisis  sensitivitas  leverage  dalam  penelitian  ini  dilakukan  untuk  melihat atribut  mana  yang  dominan  atau  sensitif  mempengaruhi  keberlanjutan  sistem
dibandingkan dengan atribut lainnya.  Untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak random  error  terhadap  seluruh  dimensi  pada  proses  pendugaan  nilai  ordinasi
digunakan analisis Monte Carlo dengan metode scatter plot Fauzi dan Anna, 2005. Tabel  3.2.  berikut  ini  menunjukkan  atribut-atribut  yang  diberikan  skor  dari  setiap
dimensi yang telah ditetapkan sebagai indikator keberlanjutan.  Sedangkan secara lengkap  tahapan  analisis  keberlanjutan  dari  penelitian  ini  disajikan  seperti  pada
Gambar 3.4.
43 Tabel 3.2.  Atribut yang Diberikan Skor Untuk Setiap Dimensi
No  Dimensi Atribut
I Ekologi
1. Persentase luas hutan
2. Penggunaan pupuk kimia per hektar
3. Kelas Kemampuan lahan
4. Kedalaman solum tanah
5. Curah hujan per tahun mm
6. Proporsi tanaman semusim
7. Konversi lahan konservasi
8. Produktivitas lahan
9. Tindakan konservasi yang telah dilakukan
10. Ketersediaan sumber bahan organik
II Ekonomi
1. Pendapatan rata-rata
2. Efisiensi ekonomi
3. Produksi lahan
4. Harga faktor produksi
5. Harga jual hasil panen
6. Luas lahan garapan
7. Jumlah pinjaman
8. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
9. Pemanfaatan pinjaman
10. Ketersediaan panar
III Sosial Budaya
1. Status kepemilikan lahan
2. Jumlah penduduk
3. Persentase desa tanpa akses jalan yang memadai
4. Pendidikan forrmal
5. Jumlah rumah tangga pertanian
6. Intensitas konflik
7. Intensitas mengikuti penyuluhanpelatihan
8. Angka kecukupan gizi
9. Ketersediaan dana sosial
10. Alokasi pendapatan untuk pangan
IV Kelembagaan
1. Perkembangan kelompok tani
2. Perkembangan kelompok wanita tani
3. Kelompok usaha pertanian
4. Ketersediaan Lembaga keuangan mikro
5. Jumlah petugas penyuluh lapangan
6. Jumlah pendamping profesional
7. Intensitas pertemuan dalam kelompok
8. Tabungan kelompok
9. Konflik antar lembaga
10. Ketersediaan Lembaga pemasaran
V Teknologi
1. Teknik pengolahan tanah
2. Teknik Konservasi
3. Intensitas pemakaian pestisida
4. Klasifikasi mutu produk
5. Penanganan pasca panen
6. Konservasi vegetasi
7. Teknik pemupukan
8. Penggunaan mulsa
9. Penambahan pupuk organik
10. Teknik pembuatan pupuk organik
44 Gambar 3.4.  Tahapan Analisis Keberlanjutan Sistem Usahatani Saat ini
3.5. Variabel-Variabel Dominan Untuk Struktur Model Ecofarming